MEDAN, SUMUTPOS.CO – Muhammad Reza Aulia warga Jalan Sagu Raya Perumnas Simalingkar, Kelurahan Mangga, Medan Tuntungan, meninggal dunia usai dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H Adam Malik akibat digigit anjing tetangga, Minggu (13/6) sore. Tak terima dengan kematian putra kandungnya yang berusia 10 tahun itu, Lia Pratiwi (41) selaku orangtua melaporkan pemilik anjing tersebut ke Polsek Medan Tuntungan.
Laporan dengan nomor : STTLP/54/VI/2021/SPKT/Sektor Medan Tuntungan, terkait akibat kelalaian hingga menyebabkan orang lain terluka atau meninggal dunia.
Menurut kuasa hukum korban, Oki Andriansyah, Reza digigit anjing ketika sedang melintas di depan rumah tetangganya yang berjarak sekitar 10 rumah. Saat itu, korban hendak membeli jajanan di warung, Kamis (10/6) sore sekira pukul 15.00 WIB.
Diduga pagar rumah milik tetangganya itu tidak tertutup rapat. Anjing yang diduga mengandung virus rabies itu keluar lalu mengejar korban. Meski sempat melarikan diri, namun korban tetap dikejar hingga akhirnya digigit paha kanannya setelah terjatuh. Akibatnya, korban menderita luka dua liang bekas gigitan di paha kanannya. “Anjingnya lepas lalu mengejar dan menggigit paha kanan atas korban,” sambung Oki, Selasa (15/6).
Oki menjelaskan, korban kemudian dilarikan orang tuanya ke RSUP H Adam Malik untuk mendapatkan perawatan medis. Namun takdir berkata lain. Setelah beberapa hari mendapatkan perawatan ternyata nyawa korban tak tertolong. “Hari minggu korban meninggal karena luka yang dialaminya semakin parah,” ucap dia.
Disebutkan Oki, sebelum meninggal korban sempat hilang ingatan dan kakinya mengalami kelumpuhan. “Hari Sabtu sudah mulai hilang ingatan. Gejala yang dialami tidak mau makan muntah dan diare,” jelasnya.
Dia menuturkan, jenazah korban sudah dimakamkan. Sedangkan anjing yang menggigit sudah dibawa ke kantor polisi, setelah keluarga korban membuat laporan pengaduan.
Sebelumnya, Lia Pratiwi ibu korban menceritakan, Setelah digigit anjing, Reza tidak berani pulang ke rumah. Dia singgah ke rumah temannya.
“Mungkin dia takut jadi awalnya tidak berani memberitahu kami. Sesampainya di rumah, dia langsung ngomong sama kakeknya bahwa ia baru digigit anjing.
Saya saat itu tidak di rumah, jadi mendapat telepon dari kakeknya kalau anak saya ini digigit anjing,” ungkapnya.
Begitu mendapat kabar itu, Lia memutuskan langsung pulang ke rumah.”Saya langsung pulang dan membawa anak saya ini untuk berobat di Bidan Manurung. Setelah disuntik ia kembali dibawa pulang,” katanya.
Reza yang hari itu seharusnya latihan taekwondo meminta izin kepada ibunya tidak bisa berlatih karena badannya sakit akibat digigit anjing. “Ma adik enggak latihan ya, karena badan rasanya sakit semua karena habis digigit anjing.” kata Lia menirukan perkataan anaknya kala itu.
Kakeknya sempat telepon kepala lingkungan (Kepling) untuk menyelesaikan masalah tersebut. “Anak saya dan kepling sempat ke rumah pemilik anjing, tapi sampai di sana setelah ngomong dengan pemilik anjing, wanita itu memberitahukan nanti diberitahukan setelah suaminya pulang. Tapi kami tunggu sampai malam tak ada jawaban,” katanya.
Keesokan harinya, Lia bersama anaknya serta kepling kembali mendatangi rumah pemilik anjing. Tapi, lagi-lagi tak ada respon yang baik soal kasus yang dialami anaknya. “Kita bertemu dan diajak ngomong baik-baik tidak terima, Mereka sempat bilang hanya karena Rp100 ribu kita ribut. Mereka bahkan tidak percaya dengan kwitansi perobatan Reza dan meminta waktu untuk memeriksa kebenaran kwitansi tersebut,” tutur Lia.
Melihat respon yang sedemikian, Lia lalu menantang agar pemilik anjing untuk pergi bersamanya ke klinik tempat anaknya berobat. “Ayo kita ke sana,” tantang Lia. “Tapi mereka bilang tak perlu dan sebut gara-gara Rp100 ribu saja diributkan. Terus suaminya sempat bilang tidak takut mau dibawa jalur hukum sekalipun.
Bahkan mau ngadu ke Wali Kota Bobby Nasution sekalipun kami enggak takut. Kemudian mereka pulang disaksikan kepling,” bebernya. Lia menuturkan, laporan kepolisian ini dilayangkan atas permintaan Reza sendiri, sebelum mengembuskan napas terakhir.
Menurut Lia, putranya itu bahkan tetap bersemangat menuntut keadilan atas kecelakaan yang ia alami. “Jadi anak saya kondisinya itu lemah sekali. Tapi dia tetap semangat. Di dalam mobil sebelum sampai Polsek dia tidur saja. Tapi sesampainya di Polsek Tuntungan dia semangat mengajak, “Ayok Mak, ayok”, kata Lia menirukan ucapan anakanya sebelum meninggal.
Sembari menahan pilu kehilangan putranya, Lia menceritakan saat-saat terakhir bersama anaknya itu. “Saya sempat juga tanya ke dia, kita lanjutkan kasus ini, dek?’. Dengan semangat dia bilang, ‘kita harus maju, Mak! Tetap semangat. Kasus ini harus jalan’, katanya menirukan ucapan anaknya lagi.
Sembari melihat foto di ponsel, Lia terlihat sesekali termenung meratapi foto almarhum Reza.
Saat buat laporan, lanjut Lia, anaknya itu menggunakan baju kaus berwarna merah. “Kan kami didampingi kuasa hukum. Anak saya itu semangat. Minta kasus ini harus terus diteruskan. Ternyata inilah yang menjadi permintaan terakhirnya,” ucap ibu korban dengan mata berkaca-kaca.
Menurut Lia, usai melapor ke kantor polisi, anaknya langsung tidur. “Mungkin ia lemah sekali. Jadi setelah buat laporan itu ia tidur. Setelah digigit, dia yang biasa ceria itu sikapnya berubah drastis. Tidak seperti biasa. Mungkin pengaruh virus rabies yang di dalam tubuhnya itu,” kata Lia.
Ia menambahkan, sebelum menghembuskan napas terakhirnya, ada buih yang keluar di mulutnya. Anaknya juga mengalami kejang-kejang. Usai kritis, dan dalam perawatan RSUP H Adam Malik, Minggu (13/6) sorenya Reza meninggal dunia.
Sementara, Pejabat Sementara Kapolsek Medan Tuntungan Iptu Martua Manik dikonfirmasi wartawan via pesan whatsapp oleh awak media membenarkan kejadian ini. Namun, kata Martua, kasusnya saat ini ditangani Satreskrim Polrestabes Medan. “Iya benar, tapi kasusnya ditangani Satreskrim Polrestabes Medan,” ujarnya singkat. (ris/bbs/azw)