24 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Orangtua Adit Terus Dicari Polisi

Foto: Didik Herwanto/Riau Pos/JPNN Adit, bocah yang lidah dan kemaluannya digunting ibunya sendiri.
Foto: Didik Herwanto/Riau Pos/JPNN
Adit, bocah yang lidah dan kemaluannya digunting ibunya sendiri.

KAMPAR, SUMUTPOS.CO – Nasib Adit (6), bocah asal Kampar yang di tubuhnya penuh luka mendapat perhatian serius dari Kapolda Riau, Brigjen Pol Condro Kirono. Polisi akan berusaha menemukan kedua orang tua adit.

“Kita prihatin anak kandung dianiaya hingga lidah dipotong. Orang tua adit masih dalam pencarian polisi dan akan terus kita cari,” kata Condro, Rabu (18/12).

Condro menjelaskan, pihak kepolisian dari Polres Kampar Riau belum menemukan ibu Adit di Ujung Batu. “Awal pencarian anggota Polres Ujung Batu dengan Kepala Desa di Ujung Batu belum menemukan ibunya,” jelasnya.

Adit sendiri selaku korban penganiayaan yang masih menjalani perawatan di rumah sakit belum bisa menunjukkan lokasi rumahnya. Serta masih sangat sulit untuk dimintai keterangan.

“Adit masih belum bisa menunjukkan rumahnya karena masih 6 tahun dan masih mengalami trauma. Dan kalau dimintai keterangan dia sangat ketakutan,” ujarnya.

Hingga kini polisi telah melakukan olah TKP awal Adit ditemukan di perkebunan kelapa sawit di lokasi perkebunan PTP Nusantara V. Selain ibunya polisi juga mencari bapak dari Adit.

“Bapaknya juga belum ditemukan, kalau penjelasan dari sana (warga Ujung Batu) dia pengemudi angkutan tandan sawit. Antara bapak dan ibu itu yang masih kita cari, apa latar belakang dan motif orang tuanya melakukan penganiayaan terhadap anaknya seperti ini,” kata Condro.

Sementara, Polres Kampar Riau saat ini sudah menyebarkan tim untuk mencari tahu keberadaan orangtua Adit (6). Foto Adit juga disebar ke masyarakat untuk memudahkan identifikasi.

Kasat Reskrim Polres Kampar, AKP Eka Ariyandi Putra di RSUD Bangkinang, Kampar, Riau, Rabu (18/12 menjelaskan, sejumlah Polsek yang berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) sudah diperintahkan untuk mencari orangtua Adit. Polisi juga menyebar foto Adit ke masyarakat. Harapannya ada warga yang mengenal bocah tersebut.

“Jika mengenal, kiranya bisa melapor ke Polsek terdekat atau pos polisi. Dengan penyebaran foto itu diharapkan bisa lebih cepat mengungkap keberadaan orangtuanya atau keluarga lainnya,” kata Eka.

Adit mengaku berasal dari Ujung Batu, sebuah ibukota kecamatan di Rohul. Polisi sudah mengajak Adit untuk menelusuri kawasan kota kecamatan itu sebelum dirawat di RSUD Bangkinang. Namun tidak ditemukan alamat sebagaimana dimaksud Adit.

“Karena lokasinya di perbatasan, kita juga sudah koordinasi dengan jajaran Polres Rohul untuk sama-sama mencari keberadaan orangtua Adit,” kata Eka.

Adit mengaku dibuang ibunya yang bernama Novi dan omnya, Isam. Namun tidak diketahui tempat tinggal kedua orang ini.

Saat dikunjungi sejumlah orang Adit gampang kaget. Adit ditempatkan di ruang utama kamar bedah RSUD Bangkinang Kampar. Saat 4 perempuan sales mobil datang ke kamarnya, bocah penuh luka itu tampak murung. Padahal keempat cewek tersebut membawa kado.

Seperti tengah ketakutan, Adit hanya menatap 4 cewek tersebut. “Nak, ini tante bawa hadiah untuk Adit. Ini mobil-mobilan untuk mainan Adit ya,” rayu mereka.

