26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Goh Siak Tjoen Bergumul Lawan Perampok, Rp10 Juta Tetap Lewong

Foto: Amri/PM Goh Siak Tjoen nekat bergumul melawan perampok di rumahnya. Tetapi uangnya Rp10 Juta tetap lewong.
Foto: Amri/PM
Goh Siak Tjoen nekat bergumul melawan perampok di rumahnya. Tetapi uangnya Rp10 Juta tetap lewong.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski sempat bergumul sekuat tenaga dengan perampok, tapi Goh Siak Tjoen (79) gagal mempertahankan angpau dan uang perobatan untuk ketiga anaknya yang cacat mental sebanyak Rp10 juta.

Mirisnya lagi, selain kehilangan harta benda, pria ujur warga Jalan Tirtosari No 17 H, Lingkungan VII, Kelurahan Bantan Medan Tembung itu juga nyaris tewas ditikam pelaku menggunakan senjata tajam.

Peristiwa memilukan ini terjadi Senin (9/3) sekira pukul 03.00 WIB. Pagi itu, Goh Siak yang tengah tidur mendadak terjaga mendengar suara mencurigakan dari belakang rumahnya.

Yakin ada yang tidak beres, dengan langkah pelan Goh Siak beranjak dari kamar menuju dapur. Saat mengintip, ia terkejut melihat sorang pria berhasil masuk setelah mencongkel pintu dapur yang terbuat dari papan. Sadar rumahnya dimasuki perampok, dengan refleks Goh Siak sempat menendang tubuh pelaku hingga tersungkur ke lantai.

Mendapat serangan itu, pelaku bukannya kabur. Sebaliknya, pria tak dikenal itu balik menyerang Goh Siak dengan sebilah pisau. Meski sempat melawan dengan tangan kosong, tapi karena faktor usia dan tenaga, korban akhirnya pingsan dianiaya pelaku.

“Ini dadaku ditikam pakai pisau dan leherku diinjak pelaku pas jatuh ke lantai. Setelah itu aku tak sadarkan diri lagi,” lirih Goh Siak.

Ketiga anak laki-laki korban tak bisa buat apa-apa karena mengalami keterbelakangan mental. Melihat korban tak berdaya, pelaku lantas mengacak-acak seisi rumah.

Kala itu, pelaku berhasil menemukan tas berisi uang dan beberapa angpau belum dibuka yang disimpan korban di bawah kolong tempat tidurnya.

Usai menguras harta korban, pelaku pun kabur dari pintu belakang. Korban sendiri baru mendapat pertolongan setelah salah seorang tetangganya datang mengantarkan makanan. Dibantu warga lain, Goh Siak yang telah bersimbah darah itu pun dilarikan ke klinik terdekat.

“Uang yang dirampok pelaku itu adalah pemberian para relawan-relawan. Rencananya uang itu untuk biaya perobatan ketiga anak korban yang cacat mental. Kalau istri bapak ini sudah meninggal tujuh tahun silam. Bapak ini nggak punya rumah. Itu rumahnya juga pemberian para relawan yang berbaik hati. Tega kali pelaku itu,” kesal Akuang, salah seorang relawan ‘Hope Team’ saat mendapingi korban membuat pengaduan.

“Bapak itu sudah tua, dia nggak mengerti masalah hukum. Makanya kita mendampinginya membuat laporan agar pelakunya segera ditangkap,” harap Akuang.

Akuang dan relawan lain yang datang menjenguk korban mengaku sangat prihatin dengan musibah yang menimpa korban. Padahal, selama ini korban dan ketiga anaknya hidup dari pemberian relawan dan bantuan tetangga. Karena Goh Siak tak punya tenaga lagi untuk bekerja. Terlebih lagi, ia harus menjaga ketiga putranya yang keterbelakangan mental.

“Uang itu bantuan dari beberapa relawan dan donasi dari beberapa yayasan untuk biaya perobatan ketiga anaknya.”

Saat kembali diwawancarai, Goh Siak mengaku sangat terpukul dengan kejadian itu. “Aku masih punya tanggungan 3 anak. Mereka sakit dan punya keterbelakangan mental. Selama ini kami makan dari sumbangan warga dan relawan. Aku nggak sanggup lagi kerja karena sudah tua,” lirih korban.

Meski sudah tak mampu, tapi Goh Siak tidak hanya berpangku tangan. Untuk mencari tambahan, ia menyapu jalan sekitar rumah warga dan tetangganya. “Aku juga menyapu jalan dan berusaha bukan jadi peminta-minta,”ujarnya.

Meski sudah tua renta, tapi Goh Siak masih mampu mengurusi segala keperluan ketiga anaknya yang sudah dewasa. “Padahal uang itu mau kupakai untuk berobat anakkku, dan sisanya untuk makan sehari-hari. Tapi harapan melihat anakku sembuh pupuslah sudah. Aku tak tau bagaimana nasib mereka nanti saat aku sudah tak ada,” lirih Goh Siak dengan mata berkaca-kaca.

