25 C
Medan
Saturday, November 23, 2024
spot_img

“Kulihat Bang Indra Nyapa Anak Tanggung”

Foto: Gibson/PM Foto Hendra Tumanggor semasa hidup. Pria yang menjadi guru sanggar tari ini menyebut dirinya Kak Indra.
Foto: Gibson/PM
Foto Hendra Tumanggor semasa hidup. Guru sanggar tari yang menyebut dirinya Kak Indra ini dibunuh di ruko sanggar tarinya di Komplek Golden Vista, Rabu (19/11/2014).

MEDAN, SDUMUTPOS.co – Polsek Delitua terus mengusut pembantaian Hendra Tumanggor alias Indra, pemilik Sanggar Pentas Seni di Komplek Golden Vista Jl. Jamin Ginting, Kel. Mangga, Kec. Medan Tuntungan. Upaya polisi menyelidiki orang-orang terakhir bersama Indra lewat sejumlah kamera pengawas (CCTV), kemarin (20/11), dapat hambatan.

Sebab, beberapa CCTV tak berfungsi baik. Seperti dua CCTV di kanan dan kiri pintu masuk komplek. Di deretan depan ruko sebelah kanan, sekitar 50 meter dari lokasi kejadian, juga ada CCTV tapi hasilnya sama sekali tak memperlihatkan ada keanehan yang terkait kematian Indra.

Beberapa kamera CCTV dari Komplek Grand Sumatera di seberang lokasi kejadian, sempat diharapkan bisa jadi petunjuk. Sayang, hard disk CCTV itu rusak hingga tak menyimpan data rekaman. Namum, sejumlah polisi terus berupaya menelusuri petunjuk. Beberapa orang yang berdekatan dari lokasi kejadian menjadi sasaran untuk dimintai keterangan.

Hasil penyelidikan ternyata berbuah manis. Polisi menemukan saksi yang bisa memberi jalan cerita kejadian. Dia adalah Heri (20) warga Jl. Griyadome yang jualan burger di seberang lokasi kejadian. Dia mengaku sempat masuk ke ruko dan berbincang tentang alat musik sebelum kematian korban.

“Aku ngobrol-ngobrol sama dia, diajaknya pun aku masuk ke dalam rumahnya. Ditunjukinnya aku alat musik terbarunya,” aku Heri yang aslinya merupakan orang perantauan dari Tebing Tinggi.

Dibebernya, malam itu sekitar pukul 20.00, dia melihat Indra menyeberang dari komplek rumahnya menuju ke arahnya. Indra menyapa Heri hingga mereka terlibat obrolan ringan tentang sanggar tari. Perbincangan mereka pun dihentikan dengan bertukaran nomor telpon seluler. Indra pamit, ia mengatakan akan melanjutkan obrolan tersebut setelah membeli nasi goreng.

“Kami jumpa di kios burgerku, ngobrol biasa tentang sanggarnya terus tukar-tukaran nomor hp,” sahutnya ringan.

Indra pun lanjut berjalan lagi sekitar 50 meter ke sisi kanan dari kios burger milik Heri. Usai membeli nasi goreng, ternyata Indra sempat menyinggahi warung ayam penyet yang berada sekitar 20 meter sebelum warung Heri.

Bu Ana (45) pedang di ayam penyet itu mengaku melihat Indra singgah ke warungnya dan mengobrol dengan seorang pria bertubuh tinggi, kurus, rambut pendek. “Liat, malam itu dia ngbrol di depan sini, cuma aku gak tau itu siapa dia, mungkin kawannya,” ucap Bu Ana.

Tak lama, Indra menyambangi warung burger miliknya Heri. Indra membuka bungkusan nasi gorengnya di sana. Sambil menikmati makanannya, Indra kembali menyambung perbincangan yang terputus tadi. Jam menunjukkan pukul 22.30 WIB. Heri menutup lapak jualannya. Indra pun memberikan tawaran kepada Heri untuk melihat-lihat isi sanggarnya.

”Dia bilang di rumahnya ada gitar listik, drum, diajaknya aku main-main ke situ. Ikutlah,” ucap Heri. Di dalam rumah, Heri mengaku tidak melihat kejanggalan apapun. Hingga pukul setengah satu dini hari, Heri pun berpamitan pulang. Di depan ruko, Heri mengaku Indra sempat menegur seorang lelaki berpakaian putih, celana hitam dan rambut pendek. Hanya sebatas sapa, lelaki ini langsung bergegas pergi.

