29 C
Medan
Monday, November 4, 2024
spot_img

Cerai Usai Miliki 4 Toko

SUMUTPOS.CO – Harta dan tahta menjadi dua hal yang sering dijadikan alasan orang tua memilih menantu. Begitu pula dengan orang tua Butet (38). Hampir 10 tahun lamanya ia menolak menganggap Tongat (43) sebagai mantu, karena berstatus gembel.

Tak pernah ada habis-habisnya Butet dan keluarganya menyerang dan menghina Tongat. Padahal, sebagai suami dan mantu, Tongat sudah menunjukkan niat baiknya agar diterima oleh keluarga mertuanya.

Berasal dari keluarga miskin dan hanya lulusan SMP bikin tak diterima hingga sekarang.

”Sampai sekarang kalau kumpul ya saya selalu dihina. Yang miskinlah, yang jeleklah. Saya sabar terus,” kata Tongat di sela-sela sidang talak cerainya.

Akan tetapi, Tongat tak pernah mendengarkan hinaan mertua dan keluarganya. Baginya yang terpenting adalah ia bekerja untuk memenuhi kehidupan anak dan istrinya.

”Saya tidak peduli. Tapi, tiap hari digarai ya lama-lama kesal,” kata pria yang kini punya toko baju itu. Pria yang tinggal di kawasan Tandes mengaku sering sakit hati dengan ucapan mertua dan istrinya.

Mereka sering memanggilnya gembel. Panggilan itu sudah berlaku sejak dia baru menikah 10 tahun lalu. Kebetulan pernikahan mereka tidak disetujui mertuanya. Usai menikah, keduanya langsung diusir hingga harus ngekos.

”Saya awalnya kerja hanya jaga toko. Terus pelan-pelan nabung bisa buka toko baju sendiri. Alhadulillah sekarang sudah punya empat toko di PGS (Pasar Grosir Surabaya) dan Pasar Kapasan,” katanya.

Ia pun berharap mertuanya dapat menerimanya dengan baik.

Status gembel dan jelek pun tidak lagi terucap dari mulut mertuanya. Sayangnya, ucapan mertua makin parah. Istrinya pun sering turut serta.

Padahal, selama ini yang memenuhi kebutuhan hidup mertua dan keluarganya adalah Tongat.

”Saya dipanggil gembel sepanjang masa. Tidak hanya di rumah, di toko juga. Saya sampai malu sama anak buah dan pelanggan saya,” kata Tongat dengan ekspresi meringis.(jpg/ras)

SUMUTPOS.CO – Harta dan tahta menjadi dua hal yang sering dijadikan alasan orang tua memilih menantu. Begitu pula dengan orang tua Butet (38). Hampir 10 tahun lamanya ia menolak menganggap Tongat (43) sebagai mantu, karena berstatus gembel.

Tak pernah ada habis-habisnya Butet dan keluarganya menyerang dan menghina Tongat. Padahal, sebagai suami dan mantu, Tongat sudah menunjukkan niat baiknya agar diterima oleh keluarga mertuanya.

Berasal dari keluarga miskin dan hanya lulusan SMP bikin tak diterima hingga sekarang.

”Sampai sekarang kalau kumpul ya saya selalu dihina. Yang miskinlah, yang jeleklah. Saya sabar terus,” kata Tongat di sela-sela sidang talak cerainya.

Akan tetapi, Tongat tak pernah mendengarkan hinaan mertua dan keluarganya. Baginya yang terpenting adalah ia bekerja untuk memenuhi kehidupan anak dan istrinya.

”Saya tidak peduli. Tapi, tiap hari digarai ya lama-lama kesal,” kata pria yang kini punya toko baju itu. Pria yang tinggal di kawasan Tandes mengaku sering sakit hati dengan ucapan mertua dan istrinya.

Mereka sering memanggilnya gembel. Panggilan itu sudah berlaku sejak dia baru menikah 10 tahun lalu. Kebetulan pernikahan mereka tidak disetujui mertuanya. Usai menikah, keduanya langsung diusir hingga harus ngekos.

”Saya awalnya kerja hanya jaga toko. Terus pelan-pelan nabung bisa buka toko baju sendiri. Alhadulillah sekarang sudah punya empat toko di PGS (Pasar Grosir Surabaya) dan Pasar Kapasan,” katanya.

Ia pun berharap mertuanya dapat menerimanya dengan baik.

Status gembel dan jelek pun tidak lagi terucap dari mulut mertuanya. Sayangnya, ucapan mertua makin parah. Istrinya pun sering turut serta.

Padahal, selama ini yang memenuhi kebutuhan hidup mertua dan keluarganya adalah Tongat.

”Saya dipanggil gembel sepanjang masa. Tidak hanya di rumah, di toko juga. Saya sampai malu sama anak buah dan pelanggan saya,” kata Tongat dengan ekspresi meringis.(jpg/ras)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/