25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Polisi Serang Satpol PP, Satu Polisi Tewas Ditikam

FOTO: NURHADI/FAJAR/JPG Personil Brimob Polda Sulselbar melihat motor yang rusak pasca bentrokan antara Polisi dan Satpol PP di Kantor Walikota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (7/8/2016). Bentrokan antara polisi dan Satpol PP yang terjadi pada Sabtu (6/8/2016) malam tersebut mengakibatkan seorang polisi meninggal dan puluhan Satpol PP luka-luka serta sejumlah fasilitas kantor Walikota Makassar rusak.
FOTO: NURHADI/FAJAR/JPG
Personil Brimob Polda Sulselbar melihat motor yang rusak pasca bentrokan antara Polisi dan Satpol PP di Kantor Walikota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (7/8/2016). Bentrokan antara polisi dan Satpol PP yang terjadi pada Sabtu (6/8/2016) malam tersebut mengakibatkan seorang polisi meninggal dan puluhan Satpol PP luka-luka serta sejumlah fasilitas kantor Walikota Makassar rusak.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Belum usai masyarakat dikejutkan dengan kerusuhan berbau SARA di Tanjungbalai, kali ini publik dikejutkan dengan kerusuhan di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Lebih tragisnya, tragedi ini melibatkan dua institusi, yakni aparat kepolisian dengan Satpol PP.

Kota Makassar mencekam, Sabtu (6/8) malam hingga Minggu (7/8) dini hari. Warga Makassar digemparkan dengan kabar bentrok yang terjadi antara oknum Polrestabes Makassar dengan Satpol PP Kota Makassar.

Dua satuan yang seharusnya menjaga ketertiban dan keamanan, terlibat bentrok berdarah. Parahnya lagi, perang berdarah terjadi di sekitar Kantor Balai Kota Makassar, Jalan Ahmad Yani, dan seorang anggota kepolisian Bripda Michael Abraham dari Sabhara Polrestabes Makassar tewas.

Bripda Michael diduga tewas karena ditikam senjata tajam jenis sangkur. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Michael sempat dilarikan ke RS Akademis Makassar. Jenazah Bribda Michael Abraham dibawa ke RS Bhayangkara Makassar untuk dilakukan visum.

Selain itu, seorang anggota Satpol PP mengalami luka tusuk, sedangkan delapan lainnya babak belur dihajar polisi. “Satu (anggota Satpol PP) yang kena tikam sudah dibawa ke RS Bhayangkara. Delapan lainnya babak belur,” kata Kasatpol PP Makassar, Iman Hud, Minggu (7/8).

Beberapa saat setelah bentrok mereda kantor Balai Kota Makassar dan jalan Ahmad Yani dipenuhi puluhan polisi berpakaian sipil untuk mengamankan lokasi kejadian dan mencegah bentrok kembali terjadi.

Sebelum terjadinya penyerangan ke Balaikota Makasar, personel Satpol PP yang bertugas di Anjungan Pantai Losari mengeroyok seorang anggota Satuan Sabhara Polrestabes Makassar, Akmal Sulaiman. Kejadiannya pukul 19.45 Wita.

Berdasarkan laporan polisi dengan nomor LP/1890/VIII/2016/Polda Sul-Sel/Restabes Makassar, saat itu Akmal bersama Hendrik yang masih mengenakan pakaian dinas masuk ke Anjungan Pantai Losari, mengendarai sepeda motor. Di depan ia ditegur personel Satpol PP agar berjalan pelan.

Korban kemudian balik bertanya, “Kenapa Bos, Saya Anggota Polri”. Akan tetapi, pertanyaan itu justru dijawab enteng dan menantang. Safri cs memegang leher dan kerah baju Akmal.

Aksi pengeroyokan pun terjadi. Akmal mengalami luka di bagian pelipis di atas mata sebelah kiri dan bibir bagian bawah robek. Rekan korban, Hendrik berusaha memisahkan kejadian itu. Beberapa pemimpin Satpol PP dan Polsekta Mariso melerai.

Dalam laporan itu, juga disebutkan setelah upaya melerai dilakukan, seorang anggota Satpol PP Makassar justru membawa sangkur dan mengancam korban. Di situlah Bripda Michael Abraham tertusuk sangkur dan dilarikan ke RS Akademis. Bripda Michael Abraham hanya bertahan beberapa menit dirawat, dia pun mengembuskan nafasnya.

Dari rumah duka Bripda Michael Abraham di BTN Pepabri Pintu 3, Kelurahan Lapadde, Kecamatan Ujung, Parepare, malam tadi dipenuhi suasana duka mendalam. Puluhan kerabat dan warga menyambangi rumah sederhana itu, menyampaikan simpati dan perasaan sedih mereka.

Paman Michael, Andreas Luis mengatakan, ponakannya itu merupakan anak yang baik dan tidak pernah terlibat kenakalan sedari remaja hingga menjadi polisi.