“Waktu pulang, sempat kulihat Bang Indra nyapa laki-laki. Anak tanggung lah. Pake baju putih celana hitam. Aku gak kenal,” jelas Heri. Setelah pamitan pulang, Heri mengaku besoknya melihat ruko Indra telah ramai. Indra di kabarkan merenggang nyawa. “Aku datang mau buka warung, udah rame aja rumah abang tu,” ujar Heri.

Sementara, Indra diketahui baru dua minggu pindah. “Spanduk iklan sanggar tari yang tetpampang di depan ruko itu aja baru beberapa hari terpasang,” ujar Adi Kesuma (30), keamanan komplek sambil menunjuk ke arah spanduk sanggar tari milik Indra.

Sejak pindahnya Iwan di lomplek Golden Vista, hubungan ia dan tetangganya tampak baik. Kepada tetangga ia mengenalkan diri sebaai pelatih model yang memiliku banyak sertifikat. “Aku gak kayak biasanya pelatih. Ini sertifikatku. Banyak,” ingat Adi mengulangi kata-kata Indra sebelum kematiannya.

Namum, di sisi lainnya, Indra dikenal juga sebagai lelaki kemayu yang jarang berkomunikasi dengan tetangga. Pihak keamanan juga sering melihat Indra membawa teman cowoknya yang berbeda-beda ke dalam ruko. “Memang dia sering bawa kawan laki-lakinya ke ruko. Tapi gak tau lah ngapain orang itu,” imbuh Adi.

Sementara, kematian mengenaskan Indra terlihat dari luka yang dialami warga Jl. Sei Agul Gg. Adil ini. Dia ditemukan telentang bersimbah darah di lantai 2, dengan mata kiri pecah. Leher, pipi dan kepala bagian belakang luka bacok dua liang, Rabu (19/11) sekira pukul 15.00 Wib.

Kanit Reskrim Polsek Delitua, Iptu Martualesi Sitepu SH.MH mengaku, “Kita sudah melakukan pemeriksaan 5 saksi. Kasusnya masih kita dalami terus. Korban dibunuh, motifnya kita dalami dulu. Namun, dugaan sementara berlatar belakang perampokan atau pencurian. Pasalnya, sepeda motor korban raib dari lokasi sanggar yang dikelolanya itu,” ujar Martualesi.(cr3/cr2/trg)

Foto: Gibson/PM Foto Hendra Tumanggor semasa hidup. Pria yang menjadi guru sanggar tari ini menyebut dirinya Kak Indra.
Foto: Gibson/PM
Foto Hendra Tumanggor semasa hidup. Guru sanggar tari yang menyebut dirinya Kak Indra ini dibunuh di ruko sanggar tarinya di Komplek Golden Vista, Rabu (19/11/2014).

MEDAN, SDUMUTPOS.co – Polsek Delitua terus mengusut pembantaian Hendra Tumanggor alias Indra, pemilik Sanggar Pentas Seni di Komplek Golden Vista Jl. Jamin Ginting, Kel. Mangga, Kec. Medan Tuntungan. Upaya polisi menyelidiki orang-orang terakhir bersama Indra lewat sejumlah kamera pengawas (CCTV), kemarin (20/11), dapat hambatan.

Sebab, beberapa CCTV tak berfungsi baik. Seperti dua CCTV di kanan dan kiri pintu masuk komplek. Di deretan depan ruko sebelah kanan, sekitar 50 meter dari lokasi kejadian, juga ada CCTV tapi hasilnya sama sekali tak memperlihatkan ada keanehan yang terkait kematian Indra.

Beberapa kamera CCTV dari Komplek Grand Sumatera di seberang lokasi kejadian, sempat diharapkan bisa jadi petunjuk. Sayang, hard disk CCTV itu rusak hingga tak menyimpan data rekaman. Namum, sejumlah polisi terus berupaya menelusuri petunjuk. Beberapa orang yang berdekatan dari lokasi kejadian menjadi sasaran untuk dimintai keterangan.

Hasil penyelidikan ternyata berbuah manis. Polisi menemukan saksi yang bisa memberi jalan cerita kejadian. Dia adalah Heri (20) warga Jl. Griyadome yang jualan burger di seberang lokasi kejadian. Dia mengaku sempat masuk ke ruko dan berbincang tentang alat musik sebelum kematian korban.

“Aku ngobrol-ngobrol sama dia, diajaknya pun aku masuk ke dalam rumahnya. Ditunjukinnya aku alat musik terbarunya,” aku Heri yang aslinya merupakan orang perantauan dari Tebing Tinggi.

