MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pasca penggerebekan yang berujung penyanderaan 5 polisi pada Senin (17/11) malam, situasi di Simpang Adios Desa Sei Mencirim, Dusun III, Kec. Kutalimbaru, terlihat sunyi.
Hasil penelusuran wartawan di TKP, terlihat sebuah rumah berdinding tepas yang dicat putih tampak carut marut. Atap asbes terlihat bolong akibat lemparan batu dari warga saat malam penggerebekan.
Seorang warga yang juga tetangga pemilik rumah yang digerebek polisi mengungkapkan, penyerangan terhadap Polisi tak lepas dari andil Yuni (30), istri Bambang.
Begitu berhasil menyelinap keluar rumah, Yuni mendatangi teman-teman suaminya sembari meminta tolong. “Suamiku mau ditangkap, tolonglah,” ujar Yuni saat itu.
Mendengar laporan itu, teman-teman Bambang langsung mendatangi rumah Bambang sambil berteriak maling. Teriakan tersebut berhasil menarik perhatian warga sekitar.
Provokasi berlanjut kala seseorang melempar batu ke arah rumah. Lemparan tersebut dilanjutkan dengan pelemparan bom molotov. Sejurus kemudian, terdengar beberapa kali suara tembakan dari dalam rumah Bambang. Seiring dengan itu, seorang warga terkena peluru nyasar.
“Udah brutal kali warga malam itu. Dilempari rumah itu, sampai polisi di dalam panik dan banyak mengeluarkan tembakan. Terus tembakan terdengar. Nggak terhitunglah berapa kali,” kenang Ana dengan semangat.
Warga lainnya menyebutkan, salah satu orang yang sempat diamankan polisi saat penggerebekan adalah polisi dari Pangururan. Oknum tersebut dikenal warga sebagai Boy Sitepu (36).
“Aku tandalah, Bambang, Ardi sama Boy. Akupun terkejut, masak anggota polisi juga terlibat. Rusak kali negara kita,” aku lelaki yang meminta identitasnya disembunyikan.
Warga tidak mau disalahkan atas aksi lempar terhadap polisi itu. Pasalnya, sebagian besar warga tidak tahu kalau yang berada di dalam adalah polisi. “Mana tau kami itu polisi, dia (polisi) main tembak-tembak aja. Gak pake seragam. Wajarlah kami lindungi warga kami,” tutur Dadang (40), warga setempat.
Hal senada disampaikan Wandi (36), kepala dusun setempat. Disebutkannya, dia sama sekali tidak mendapatkan informasi apapun mengenai adanya penggerebekan dari pihak kepolisian.
“Nggak ada kabar penangkapan apapun, harusnya kan mereka minta izin dulu. Kalau sudah begini baru mereka sibuk minta bantuan menenangkan warga, kenapa tidak dari awal,” sesal Wandi.
Dirinya juga mengaku senang dengan adanya penertiban yang dilakukan oleh pihak berwajib. Namun, ia dan rekan-rekan aparat desa menyayangkan tindakan ceroboh yang dilakukan oleh pihak kepolisian. “Minta izin dulu lah kalau mau masuk ke tempat orang, permisi,” pinta Wandi.(cr-3/ras)