“Tidak ada firasat sama sekali kalau itu anak kami. Kami hanya dapat informasi dari media, baru kami tahu bahwa ternyata dia,” beber Andreas saat ditemui FAJAR (grup Sumut Pos) malam tadi.

Michael yang baru berusia 22 tahun, merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, Elvis Rieuwpassa juga merupakan anggota polisi berpangkat Aiptu. Elvis sendiri bertugas di Dirlantas Polda. Sebelumnya, Elvis juga sempat bertugas di Parepare saat Polres masih bernama Kepolisian Wilayah (Polwil) Parepare.

Michael sendiri pertama kali terangkat jadi anggota Polri pada 2014 lalu. Pertama kali bertugas, dia langsung ditempatkan di Polda Sulselbar, tepatnya di Satuan Sabhara. Michael merupakan alumni SMA 7 Makassar. Disekolahnya itu, pria berbadan tegap itu sempat terpilih menjadi anggota Paskibra pada tahun 2013.

Senada, bibi Bripda Michael, Yenni mengaku sangat terkejut mendengar keponakannya itu meninggal secara tragis, apalagi selama ini Michael dikenal sosok yang baik. “Iya kami tentu saja kaget. Selama ini saya mengenal Michael anak yang baik dan sabar. Keluarga semua shock mendengar kabar ini. Kenapa bisa seperti ini,” ujar Yenni.

Salah seorang rekannya, Andi menyebut Michael sebagai pribadi yang rendah hati dan pandai berkawan. Pun meski telah berseragam penegak hukum, dirinya tidak sungkan bergaul dengan teman-temannya yang lain. “Kami tidak menyangka dia yang jadi korban. Padahal setahu kami dia itu orang baik, tidak gampang emosi. Kalau di Parepare pasti datang menyapa kami,” katanya.

Malam tadi jenazah Michael tiba di Parepare sekira pukul 01.00 wita dini hari. Sebelumnya, jenazah Michael disemayamkan di Perumahan Villa Mutiara, Jl Biru 1, No 11, Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya Makassar. Di Parepare, jenazah Bripda Michael bakal dikebumikan di Pekuburan Bilalange, Kelurahan Lemoe, Kecamatan Bacukiki.

Bripda Michael meninggal setelah ditikam di bagian pinggang. Dia tewas akibat luka tikaman sangkur saat polisi menyerang Kantor Balaikota Makassar, Minggu dini hari kemarin.

FOTO: NURHADI/FAJAR/JPG Personil Brimob Polda Sulselbar melihat motor yang rusak pasca bentrokan antara Polisi dan Satpol PP di Kantor Walikota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (7/8/2016). Bentrokan antara polisi dan Satpol PP yang terjadi pada Sabtu (6/8/2016) malam tersebut mengakibatkan seorang polisi meninggal dan puluhan Satpol PP luka-luka serta sejumlah fasilitas kantor Walikota Makassar rusak.
FOTO: NURHADI/FAJAR/JPG
Personil Brimob Polda Sulselbar melihat motor yang rusak pasca bentrokan antara Polisi dan Satpol PP di Kantor Walikota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (7/8/2016). Bentrokan antara polisi dan Satpol PP yang terjadi pada Sabtu (6/8/2016) malam tersebut mengakibatkan seorang polisi meninggal dan puluhan Satpol PP luka-luka serta sejumlah fasilitas kantor Walikota Makassar rusak.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Belum usai masyarakat dikejutkan dengan kerusuhan berbau SARA di Tanjungbalai, kali ini publik dikejutkan dengan kerusuhan di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Lebih tragisnya, tragedi ini melibatkan dua institusi, yakni aparat kepolisian dengan Satpol PP.

Kota Makassar mencekam, Sabtu (6/8) malam hingga Minggu (7/8) dini hari. Warga Makassar digemparkan dengan kabar bentrok yang terjadi antara oknum Polrestabes Makassar dengan Satpol PP Kota Makassar.

Dua satuan yang seharusnya menjaga ketertiban dan keamanan, terlibat bentrok berdarah. Parahnya lagi, perang berdarah terjadi di sekitar Kantor Balai Kota Makassar, Jalan Ahmad Yani, dan seorang anggota kepolisian Bripda Michael Abraham dari Sabhara Polrestabes Makassar tewas.

Bripda Michael diduga tewas karena ditikam senjata tajam jenis sangkur. Sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Michael sempat dilarikan ke RS Akademis Makassar. Jenazah Bribda Michael Abraham dibawa ke RS Bhayangkara Makassar untuk dilakukan visum.

Selain itu, seorang anggota Satpol PP mengalami luka tusuk, sedangkan delapan lainnya babak belur dihajar polisi. “Satu (anggota Satpol PP) yang kena tikam sudah dibawa ke RS Bhayangkara. Delapan lainnya babak belur,” kata Kasatpol PP Makassar, Iman Hud, Minggu (7/8).

