MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bank Mandiri telah melakukan pemblokiran terhadap 2.000 ATM nasabahnya. Hal itu sebagai upaya menghindari pelaku kejahatan yang menggandakan data nasabah.
Hal itu disampaikan Humas Bank Mandiri Kanwil I Medan, Mula Sitinjak, kemarin (4/7). Dijelaskannya, pihaknya sudah mendeteksi adanya ATM nasabah di scaning pelaku menggunakan alat skimmer (teknik membaca dengan kecepatan tinggi).
Menyikapi hal tersebut, pihaknya pun langsung menghubungi 2000 nasabah yang terdeteksi bakal menjadi calon korban pelaku untuk melakukan pergantian ATM di Bank Mandiri terdekat.
Tindakan itu dilakukan sejak Mei 2014 lalu, setelah salah satu pihak bank swasta memberikan kabar bahwa telah terjadi aksi kejahatan dengan penarikan sejumlah uang di ATM bank swasta tersebut dengan menggunakan ATM Mandiri (uang nasabah mandiri yang diambil).
“Jadi waktu dapat info itu langsung IT kami mengecek kartu ATM nasabah yang udah di scan. Setelah ketahuan nasabah yang mana aja langsung kami blokir kartu ATM-nya,” terang Mula.
Atas kejadian itu pihaknya pun melakukan pemantau langsung pada mesin-mesin ATM Bank Mandiri di kota Medan. Untuk yang berada di tempat umum, seperti di SPBU, swalayan dan lainnya, mereka bekerja sama dengan vendor atau pihak ketiga. Sehingga Mula pun mengatakan bahwa nasabah kota Medan tidak perlu khawatir.
“Tapi kita juga mau mengupgrade mesin ATM bank mandiri untuk bisa menangkal alat skimer tersebut. Namun saat ini belum terpasang di kota Medan,” ungkapnya.
Namun, Mula menjelaskan bahwa di setiap mesin ATM ada terpasang antena yang dapat memberikan sinyal ke bagian IT di kantor pusat apabila terjadi gangguan pada mesin ATM tersebut. Hal ini akan langsung diberitahu oleh pihak pusat kepada perwakilan kantor pusat di daerah.
Namun yang terjadi di Jakarta tidak bisa langsung diketahui karena pemasangan alat skimer tersebut berlangsung cepat. “Jadi alatnya itu dipasang di lubang memasukkan kartu ATM untuk merekam data di kartu, sudah selesai dicabut. Nah, di atas tombol angka pun di pasang kamera yang ukurannya super kecil. Sangat canggih sekali alatnya,” ujarnya.
Mula menjelaskan bahwa dari 2013 hingga Juli 2014 belum ada pelaporan dari pihak nasabah yang telah kehilangan uangnya di bank akibat alat skimer tersebut.
Sebelumnya, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Kamil Razak mengatakan, kasus penggandaan ATM ini terjadi karena kerjasama antara tersangka yang tinggal di Kanada, Kingson dan Jee, yang mengirimkan alat skimmer pada tersangka yang tinggal di Indonesia.
“Alat ini masuk ke Indonesia dan disimpan dalam kapal mainan dan bisa masuk ke Indonesia tanpa terdeteksi,” katanya, saat menggelar jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jaksel, Kamis (3/7).
Kamil menjelaskan, tiga tersangka diringkus di dua tempat berbeda. Siva (WN Srilanka) dan istrinya Riska dibekuk di rumahnya di Jalan Parung KM 19 pada 1 Juli lalu. Sementara tersangka Vinoti (WN Srilanka) ditangkap di Bogor pada 2 Juli. Siva dan Vinoti masuk ke Indonesia pada tahun 2006 lalu melalui Medan.
Dalam melancarkan aksinya, para pelaku memasang alat skimmer di sejumlah tempat seperti ATM Mandiri di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Arion Plaza, Plaza Senayan, dan rest area di Sentul.
“Semuanya nasabah ATM Mandiri, dari mesin ATM itu mereka memperoleh data lalu dikirim ke Kanada. Pelaku yang di Kanada mengirimkan kembali ke Indonesia dalam bentuk kartu kloningan,” katanya.
Sementara itu, kata Kamil, pelaku yang di Kanada juga melakukan penarikan uang di Kanada. Tidak hanya itu, ada juga yang menarik dana di Malaysia, Srilangka, Perancis, dan Indonesia. Berdasarkan pengakuan tersangka, lanjut Kamil, Vinot mengaku sindikatnya telah mengambil Rp1,5 miliar. Dia sendiri memperoleh bagian sebesar Rp120 juta. “Tapi kita tenggarai mereka telah mengambil Rp 3,9 miliar. Yang banyak di Kanada,” sambungnya.
Dari tangan tersangka, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa uang tunai Rp50 juta serta 260 kartu hasil kloningan yang disimpan di pintu mobil. Tersangka juga membeli dua rumah di Parung, peternakan ayam, dan Daihatsu Xenia.(win/bd)