JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pengelola akun Twitter @Hulk_idn mengklaim punya video ‘panas’ hubungan cinta lokasi Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Geram atas tuduhan tersebut, Grace menantang Hulk merilis video itu dalam waktu 1×24 jam.
Tantangan itu disampaikan Grace melalui video, Jumat (8/6). Grace menantang @Hulk_idn merilisnya untuk membuktikan tuduhan hubungan asusilanya dengan Ahok.
“Halo Bro dan Sis. Beberapa hari terakhir akun Hulk gencar menebarkan isu saya memiliki hubungan asmara dengan Pak Ahok. Bahkan mengklaim memiliki video panas hubungan asusila saya dengan Pak Ahok. Daripada kita terus berpolemik apakah video ini ada atau tidak, isunya benar atau tidak, saya menantang Hulk untuk merilis video tersebut dalam waktu 1×24 jam,” kata Grace dalam video.
Grace mengatakan, jika Hulk tidak dapat memenuhi tantangannya itu, tuduhan soal perselingkuhan ataupun hubungan asusila dengan Ahok tak terbukti.
“Jika besok Hulk gagal merilis video tersebut, maka terbukti cuitan Hulk imajinasi belaka. Persis seperti avatar (Twitter) khayalan belaka. Mohon besok pada 9 Juni pukul 11.11 WIB, jika Hulk tidak merilis video tersebut, gimana kalau kita ganti avatar Hulk dengan Hello Kitty yang imut dan pink?” tutup Grace.
Sebelumnya, Grace melaporkan dua akun, yaitu akun Twitter @Hulk_idn dan akun Instagram @prof.djokhowie, ke Polda Metro Jaya. Dia membawa sejumlah barang bukti berupa screenshot posting-an dua akun tersebut yang memuat kolase foto Grace. Grace menyebut isu cinta lokasi tersebut sarat muatan politis.
“Kalau menurut kami memang ada motif politik, karena memang isinya propaganda yang memfitnah tokoh politik. Nampaknya ke situ arahnya,” kata Grace kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (7/6).
Grace mengatakan fitnah tersebut menjadi sebuah keprihatinan di tengah masuknya kaum perempuan ke dunia politik. Dia menyebut narasi yang dibangun dengan adanya fitnah tersebut bahwa seolah-olah perempuan tak bisa menunjukkan prestasi di dunia politik.
“Buat saya, ini juga sebenarnya merupakan bentuk keprihatinan bahwa untuk perempuan masuk ke dalam politik masih dapat perlakuan seperti ini. Bagaimana kita bisa berharap partisipasi perempuan di politik bisa semakin banyak, bertambah, baru masuk saja sudah demikian. Seolah-olah perempuan itu tidak bisa berprestasi, nggak bisa masuk ke kancah politik tanpa harus menjual tubuhnya,” tutur dia. Â (nkn/tor/dtc)