Melihat ada mainan mobil, Adit mulai luluh. Dia mengizinkan 4 cewek itu melangkah ke tempat tidurnya.

“Kadang kalau bangun tidur, Adit terlihat terkejut dan mengawasi seisi ruangan. Melihat peralatan medis, seperti gunting dan perban, Adit suka menjerit,” kata Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kampar, Khairul Azmi.

Adit mengalami luka di beberapa bagian tubuh. Berdasarkan diagnosa tim medis, lidah bocah yang tak diketahui orangtua dan keluarganya ini terpotong. Bibir dan alat vitalnya disayat. Ada juga luka-luka lainnya.

“Mungkin Adit bicara bahwa lidah, bibir dan alat kelaminnya digunting. Tapi itu bahasa Adit. Hasil diagnosa tim medis kita, lidah, bibir dan alat vitalnya ada bekas benda tajam,” kata Direktur RSUD Bangkinang Kampar, dr Wira Dharma.

Dr Wira menjelaskan bahwa lidah Adit bagian ujungnya sudah terpotong. Kondisi itu diperkirakan sudah lama. Sedangkan bibirnya juga terdapat bekas benda tajam. Begitu juga alat vitalnya.

“Walau ujung lidah Adit sudah terpotong, namun hal itu tidak mengganggu untuk dia berbicara. Sedangkan bibir dan alat vitalnya yang terluka benda tajam kita tengah merawatnya,” kata Wira. Untuk di bagian kepala, ada luka benda tajam dan tumpul. Bagian kepala ada yang robek dan infeksi.

“Sedangkan bekas luka disekujur tubuhnya ada bekas benda tajam dan tumbul. Bekas itu menunjukan bahwa kondisi itu sudah lama diderita Adit. Bagian kepalanya yang infeksi karena tidak mendapat perawatan selama ini,” kata Wira.

Sekadar mengingatkan, Adit dibuang ibunya di perkebunan kelapa sawit di lokasi perkebunan PTP Nusantara V, tepatnya di Kec. Tapung Hulu Kampar, Minggu (15/12). Lokasi Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Rohul.

 

PUNYA RIWAYAT PERNAH DISIKSA

Master Psikologi Forensik pertama Indonesia, Reza Indragiri Amriel menilai pelaku penyiksa Adit (7) juga pernah mengalami tindak kekerasan maupun pelecehan. Simpulan ini hasil temuan dari sekian banyak kasus kekerasan yang pernah  diamati.

Dikatakan Reza, dalam menganalisa kasus ini perlu diamati faktor anak dan faktor pelaku. Tapi jika sebatas mengamati faktor pelaku, ada temuan bahwa sebagian pelaku kekerasan maupun pelece­han terhadap anak, ternyata juga punya riwayat pernah mengalami kekerasan/pelecehan.

“Jadi, dia (pelaku) seperti belajar bahwa cara ‘mengasuh’ anak memang dengan kekerasan,” kata Reza menjawab JPNN.com, Selasa (17/12).

Namun, alumni Fakultas Psikologi UGM dan University of Mel­bourne, itu menganggap sebab-musabab terjadinya kekerasan terha­dap anak tak lagi penting. Justru yang penting untuk dipermasa­lahkan warga di sekitar terjadinya kekerasan.

“Di mana orang, warga sekitar” Tidak ada yang tahu” Jika tahu, mengapa tidak melapor ke polisi. Kalau mereka diam, padahal tahu, mereka juga bisa diperkarakan.,” kata Dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian itu. Kemudian, hak asuh atas anak itu bisa dicabut, lalu dipindahkan ke pihak lain yang lebih kompeten menjadi effective parent (orangtua yang bertanggungjawab).

“Nah, si pelaku bisa dijatuhi pidana. Jika ia adalah orangtua korban, maka ia dikenai pemberatan hukum,” tegas Reza yang pernah masuk 20 Akademisi Muda Top Indonesia itu. Lalu apa cara paling efektif yang bisa dilakukan untuk men­gembalikan kepercayaan diri dan memulihkan psikologi Adit yang kini mengalami trauma berat? “Obati luka fisik, rehabilitasi psikis, intervensi moral eksistensial-nya,” tandas Reza. (fat/jpnn/net/bbs)

Foto: Didik Herwanto/Riau Pos/JPNN Adit, bocah yang lidah dan kemaluannya digunting ibunya sendiri.
Foto: Didik Herwanto/Riau Pos/JPNN
Adit, bocah yang lidah dan kemaluannya digunting ibunya sendiri.

