GRESIK, SUMUTPOS.CO – Drama penyanderaan terjadi di Kota Gresik, Jawa Timur. Korbannya siswi kelas IV SD, Zahriyani Putri Agustin (9), sedangkan pelaku adalah lelaki muda yang baru saja kalah judi. Pelaku bernama Fuad Ahmad S (34), warga Desa Dasan Bembek, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Fuad akhirnya tewas. Sementara Yani, meski trauma, sama sekali tidak menangis saat disandera.
Yani merupakan warga Jalan Dewi Sekardadu, Desa Ngargosari, Kecamatan Kebomas, Gresik. Dia pelajar SDN Tlogopatut II Gresik. Peristiwa bermula sekitar pukul 07.00, ketika Fuad mendatangi Markas Komando Distrik Militer (Makodim) 0817 Gresik. Mengenakan baju cokelat dan tas cangklong warna senada, lelaki yang mengaku tinggal di Mojokerto itu diterima Serma Sugiono (provos TNI).
Di hadapan petugas, Fuad mengaku nyawanya dalam bahaya. Sebab, lelaki berkulit gelap dan berambut pendek tersebut diancam akan dibunuh seseorang (tanpa menyebut identitas orang yang mengancam) karena tak bisa membayar taruhan judi Rp2 juta. Kapan taruhan itu dilakukan, Fuad juga tidak menjelaskan. Di hadapan Sugiono, Fuad hanya mengaku diancam akan dibunuh. Karena itulah, dia meminta Sugiono menyampaikan hal tersebut kepada Komandan Kodim (Dandim) Letkol CZI Awang Pramila Loviantara.
Sugiono menyanggupi. Namun, dia tidak langsung membawa Fuad menemui atasannya. Sugiono berkoordinasi dengan Perwira Seksi Personel (Pasi Pers) Kodim Kapt Arh Suwanto. Ketika petugas melakukan koordinasi, Fuad pamit keluar.
Sejumlah saksi, di antaranya Agus Fatoni, wali murid SDN Tlogopatut II Gresik, mengaku melihat Fuad keluar makodim, kemudian menyeberang jalan menuju depan SDN Tlogopatut II. Lokasi Makodim dan SDN tersebut memang hanya dipisahkan Jalan RA Kartini. “Saya tidak curiga kalau dia mau menculik teman keponakan saya itu,” katanya.
Hampir sejam Fuad terlihat celingukan di depan sekolah tersebut. Sesekali kepalanya melongok ke halaman sekolah. Wali murid lainnya semula menduga Fuad juga hendak menjemput anaknya. Karena tidak ada pelajaran, sekolah sedianya pulang pukul 10.00 (biasanya pulang pukul 12.30). “Beberapa kali ngintip ke halaman sekolah,” ujar wali murid yang lain. Karena masih pukul 08.00, halaman sekolah sepi.
Pukul 09.00, saat istirahat, sejumlah siswa keluar kelas dan bermain di halaman. Di antara mereka terdapat Zahriyani Putri Agustin (Yani). Saat itu dia menunggu penjual jajanan pentol yang biasa berjualan di dalam halaman sekolah.
Fuad langsung menerobos masuk halaman dan menyergap tubuh bocah tersebut. Anak sulung pasangan Agus Siswanto-Nur Fadilah itu lalu direngkuh tangan kiri Fuad. Sambil berjalan, tangan kanan Fuad menempelkan pisau ke tubuh korban. “Jangan ada yang mendekat. Atau anak ini saya bunuh,” ancamnya seperti ditirukan para saksi.
Spontan, para orangtua yang sedang menunggui anaknya tersebut gaduh dan berteriak minta tolong. Sekitar lima menit Fuad berteriak-teriak di median Jalan RA Kartini. Dia beberapa kali mengancam akan menghabisi Yani.
“Anak yang disandera tidak menangis. Dia hanya terdiam dan menunduk. Tangan kanan lelaki membawa pisau dalam posisi di tubuh korban,” cerita Pasi Intel Kodim 0817 Gresik Kapt Moh Nurul Qomar.
Qomar dan petugas jaga berusaha membujuk Fuad. Aparat meminta Fuad masuk ke halaman makodim. “Karena kondisi di luar ramai dan kendaraan macet. Untuk menghindari kemacetan dan demi keselamatan korban,” ucap Qomar.
Setelah pelaku masuk halaman makodim, tak lama kemudian, Kapt Suwanto mengenalkan diri kepada Fuad sebagai Dandim. Fuad mulai melunak dan mau diajak masuk ke ruang pasi pers. Negosiasi dilakukan Suwanto. Selama negosiasi, Fuad duduk di kursi kayu panjang sambil membekap korban Yani. Posisi tangan kanan Fuad masih memegang pisau yang diarahkan ke tubuh korban. Suwanto beberapa kali meminta pelaku melepaskan korban, namun ditolak.