Selain ditemani Akuang, korban juga didampingi B Sitompul, pengacara yang disediakan relawan. “Polisi harus bekerja keras untuk mengungkap kasus ini,” pinta Sitompul. Sementara itu saat dikonfirmasi kru koran ini, Kapolsek Percut Sei Tuan Kompol Ronald Sipayung mengaku baru menerima laporan korban. “Kasus ini akan segera kita tindaklanjuti,” katanya singkat. (mri/deo)

Foto: Amri/PM Goh Siak Tjoen nekat bergumul melawan perampok di rumahnya. Tetapi uangnya Rp10 Juta tetap lewong.
Foto: Amri/PM
Goh Siak Tjoen nekat bergumul melawan perampok di rumahnya. Tetapi uangnya Rp10 Juta tetap lewong.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Meski sempat bergumul sekuat tenaga dengan perampok, tapi Goh Siak Tjoen (79) gagal mempertahankan angpau dan uang perobatan untuk ketiga anaknya yang cacat mental sebanyak Rp10 juta.

Mirisnya lagi, selain kehilangan harta benda, pria ujur warga Jalan Tirtosari No 17 H, Lingkungan VII, Kelurahan Bantan Medan Tembung itu juga nyaris tewas ditikam pelaku menggunakan senjata tajam.

Peristiwa memilukan ini terjadi Senin (9/3) sekira pukul 03.00 WIB. Pagi itu, Goh Siak yang tengah tidur mendadak terjaga mendengar suara mencurigakan dari belakang rumahnya.

Yakin ada yang tidak beres, dengan langkah pelan Goh Siak beranjak dari kamar menuju dapur. Saat mengintip, ia terkejut melihat sorang pria berhasil masuk setelah mencongkel pintu dapur yang terbuat dari papan. Sadar rumahnya dimasuki perampok, dengan refleks Goh Siak sempat menendang tubuh pelaku hingga tersungkur ke lantai.

Mendapat serangan itu, pelaku bukannya kabur. Sebaliknya, pria tak dikenal itu balik menyerang Goh Siak dengan sebilah pisau. Meski sempat melawan dengan tangan kosong, tapi karena faktor usia dan tenaga, korban akhirnya pingsan dianiaya pelaku.

“Ini dadaku ditikam pakai pisau dan leherku diinjak pelaku pas jatuh ke lantai. Setelah itu aku tak sadarkan diri lagi,” lirih Goh Siak.

Ketiga anak laki-laki korban tak bisa buat apa-apa karena mengalami keterbelakangan mental. Melihat korban tak berdaya, pelaku lantas mengacak-acak seisi rumah.

Kala itu, pelaku berhasil menemukan tas berisi uang dan beberapa angpau belum dibuka yang disimpan korban di bawah kolong tempat tidurnya.

Usai menguras harta korban, pelaku pun kabur dari pintu belakang. Korban sendiri baru mendapat pertolongan setelah salah seorang tetangganya datang mengantarkan makanan. Dibantu warga lain, Goh Siak yang telah bersimbah darah itu pun dilarikan ke klinik terdekat.

“Uang yang dirampok pelaku itu adalah pemberian para relawan-relawan. Rencananya uang itu untuk biaya perobatan ketiga anak korban yang cacat mental. Kalau istri bapak ini sudah meninggal tujuh tahun silam. Bapak ini nggak punya rumah. Itu rumahnya juga pemberian para relawan yang berbaik hati. Tega kali pelaku itu,” kesal Akuang, salah seorang relawan ‘Hope Team’ saat mendapingi korban membuat pengaduan.

“Bapak itu sudah tua, dia nggak mengerti masalah hukum. Makanya kita mendampinginya membuat laporan agar pelakunya segera ditangkap,” harap Akuang.

Akuang dan relawan lain yang datang menjenguk korban mengaku sangat prihatin dengan musibah yang menimpa korban. Padahal, selama ini korban dan ketiga anaknya hidup dari pemberian relawan dan bantuan tetangga. Karena Goh Siak tak punya tenaga lagi untuk bekerja. Terlebih lagi, ia harus menjaga ketiga putranya yang keterbelakangan mental.

“Uang itu bantuan dari beberapa relawan dan donasi dari beberapa yayasan untuk biaya perobatan ketiga anaknya.”

Saat kembali diwawancarai, Goh Siak mengaku sangat terpukul dengan kejadian itu. “Aku masih punya tanggungan 3 anak. Mereka sakit dan punya keterbelakangan mental. Selama ini kami makan dari sumbangan warga dan relawan. Aku nggak sanggup lagi kerja karena sudah tua,” lirih korban.

Meski sudah tak mampu, tapi Goh Siak tidak hanya berpangku tangan. Untuk mencari tambahan, ia menyapu jalan sekitar rumah warga dan tetangganya. “Aku juga menyapu jalan dan berusaha bukan jadi peminta-minta,”ujarnya.

Meski sudah tua renta, tapi Goh Siak masih mampu mengurusi segala keperluan ketiga anaknya yang sudah dewasa. “Padahal uang itu mau kupakai untuk berobat anakkku, dan sisanya untuk makan sehari-hari. Tapi harapan melihat anakku sembuh pupuslah sudah. Aku tak tau bagaimana nasib mereka nanti saat aku sudah tak ada,” lirih Goh Siak dengan mata berkaca-kaca.

Selain ditemani Akuang, korban juga didampingi B Sitompul, pengacara yang disediakan relawan. “Polisi harus bekerja keras untuk mengungkap kasus ini,” pinta Sitompul. Sementara itu saat dikonfirmasi kru koran ini, Kapolsek Percut Sei Tuan Kompol Ronald Sipayung mengaku baru menerima laporan korban. “Kasus ini akan segera kita tindaklanjuti,” katanya singkat. (mri/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/