KAMPAR, SUMUTPOS.CO – Nasib Adit (6), bocah asal Kampar yang di tubuhnya penuh luka mendapat perhatian serius dari Kapolda Riau, Brigjen Pol Condro Kirono. Polisi akan berusaha menemukan kedua orang tua adit.

“Kita prihatin anak kandung dianiaya hingga lidah dipotong. Orang tua adit masih dalam pencarian polisi dan akan terus kita cari,” kata Condro, Rabu (18/12).

Condro menjelaskan, pihak kepolisian dari Polres Kampar Riau belum menemukan ibu Adit di Ujung Batu. “Awal pencarian anggota Polres Ujung Batu dengan Kepala Desa di Ujung Batu belum menemukan ibunya,” jelasnya.

Adit sendiri selaku korban penganiayaan yang masih menjalani perawatan di rumah sakit belum bisa menunjukkan lokasi rumahnya. Serta masih sangat sulit untuk dimintai keterangan.

“Adit masih belum bisa menunjukkan rumahnya karena masih 6 tahun dan masih mengalami trauma. Dan kalau dimintai keterangan dia sangat ketakutan,” ujarnya.

Hingga kini polisi telah melakukan olah TKP awal Adit ditemukan di perkebunan kelapa sawit di lokasi perkebunan PTP Nusantara V. Selain ibunya polisi juga mencari bapak dari Adit.

“Bapaknya juga belum ditemukan, kalau penjelasan dari sana (warga Ujung Batu) dia pengemudi angkutan tandan sawit. Antara bapak dan ibu itu yang masih kita cari, apa latar belakang dan motif orang tuanya melakukan penganiayaan terhadap anaknya seperti ini,” kata Condro.

Sementara, Polres Kampar Riau saat ini sudah menyebarkan tim untuk mencari tahu keberadaan orangtua Adit (6). Foto Adit juga disebar ke masyarakat untuk memudahkan identifikasi.

Kasat Reskrim Polres Kampar, AKP Eka Ariyandi Putra di RSUD Bangkinang, Kampar, Riau, Rabu (18/12 menjelaskan, sejumlah Polsek yang berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) sudah diperintahkan untuk mencari orangtua Adit. Polisi juga menyebar foto Adit ke masyarakat. Harapannya ada warga yang mengenal bocah tersebut.

“Jika mengenal, kiranya bisa melapor ke Polsek terdekat atau pos polisi. Dengan penyebaran foto itu diharapkan bisa lebih cepat mengungkap keberadaan orangtuanya atau keluarga lainnya,” kata Eka.

Adit mengaku berasal dari Ujung Batu, sebuah ibukota kecamatan di Rohul. Polisi sudah mengajak Adit untuk menelusuri kawasan kota kecamatan itu sebelum dirawat di RSUD Bangkinang. Namun tidak ditemukan alamat sebagaimana dimaksud Adit.

“Karena lokasinya di perbatasan, kita juga sudah koordinasi dengan jajaran Polres Rohul untuk sama-sama mencari keberadaan orangtua Adit,” kata Eka.

Adit mengaku dibuang ibunya yang bernama Novi dan omnya, Isam. Namun tidak diketahui tempat tinggal kedua orang ini.

Saat dikunjungi sejumlah orang Adit gampang kaget. Adit ditempatkan di ruang utama kamar bedah RSUD Bangkinang Kampar. Saat 4 perempuan sales mobil datang ke kamarnya, bocah penuh luka itu tampak murung. Padahal keempat cewek tersebut membawa kado.

Seperti tengah ketakutan, Adit hanya menatap 4 cewek tersebut. “Nak, ini tante bawa hadiah untuk Adit. Ini mobil-mobilan untuk mainan Adit ya,” rayu mereka.

Melihat ada mainan mobil, Adit mulai luluh. Dia mengizinkan 4 cewek itu melangkah ke tempat tidurnya.