Dibebernya, malam itu sekitar pukul 20.00, dia melihat Indra menyeberang dari komplek rumahnya menuju ke arahnya. Indra menyapa Heri hingga mereka terlibat obrolan ringan tentang sanggar tari. Perbincangan mereka pun dihentikan dengan bertukaran nomor telpon seluler. Indra pamit, ia mengatakan akan melanjutkan obrolan tersebut setelah membeli nasi goreng.

“Kami jumpa di kios burgerku, ngobrol biasa tentang sanggarnya terus tukar-tukaran nomor hp,” sahutnya ringan.

Indra pun lanjut berjalan lagi sekitar 50 meter ke sisi kanan dari kios burger milik Heri. Usai membeli nasi goreng, ternyata Indra sempat menyinggahi warung ayam penyet yang berada sekitar 20 meter sebelum warung Heri.

Bu Ana (45) pedang di ayam penyet itu mengaku melihat Indra singgah ke warungnya dan mengobrol dengan seorang pria bertubuh tinggi, kurus, rambut pendek. “Liat, malam itu dia ngbrol di depan sini, cuma aku gak tau itu siapa dia, mungkin kawannya,” ucap Bu Ana.

Tak lama, Indra menyambangi warung burger miliknya Heri. Indra membuka bungkusan nasi gorengnya di sana. Sambil menikmati makanannya, Indra kembali menyambung perbincangan yang terputus tadi. Jam menunjukkan pukul 22.30 WIB. Heri menutup lapak jualannya. Indra pun memberikan tawaran kepada Heri untuk melihat-lihat isi sanggarnya.

”Dia bilang di rumahnya ada gitar listik, drum, diajaknya aku main-main ke situ. Ikutlah,” ucap Heri. Di dalam rumah, Heri mengaku tidak melihat kejanggalan apapun. Hingga pukul setengah satu dini hari, Heri pun berpamitan pulang. Di depan ruko, Heri mengaku Indra sempat menegur seorang lelaki berpakaian putih, celana hitam dan rambut pendek. Hanya sebatas sapa, lelaki ini langsung bergegas pergi.

“Waktu pulang, sempat kulihat Bang Indra nyapa laki-laki. Anak tanggung lah. Pake baju putih celana hitam. Aku gak kenal,” jelas Heri. Setelah pamitan pulang, Heri mengaku besoknya melihat ruko Indra telah ramai. Indra di kabarkan merenggang nyawa. “Aku datang mau buka warung, udah rame aja rumah abang tu,” ujar Heri.

Sementara, Indra diketahui baru dua minggu pindah. “Spanduk iklan sanggar tari yang tetpampang di depan ruko itu aja baru beberapa hari terpasang,” ujar Adi Kesuma (30), keamanan komplek sambil menunjuk ke arah spanduk sanggar tari milik Indra.

Sejak pindahnya Iwan di lomplek Golden Vista, hubungan ia dan tetangganya tampak baik. Kepada tetangga ia mengenalkan diri sebaai pelatih model yang memiliku banyak sertifikat. “Aku gak kayak biasanya pelatih. Ini sertifikatku. Banyak,” ingat Adi mengulangi kata-kata Indra sebelum kematiannya.

Namum, di sisi lainnya, Indra dikenal juga sebagai lelaki kemayu yang jarang berkomunikasi dengan tetangga. Pihak keamanan juga sering melihat Indra membawa teman cowoknya yang berbeda-beda ke dalam ruko. “Memang dia sering bawa kawan laki-lakinya ke ruko. Tapi gak tau lah ngapain orang itu,” imbuh Adi.

Sementara, kematian mengenaskan Indra terlihat dari luka yang dialami warga Jl. Sei Agul Gg. Adil ini. Dia ditemukan telentang bersimbah darah di lantai 2, dengan mata kiri pecah. Leher, pipi dan kepala bagian belakang luka bacok dua liang, Rabu (19/11) sekira pukul 15.00 Wib.

Kanit Reskrim Polsek Delitua, Iptu Martualesi Sitepu SH.MH mengaku, “Kita sudah melakukan pemeriksaan 5 saksi. Kasusnya masih kita dalami terus. Korban dibunuh, motifnya kita dalami dulu. Namun, dugaan sementara berlatar belakang perampokan atau pencurian. Pasalnya, sepeda motor korban raib dari lokasi sanggar yang dikelolanya itu,” ujar Martualesi.(cr3/cr2/trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/