28.9 C
Medan
Sunday, May 12, 2024

Mantan Napi Disamurai Polisi Saat Berbuka

Samurai-Ilustrasi.
Samurai-Ilustrasi.

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Disaksikan keluarganya yang sedang berbuka puasa, Senin (22/6), Ari Widiyanto (30), seorang mantan napi kasus narkoba, disamurai Bripka SW di rumahnya, hingga tangannya nyaris putus. Polisi itu marah karena anaknya disebut korban sebagai ’anak tidak benar’.

“Saat kejadian, kami sedang berbuka puasa. Tiba-tiba saja terdengar suara keributan dari arah rumah korban. Saat itu kami langsung keluar dan melihat polisi itu datang ke rumah korban bersama istrinya. Menurut warga, polisi itu kesal dan marah karena anak dan istrinya diejek oleh korban,” kata Lili (30), warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian, Selasa (23/6).

Dijelaskan Lili, saat kejadian warga cukup banyak menyaksikan karena situasinya pada jam berbuka puasa. Setelah ribut di dalam rumah sekitar 10 menit, pelaku meninggalkan rumah korban.

MW (13), salah satu keponakan korban mengatakan, saat pelaku datang, ada lima orang di dalam rumah, termasuk nenek dan kakeknya. Setelah pintu dibukakan kakeknya Suardi (60), Omnya dipanggil karena Bripka SW mencari Omnya.

Kemudian terjadi keributan. “Polisi yang berada di depan rumah itu bilang sama istrinya, ‘Bilang apa dia tadi?’. Setelah itu terjadi keributan yang cukup hebat di luar rumah,” ujarnya.

“Setelah itu mereka langsung kejar-kejaran sampai ke dalam rumah. Setelah itu polisi itu langsung membacokkan samurai itu ke arah om saya. Karena takut saya langsung masuk ke kamar, dan tidak tahu lagi apa yang terjadi. Tidak lama setelah itu saya keluar dan melihat om saya itu sudah mengalami luka cukup parah di tangan kirinya dan langsung dibawa ke klinik,” ungkapnya lagi.

Dijelaskan MN, pamannya baru pulang merantau dan baru seminggu tinggal di rumah tersebut. “Om baru satu minggu di rumah, karena dia merantau jadi sopir. Selama ini dia tinggal di sini dan sudah pisah dengan istrinya namanya Sari. Mereka punya dua orang anak dan kedua anaknya itu ikut istrinya dan mereka berpisah sudah cukup lama,” tambahnya.

Korban Ari mengatakan, dirinya sempat berusaha menangkis golok pelaku dengan tangan kirinya. Sehingga telapak tangan korban terluka. Ia juga mengaku ditendang dan dipukuli.

“Tulang rusukku juga ikut ditendang, dan sekarang sakitnya terasa, lihatlah!” kata korban, sambil membuka selimutnya ke arah kedua petugas.

Ia mengaku lolos dari amuk oknum polisi tersebut setelah dilerai warga sekitar. Tak lama petugas kepolisian datang dan berusaha melarikan korban untuk mendapatkan penanganan medis.

Amatan Metro Siantar (grup Sumut Pos), saat dibawa ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Vita Insani Kota Pematangsiantar, dua personil polisi Polsek Limapuluh menanyai korban.

Salahseorang petugas Polsek Limapuluh bermarga Manik menerangkan, kejadian itu berawal dari ketersinggungan pelaku. Ceritanya, Senin (22/6) sore itu, istri Sarwedi sedang membeli menu berbuka puasa di Kota Limapuluh bersama anaknya. Tiba-tiba Ari datang dan menghina anak tersebut dengan mengatakan; “Ini anak Sarwedi ya? Ini anak tidak benar,” kata Manik, menjelaskan informasi yang ia peroleh.

Masih menurut keterangan polisi berpangkat Ipda itu, diduga hinaan korban disampaikan oleh istrinya kepada Bripka Sarwedi, yang saat itu ikut PAM Lalu Lintas di Kota Limapuluh. Selepas berbuka puasa atau selepas magrib, Bripka Sarwedi yang merasa tersinggung atas laporan istrinya mencari keberadaan Ari.

“Tak berapa lama, kita mendapat kabar telah terjadi pembacokan di sekitar pajak. Begitu dilakukan olah TKP, ternyata pelakunya teman kami sendiri yang sehari-hari bertugas di Unit Intel,” tukas Manik.

Sementara korban, lanjut Manik, adalah mantan narapidana yang baru keluar dari penjara atas kasus tindak pidana narkotika. “Korban ini sudah dua kali keluar masuk dengan kasus yang serupa (narkoba). Bisa jadi dia (korban) sakit hati sama SW. Makanya, sampai menghina anaknya,” kata Manik. (wan/esa)

Samurai-Ilustrasi.
Samurai-Ilustrasi.