Bersamaan dengan itu, petugas kodim menghubungi polisi. Tak lama kemudian, polisi bersama anggota kodim bersenjata menyebar ke sekitar ruangan Suwanto. Sebagian sudah mengarahkan moncong senjata.
Dandim 0817 Gresik Letkol CZI Awang Pramila Loviantara yang melepas baju dinas dan tinggal mengenakan kaus tanpa lengan serta Wakapolres Gresik Kompol Alfian Nurrizal yang juga berganti kaus putih berusaha membantu negosiasi. Bahkan, untuk mendekati pelaku, Awang harus mengangkat kedua tangan. Upaya itu pun gagal karena begitu mendekat, Awang langsung dibentak Fuad.
“Kamu semua aparat, jangan mendekat,” teriaknya sambil menatap tajam. “Saya peringatkan, jangan ada yang mendekat. Saya akan bunuh anak ini,” ancamnya lagi sambil tangan kanannya terlihat seperti menusuk-nusukkan pisau ke tubuh Yani. Aparat pun menjauhi Fuad.
Dandim lalu mengumpulkan semua anggota di sebuah ruangan. Wakapolres melakukan hal yang sama. Mereka merancang penyergapan di dalam makodim. Awang sempat menghampiri wartawan dan meminta menjauh. “Ada kesempatan, akan kami lumpuhkan,” tegasnya.
Di dalam ruangan Suwanto, Fuad terdiam beberapa saat. Dia kemudian berdiri dan berjanji melepaskan sandera bila Suwanto mau mengantarkannya ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, untuk pulang ke rumahnya di Lombok Barat, NTB.
Suwanto menawarkan sejumlah mobil pribadi yang diparkir sekitar 50 meter dari ruangannya. Namun, tawaran Suwanto lagi-lagi ditolak Fuad. Si penyandera lalu memilih mobil patroli kodim bernopol 5844-V. Saat itu mobil diparkir sekitar 100 meteran. Tapi, pelaku meminta mobil tersebut disiapkan di dekat ruangan Suwanto.
Fuad tampaknya sudah menghitung, jika berjalan jauh menuju mobil patroli, dirinya akan ditembak aparat yang sudah bersiaga di sekeliling ruangan Suwanto. “Kalau melihat caranya, pelaku seperti sudah berpengalaman,” kata seorang aparat.
Begitu mobil siap, Fuad tidak langsung keluar ruangan. Dia mengintip dari kaca nako ruangan ke kanan dan kiri. Seakan ingin memastikan dirinya benar-benar aman. Sekitar lima menit kemudian, Fuad bersama sanderanya keluar ruangan dengan didampingi Suwanto.
Suwanto juga yang membuka pintu depan kiri mobil agar Fuad masuk. Setelah Fuad dan sandera duduk di kursi depan, Suwanto menyusul masuk dan menyopiri mobil patroli keluar makodim. Sejumlah aparat yang terdiri atas polisi dan anggota kodim menggunakan kendaraan pribadi menguntit dari jarak sekitar 20 meter. Fuad lalu menutupi wajah sandera Yani dengan tas cangklong.
Mobil patroli melaju menyusuri Jalan RA Kartini, lalu ke Jalan Veteran. Mendekati simpang empat Segoromadu, traffic light (TL) menyala merah. Mobil patroli yang membawa pelaku dan korban terjebak di tengah-tengah antrean kendaraan.
Anggota Reserse Kriminal (Reskrim) Polres Gresik bersenjata menyebar di sekitar lokasi berhentinya mobil patroli kodim tersebut. Saat itu sekitar pukul 11.00. Melihat jalanan macet, Fuad lengah. Saat itulah Suwanto menyambar tangan kanan pelaku yang memegang pisau. Terjadi perebutan hingga tangan kanan Suwanto tergores pisau. Sekitar empat anggota reskrim polres bersenjata langsung menyeruak ke mobil patroli kodim. Dua anggota membantu Suwanto melepaskan pisau. Dua anggota lagi menarik tangan kiri pelaku agar keluar dari mobil sambil merebut korban. Seorang polisi naik ke kap mobil patroli. Dalam aksi tersebut, dada Yani tergores pisau.
Setelah berhasil merebut korban, polisi melepaskan dua kali tembakan ke udara. Tak lama berselang, tiga kali pistol menyalak mengenai kepala dan dada pelaku. Fuad roboh ke jalan beraspal dengan tiga luka tembakan.
Kapolres Gresik AKBP E. Zulpan mengatakan, tindakan yang dilakukan anak buahnya kepada pelaku merupakan upaya melindungi korban penyanderaan. Pasalnya, perbuatan pelaku sudah tergolong mengancam keselamatan orang lain. “Kami akhirnya mengambil langkah tegas, pelaku kami sergap di jalan,” tegasnya. (yad/c9/nw/c10/jpnn/rbb)