“Kadang kalau bangun tidur, Adit terlihat terkejut dan mengawasi seisi ruangan. Melihat peralatan medis, seperti gunting dan perban, Adit suka menjerit,” kata Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kampar, Khairul Azmi.

Adit mengalami luka di beberapa bagian tubuh. Berdasarkan diagnosa tim medis, lidah bocah yang tak diketahui orangtua dan keluarganya ini terpotong. Bibir dan alat vitalnya disayat. Ada juga luka-luka lainnya.

“Mungkin Adit bicara bahwa lidah, bibir dan alat kelaminnya digunting. Tapi itu bahasa Adit. Hasil diagnosa tim medis kita, lidah, bibir dan alat vitalnya ada bekas benda tajam,” kata Direktur RSUD Bangkinang Kampar, dr Wira Dharma.

Dr Wira menjelaskan bahwa lidah Adit bagian ujungnya sudah terpotong. Kondisi itu diperkirakan sudah lama. Sedangkan bibirnya juga terdapat bekas benda tajam. Begitu juga alat vitalnya.

“Walau ujung lidah Adit sudah terpotong, namun hal itu tidak mengganggu untuk dia berbicara. Sedangkan bibir dan alat vitalnya yang terluka benda tajam kita tengah merawatnya,” kata Wira. Untuk di bagian kepala, ada luka benda tajam dan tumpul. Bagian kepala ada yang robek dan infeksi.

“Sedangkan bekas luka disekujur tubuhnya ada bekas benda tajam dan tumbul. Bekas itu menunjukan bahwa kondisi itu sudah lama diderita Adit. Bagian kepalanya yang infeksi karena tidak mendapat perawatan selama ini,” kata Wira.

Sekadar mengingatkan, Adit dibuang ibunya di perkebunan kelapa sawit di lokasi perkebunan PTP Nusantara V, tepatnya di Kec. Tapung Hulu Kampar, Minggu (15/12). Lokasi Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Rohul.

 

PUNYA RIWAYAT PERNAH DISIKSA

Master Psikologi Forensik pertama Indonesia, Reza Indragiri Amriel menilai pelaku penyiksa Adit (7) juga pernah mengalami tindak kekerasan maupun pelecehan. Simpulan ini hasil temuan dari sekian banyak kasus kekerasan yang pernah  diamati.

Dikatakan Reza, dalam menganalisa kasus ini perlu diamati faktor anak dan faktor pelaku. Tapi jika sebatas mengamati faktor pelaku, ada temuan bahwa sebagian pelaku kekerasan maupun pelece­han terhadap anak, ternyata juga punya riwayat pernah mengalami kekerasan/pelecehan.

“Jadi, dia (pelaku) seperti belajar bahwa cara ‘mengasuh’ anak memang dengan kekerasan,” kata Reza menjawab JPNN.com, Selasa (17/12).

Namun, alumni Fakultas Psikologi UGM dan University of Mel­bourne, itu menganggap sebab-musabab terjadinya kekerasan terha­dap anak tak lagi penting. Justru yang penting untuk dipermasa­lahkan warga di sekitar terjadinya kekerasan.

“Di mana orang, warga sekitar” Tidak ada yang tahu” Jika tahu, mengapa tidak melapor ke polisi. Kalau mereka diam, padahal tahu, mereka juga bisa diperkarakan.,” kata Dosen di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian itu. Kemudian, hak asuh atas anak itu bisa dicabut, lalu dipindahkan ke pihak lain yang lebih kompeten menjadi effective parent (orangtua yang bertanggungjawab).

“Nah, si pelaku bisa dijatuhi pidana. Jika ia adalah orangtua korban, maka ia dikenai pemberatan hukum,” tegas Reza yang pernah masuk 20 Akademisi Muda Top Indonesia itu. Lalu apa cara paling efektif yang bisa dilakukan untuk men­gembalikan kepercayaan diri dan memulihkan psikologi Adit yang kini mengalami trauma berat? “Obati luka fisik, rehabilitasi psikis, intervensi moral eksistensial-nya,” tandas Reza. (fat/jpnn/net/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/