BATUBARA, SUMUTPOS.CO – Disaksikan keluarganya yang sedang berbuka puasa, Senin (22/6), Ari Widiyanto (30), seorang mantan napi kasus narkoba, disamurai Bripka SW di rumahnya, hingga tangannya nyaris putus. Polisi itu marah karena anaknya disebut korban sebagai ’anak tidak benar’.

“Saat kejadian, kami sedang berbuka puasa. Tiba-tiba saja terdengar suara keributan dari arah rumah korban. Saat itu kami langsung keluar dan melihat polisi itu datang ke rumah korban bersama istrinya. Menurut warga, polisi itu kesal dan marah karena anak dan istrinya diejek oleh korban,” kata Lili (30), warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian, Selasa (23/6).

Dijelaskan Lili, saat kejadian warga cukup banyak menyaksikan karena situasinya pada jam berbuka puasa. Setelah ribut di dalam rumah sekitar 10 menit, pelaku meninggalkan rumah korban.

MW (13), salah satu keponakan korban mengatakan, saat pelaku datang, ada lima orang di dalam rumah, termasuk nenek dan kakeknya. Setelah pintu dibukakan kakeknya Suardi (60), Omnya dipanggil karena Bripka SW mencari Omnya.

Kemudian terjadi keributan. “Polisi yang berada di depan rumah itu bilang sama istrinya, ‘Bilang apa dia tadi?’. Setelah itu terjadi keributan yang cukup hebat di luar rumah,” ujarnya.

“Setelah itu mereka langsung kejar-kejaran sampai ke dalam rumah. Setelah itu polisi itu langsung membacokkan samurai itu ke arah om saya. Karena takut saya langsung masuk ke kamar, dan tidak tahu lagi apa yang terjadi. Tidak lama setelah itu saya keluar dan melihat om saya itu sudah mengalami luka cukup parah di tangan kirinya dan langsung dibawa ke klinik,” ungkapnya lagi.

Dijelaskan MN, pamannya baru pulang merantau dan baru seminggu tinggal di rumah tersebut. “Om baru satu minggu di rumah, karena dia merantau jadi sopir. Selama ini dia tinggal di sini dan sudah pisah dengan istrinya namanya Sari. Mereka punya dua orang anak dan kedua anaknya itu ikut istrinya dan mereka berpisah sudah cukup lama,” tambahnya.

Korban Ari mengatakan, dirinya sempat berusaha menangkis golok pelaku dengan tangan kirinya. Sehingga telapak tangan korban terluka. Ia juga mengaku ditendang dan dipukuli.

“Tulang rusukku juga ikut ditendang, dan sekarang sakitnya terasa, lihatlah!” kata korban, sambil membuka selimutnya ke arah kedua petugas.

Ia mengaku lolos dari amuk oknum polisi tersebut setelah dilerai warga sekitar. Tak lama petugas kepolisian datang dan berusaha melarikan korban untuk mendapatkan penanganan medis.

Amatan Metro Siantar (grup Sumut Pos), saat dibawa ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Vita Insani Kota Pematangsiantar, dua personil polisi Polsek Limapuluh menanyai korban.

Salahseorang petugas Polsek Limapuluh bermarga Manik menerangkan, kejadian itu berawal dari ketersinggungan pelaku. Ceritanya, Senin (22/6) sore itu, istri Sarwedi sedang membeli menu berbuka puasa di Kota Limapuluh bersama anaknya. Tiba-tiba Ari datang dan menghina anak tersebut dengan mengatakan; “Ini anak Sarwedi ya? Ini anak tidak benar,” kata Manik, menjelaskan informasi yang ia peroleh.

Masih menurut keterangan polisi berpangkat Ipda itu, diduga hinaan korban disampaikan oleh istrinya kepada Bripka Sarwedi, yang saat itu ikut PAM Lalu Lintas di Kota Limapuluh. Selepas berbuka puasa atau selepas magrib, Bripka Sarwedi yang merasa tersinggung atas laporan istrinya mencari keberadaan Ari.

“Tak berapa lama, kita mendapat kabar telah terjadi pembacokan di sekitar pajak. Begitu dilakukan olah TKP, ternyata pelakunya teman kami sendiri yang sehari-hari bertugas di Unit Intel,” tukas Manik.

Sementara korban, lanjut Manik, adalah mantan narapidana yang baru keluar dari penjara atas kasus tindak pidana narkotika. “Korban ini sudah dua kali keluar masuk dengan kasus yang serupa (narkoba). Bisa jadi dia (korban) sakit hati sama SW. Makanya, sampai menghina anaknya,” kata Manik. (wan/esa)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/