Beberapa saat setelah bentrok mereda kantor Balai Kota Makassar dan jalan Ahmad Yani dipenuhi puluhan polisi berpakaian sipil untuk mengamankan lokasi kejadian dan mencegah bentrok kembali terjadi.

Sebelum terjadinya penyerangan ke Balaikota Makasar, personel Satpol PP yang bertugas di Anjungan Pantai Losari mengeroyok seorang anggota Satuan Sabhara Polrestabes Makassar, Akmal Sulaiman. Kejadiannya pukul 19.45 Wita.

Berdasarkan laporan polisi dengan nomor LP/1890/VIII/2016/Polda Sul-Sel/Restabes Makassar, saat itu Akmal bersama Hendrik yang masih mengenakan pakaian dinas masuk ke Anjungan Pantai Losari, mengendarai sepeda motor. Di depan ia ditegur personel Satpol PP agar berjalan pelan.

Korban kemudian balik bertanya, “Kenapa Bos, Saya Anggota Polri”. Akan tetapi, pertanyaan itu justru dijawab enteng dan menantang. Safri cs memegang leher dan kerah baju Akmal.

Aksi pengeroyokan pun terjadi. Akmal mengalami luka di bagian pelipis di atas mata sebelah kiri dan bibir bagian bawah robek. Rekan korban, Hendrik berusaha memisahkan kejadian itu. Beberapa pemimpin Satpol PP dan Polsekta Mariso melerai.

Dalam laporan itu, juga disebutkan setelah upaya melerai dilakukan, seorang anggota Satpol PP Makassar justru membawa sangkur dan mengancam korban. Di situlah Bripda Michael Abraham tertusuk sangkur dan dilarikan ke RS Akademis. Bripda Michael Abraham hanya bertahan beberapa menit dirawat, dia pun mengembuskan nafasnya.

Dari rumah duka Bripda Michael Abraham di BTN Pepabri Pintu 3, Kelurahan Lapadde, Kecamatan Ujung, Parepare, malam tadi dipenuhi suasana duka mendalam. Puluhan kerabat dan warga menyambangi rumah sederhana itu, menyampaikan simpati dan perasaan sedih mereka.

Paman Michael, Andreas Luis mengatakan, ponakannya itu merupakan anak yang baik dan tidak pernah terlibat kenakalan sedari remaja hingga menjadi polisi.

“Tidak ada firasat sama sekali kalau itu anak kami. Kami hanya dapat informasi dari media, baru kami tahu bahwa ternyata dia,” beber Andreas saat ditemui FAJAR (grup Sumut Pos) malam tadi.

Michael yang baru berusia 22 tahun, merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Ayahnya, Elvis Rieuwpassa juga merupakan anggota polisi berpangkat Aiptu. Elvis sendiri bertugas di Dirlantas Polda. Sebelumnya, Elvis juga sempat bertugas di Parepare saat Polres masih bernama Kepolisian Wilayah (Polwil) Parepare.

Michael sendiri pertama kali terangkat jadi anggota Polri pada 2014 lalu. Pertama kali bertugas, dia langsung ditempatkan di Polda Sulselbar, tepatnya di Satuan Sabhara. Michael merupakan alumni SMA 7 Makassar. Disekolahnya itu, pria berbadan tegap itu sempat terpilih menjadi anggota Paskibra pada tahun 2013.

Senada, bibi Bripda Michael, Yenni mengaku sangat terkejut mendengar keponakannya itu meninggal secara tragis, apalagi selama ini Michael dikenal sosok yang baik. “Iya kami tentu saja kaget. Selama ini saya mengenal Michael anak yang baik dan sabar. Keluarga semua shock mendengar kabar ini. Kenapa bisa seperti ini,” ujar Yenni.

Salah seorang rekannya, Andi menyebut Michael sebagai pribadi yang rendah hati dan pandai berkawan. Pun meski telah berseragam penegak hukum, dirinya tidak sungkan bergaul dengan teman-temannya yang lain. “Kami tidak menyangka dia yang jadi korban. Padahal setahu kami dia itu orang baik, tidak gampang emosi. Kalau di Parepare pasti datang menyapa kami,” katanya.

Malam tadi jenazah Michael tiba di Parepare sekira pukul 01.00 wita dini hari. Sebelumnya, jenazah Michael disemayamkan di Perumahan Villa Mutiara, Jl Biru 1, No 11, Kelurahan Bulurokeng, Kecamatan Biringkanaya Makassar. Di Parepare, jenazah Bripda Michael bakal dikebumikan di Pekuburan Bilalange, Kelurahan Lemoe, Kecamatan Bacukiki.

Bripda Michael meninggal setelah ditikam di bagian pinggang. Dia tewas akibat luka tikaman sangkur saat polisi menyerang Kantor Balaikota Makassar, Minggu dini hari kemarin.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/