DITABRAK FORTUNER PUTIH
Hingga Jumat (17/4) sore, suasana duka masih menyelimuti kediaman keluarga Seriatun di Perumahan Oma Deli, Blok C 10, Dusun II, Desa Marendal II, Kec. Patumbak. Para keluarga dan tetangga silih berganti masuk ke rumah bercat merah tersebut untuk mengungkapkan bela sungkawa kepada suami mendiang, Harianja dan anaknya, Andro. Sembari menyanyikan lagu-lagu rohani, kediaman korban tabrak lari tersebut terlihat ramai.
Namun, peristiwa tabrak lari tersebut tidak sepenuhnya dipercaya para pelayat. Pasalnya, lokasi kejadian adalah jalanan biasa yang dipakai batako. Selain itu, kedua korban juga wanita yang tak mungkin ugal-ugalan.
Salah seorang keluarga korban menuturkan, melihat kondisi jalan yang sempit itu, kecepatan para pengendara yang melintasi lokasi itu adalah 40 km/jam. Meskipun terjadi tabrakan, pastinya dapat dilakukan pertolongan, tidak tewas di tempat. Jadi, kalaupun tabrakan, korban pasti hanya menderita luka berat. Apalagi, kedua korban adalah wanita yang baru saja pulang dari ibadah, pastinya kecepatan sepeda motornya kira-kira 20 km/jam.
Jadi, kami masih menunggu hasil olah TKP dari kepolisian. ” Kami keluargakan punya penilaian juga,” terang Hutapea. Lanjutnya, setelah keluarga korban mengetahui korban tabrakan, mereka langsung menanyakan kepada orang-orang yang melihat kejadian itu di lokasi. Namun, karena lokasi tabrakan yang terletak jauh dari rumah warga, sehingga tidak ada yang melihat.
Beberapa jam berkumpul di lokasi, akhirnya titik terang mulai ditemukan dari salah seorang warga yang bertempat tinggal sekitar 200 meter dari lokasi. Malam itu warga itu mengaku melihat satu unit Toyota Fortuner warna putih melaju kencang ke arah Jalan Lintas SM Raja. Namun, karena tidak curiga, dia tidak mempedulikannya.
Kemungkinan Fortuner itu yang menabrak kedua korban dan lari. Bisa saja pengemudinya baru saja pulang dari kafe. “Mungkin korban lusa dikebumikan. Nunggu keputusan dari keluargala dulu,”tandasnya di halaman rumah duka. Dikatakannya, semasa hidup, mendiang dikenal sebagai sosok orang baik dan rajin beribadah. Dia juga orang lama di komplek itu. Kalau menurut cerita dari kawan-kawan korban, dia pernah meminta untuk melaksanakan ibadah mingguan (partangiangan) di rumahnya, meskipun jadwal belum sampai.
“Mungkin inilah jalan banyak orang ke rumahnya. Kami sama sekali tidak ada firasat apa-apa tentang kematian korban. Mendiang orang baik,”ujarnya didampingi marga Pakpahan yang lain. Sementara itu, kediaman korban lainnya, Hotnida juga masih dalam suasana duka. Tak beda dengan rumah Seriatun, beberapa pelayat datang dan mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga korban.
“Anaknya dua, dan kemungkinan dikubur ke kampung,”tutur Simatupang, warga yang melayat. “Kalau memang sudah naas, kita mau apalagi. Sedih ya sedih, namun kan keluarga harus tetap semangat. Apalagi, mendiang kecelakaan setelah pulang dari partangiangan. Kami juga warga di sini sangat terpukul, keduanya adalah warga komplek yang sama. Dan, mereka juga satu STM kami,” kata warga.
Terlihat para pelayat bergantian mendatangi kedua rumah duka, setelah melayat Sariatun kemudian Hotnida. Semasa hidup, kedua korban dikenal sangat akrab dan selalu bersama bila ada undangan dan partangiangan. (mag-3/gib/deo)