30 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Hasrat Istri tak Terpuaskan, Anggota TNI AL Dicerai

SUMUTPOS.CO – Berstatus anggota TNI Angkatan Laut (AL) yang berdinas di pelabuhan Tanjung Perak membuat Tongat (45), harus pulang­pergi (PP) Jember­Surabaya untuk bertemu istrinya, Butet (40).

Tapi karena kelelahan di jalan, acap kali dia tidak bisa lagi memberikan nafkah batin ke sang istri.

Sebagai suami, Tongat sebenarnya pria yang sangat bertanggung jawab. Ia rela pulang pergi Jember-Surabaya yang waktu tempuhnya bisa mencapai sekitar 5-6 jam.

Hal itu tidak lain demi bertemu dengan istri dan anak-anaknya tiap hari. Sayang, perjuangannya tiap hari itu harus dibalas dengan air tuba. Karin mengajukan gugatan cerai karena menganggap bahwa suaminya tak bisa memuaskan hasratnya.

”Istri itu pikirannya begitu (berhubungan badan, Red) saja. Padahal kalau saya egois, tidak mungkin saya PP Jember-Surabaya, kan jauh dan capek. Tiap hari berangkat pukul 03.00 pagi, pulang sore pukul 17.00,” kata Tongat di sela sidang gugatan cerainya.

Dalam sidang itu, gugatan yang diajukan Butet adalah karena faktor biologis. Dia menyatakan tidak puas dengan suaminya. Ia merasa suaminya sering ’keluar’ lebih dulu, sementara dia belum apa­apa.

Belum lagi, sang suami kerap beralasan capek kalau dia lagi sedang pingin. Untuk gugatan cerai dari sang istri, Tongat mengaku tidak keberatan. Bahkan, dia akan dengan senang hati membantu mempercepat perceraian itu karena sang istri memang meminta.

Namun untuk tuntutannya, Tongat mengaku sangat keberatan. Bahkan, dia sampai meminta bantuan seorang pengacara. Sebab untuk cerai, Butet menuntut macam­macam. Mulai dari harta gana-gini rumah, sampai jatah nafkah untuk anak­anak selama setahun.

Tongat mengaku tidak akan memberikan tempat tinggal mereka, karena rumah itu adalah hasil kerja kerasnya. Butet memang ikut bekerja membantu nafkah rumah tangga. Tapi menurut dia, Butet lebih banyak mengirimkan hasil kerjanya itu ke orang tuanya.

”Istri saya memang asli Surabaya, tapi dinas di Jember. Dia itu memang sejak dulu wanita yang kurang bersyukur. Coba lihat teman­teman saya yang lain (rekan seprofesinya di TNI AL, Red). Karena suaminya kerja jauh, mereka milih tinggal di basecamp karena capek kalau harus pulang­pergi,” ungkap Tongat.

Diakuinya, dia memang kelelahan di jalan karena jarak yang terlalu jauh pulang pergi. Akan tetapi, istrinya seakan tidak mau tahu. Butet tidak pernah melihat kondisi fisik suaminya yang kini sudah menginjak usia 45 tahun.

“Pokoknya dia minta dilayani, langsung tancap gas. Di situ, saya sering menggos-menggos dan akhirnya ya nyerah duluan kalau di ranjang sama istri. Kalau fisik ini prima, saya bisa gas pol,” ungkap Tongat. (jpg/ras)

SUMUTPOS.CO – Berstatus anggota TNI Angkatan Laut (AL) yang berdinas di pelabuhan Tanjung Perak membuat Tongat (45), harus pulang­pergi (PP) Jember­Surabaya untuk bertemu istrinya, Butet (40).

Tapi karena kelelahan di jalan, acap kali dia tidak bisa lagi memberikan nafkah batin ke sang istri.

Sebagai suami, Tongat sebenarnya pria yang sangat bertanggung jawab. Ia rela pulang pergi Jember-Surabaya yang waktu tempuhnya bisa mencapai sekitar 5-6 jam.

Hal itu tidak lain demi bertemu dengan istri dan anak-anaknya tiap hari. Sayang, perjuangannya tiap hari itu harus dibalas dengan air tuba. Karin mengajukan gugatan cerai karena menganggap bahwa suaminya tak bisa memuaskan hasratnya.

”Istri itu pikirannya begitu (berhubungan badan, Red) saja. Padahal kalau saya egois, tidak mungkin saya PP Jember-Surabaya, kan jauh dan capek. Tiap hari berangkat pukul 03.00 pagi, pulang sore pukul 17.00,” kata Tongat di sela sidang gugatan cerainya.

Dalam sidang itu, gugatan yang diajukan Butet adalah karena faktor biologis. Dia menyatakan tidak puas dengan suaminya. Ia merasa suaminya sering ’keluar’ lebih dulu, sementara dia belum apa­apa.

Belum lagi, sang suami kerap beralasan capek kalau dia lagi sedang pingin. Untuk gugatan cerai dari sang istri, Tongat mengaku tidak keberatan. Bahkan, dia akan dengan senang hati membantu mempercepat perceraian itu karena sang istri memang meminta.

Namun untuk tuntutannya, Tongat mengaku sangat keberatan. Bahkan, dia sampai meminta bantuan seorang pengacara. Sebab untuk cerai, Butet menuntut macam­macam. Mulai dari harta gana-gini rumah, sampai jatah nafkah untuk anak­anak selama setahun.

Tongat mengaku tidak akan memberikan tempat tinggal mereka, karena rumah itu adalah hasil kerja kerasnya. Butet memang ikut bekerja membantu nafkah rumah tangga. Tapi menurut dia, Butet lebih banyak mengirimkan hasil kerjanya itu ke orang tuanya.

”Istri saya memang asli Surabaya, tapi dinas di Jember. Dia itu memang sejak dulu wanita yang kurang bersyukur. Coba lihat teman­teman saya yang lain (rekan seprofesinya di TNI AL, Red). Karena suaminya kerja jauh, mereka milih tinggal di basecamp karena capek kalau harus pulang­pergi,” ungkap Tongat.

Diakuinya, dia memang kelelahan di jalan karena jarak yang terlalu jauh pulang pergi. Akan tetapi, istrinya seakan tidak mau tahu. Butet tidak pernah melihat kondisi fisik suaminya yang kini sudah menginjak usia 45 tahun.

“Pokoknya dia minta dilayani, langsung tancap gas. Di situ, saya sering menggos-menggos dan akhirnya ya nyerah duluan kalau di ranjang sama istri. Kalau fisik ini prima, saya bisa gas pol,” ungkap Tongat. (jpg/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/