SUMUTPOS.CO – Pasca pengguntingan lidah, Debora merasa takut untuk terus melanjutkan pernikahannya dengan Gumalang. Pasalnya, tindak kekerasan yang dilakukan suaminya bukan kali itu terjadi, melainkan sudah pernah terjadi sebelumnya.
“Aku sudah takut melihatnya. Aku tidak akan mau memaafkannya. Apalagi kembali untuk menjalin hubungan,” ucap Debora.
Dikatakan Debora, setahun lalu ia juga pernah dianiayai suaminya hingga pipi bagian dalam koyak dan harus mendapat 4 jahitan. “Aku tidak ingat lagi kejadiannya, tapi sekira setahun yang lalu. Dia menumbukku hingga koyak pipi ini,” katanya sembari menunjukkan pipi bagian dalamnya.
Setelah peristiwa ini, dan ia tak mau memaafkan suaminya serta tidak berkeinginan kembali dengan suaminya itu. Debora berencana melanjutkan hidupnya di kampungnya di Kota Tebing Tinggi dan tinggal bersama orangtuanya dengan membawa anak tunggalnya.
Berbeda dengan istrinya, Gumalang justru masih menginginkan Debora tetap bersamanya. “Aku orangnya memang emosian dan aku suka marah karena permasalahan kecil. Itu karena, aku tidak suka dibohongi. Tapi, aku masih mau dengan istriku dan akan minta maaf,” terangnya.
Pasangan suami istri itu sendiri merupakan pekerja di rumah Viktor Purba, sebagai pembantu rumah tangga sejak 3 bulan lalu. Per bulannya, mereka menerima gaji Rp 1,6 juta.
“Kami kerja di situ tidak pernah kesulitan makan. Karena makan ditanggung, terlepas dari 1,6 juta itu,” kata Gumalang yang mengaku, sebelumnya mereka tinggal di rumahnya di Kecamatan Pulau Rakyat, Kabupaten Asahan.
Selama 3 bulan bekerja di rumah Viktor mereka belum pernah bertengkar hingga menggunakan fisik. Melainkan, hanya bertengkar mulut saja. “Kami memang sering ribut. Biasalah rumah tangga. Tapi, tidak pernah sampai ada pemukulan,” terangnya.
Pantauan METRO (grup JPNN) di Jalan Bona-Bona Dusun I Nagori Dolok Marlawan, sebuah rumah bercat putih dipadu biru yang berukuran sekira 1 rante tampak sepi. Hanya ada angsa dan anjing di halaman rumah tersebut. (mag-1/smg/bud)