MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kasus kekerasan seksual terhadap anak seakan tak ada habisnya. Kali ini giliran MN (10) dan adiknya A (8) yang jadi korban. Kedua warga Jl. Pertahanan Patumbak itu disodomi secara bergantian oleh 5 siswa salah satu SMP di Patumbak. Mirisnya, sebelum dikerjai, abang adik ini lebih dulu dipaksa ngelem. R,G,IL,RY dan F adalah inisial nama pelaku yang rata-rata berusia berusia 13 tahun itu.
Perbuatan tak senonoh ini terungkap Kamis (22/5) sekira pukul 13.00 WIB. Siang itu, A yang baru saja digililir pelaku memilih pulang ke rumah karena tak tahan menahan sakit pada duburnya. Setiba di rumah, sembari meringis korban memilih duduk di kursi. Curiga melihat wajah cucunya, sang nenek bernama Siti Mariam Lubis (60) pun coba menanyakan yang terjadi. Awalnya A enggan terus terang. Kasihan melihat sang cucu kesakitan, Siti lantas membawa korban berobat ke salah satu klinik terdekat.
Setelah diperiksa, Siti sontak kaget karena dari pemeriksaan dokter baru terungkap ternyata rasa sakit itu bersumber dari dubur korban yang berdarah. Yakin ada yang tak beras, siang itu juga Siti membawa cucunya pulang. Setiba di rumah, Siti langsung menginterogasi A. Karena tak bisa berkelit lagi, akhirnya A pun mengaku kalau dia telah disodomi oleh kelima pelaku secara bergantian di pinggir sungai yang tak jauh dari rumah mereka.
Syok mendengar pengakuan korban, Siti lantas memanggil dan mengajak keluarganya yang lain berembuk. Setelah musyawarah, pihak keluarga akhirnya memanggil kelima pelaku ke kantor lurah setempat. Disaksikan sang lurah, kelima pelaku mengaku perbuatan mereka. Ironisnya lagi, setelah diselidiki ternyata bukan A saja yang jadi korban. Rupanya MN yang berstatus abang kandung A juga pernah disodomi oleh para pelaku. Tak terima dengan perbuatan pelaku, keluarga korban akhirnya melaporkan kasus tersebut ke Polsek Patumbak dan diarahkan ke Polresta Medan.
Saat ditemui kru koran ini, MN mengatakan bahwa ia juga pernah disodomi oleh para pelaku. Karena takut dimarahi orangtuanya, MN pun merahasiakan kejadian tersebut. “Aku sudah pernah disodomi mereka, sudah sering bang,” ucapnya. Sementara itu, Siti mengaku kasus itu terungkap setelah ia melihat bercak darah di celana A. “Aku terkejut dia tiba-tiba meringis kesakitan. Makanya langsung kubawa ke klinik untuk berobat. Kupikir cucuku kena disentri. Tapi setelah diperiksa dokter, rupanya duburnya luka. Disitula saya curiga dan menanyakan kenapa bisa berdarah, akhirnya cucuku cerita semuanya hingga kami buat pengaduan,” bebe Siti di halaman Polresta Medan.
Selama ini, Siti mengaku sudah menaruh curiga karena tiap buang air besar, cucunya pasti kesakitan. “Aku sempat berembuk dengan tetangga bernama Era.
Namun, pada saat itu, saya belum yakin dia disodomi. Ibu dari kedua cucuku ini bekerja di Malaysia sebagai TKW. Dan, dia tinggal bersamaku. Makanya, kasihan sekali cucuku ini, sudah ditinggal kerja ibunya, kena masalah ini pulak lagi. Kami minta polisi menegakkan keadilan. Sewaktu di kantor Lurah tadi, para keluarga pelaku minta berdamai, tapi kami tidak mau,” pungkasnya.
Sampai jelang malam korban dana keluarganya masih menjalani pemeriksaan di ruang Unit PPA Polresta Medan. Kanit PPA, AKP Ully Lubis mengatakan telah menerima laporan korban dan masih mendalaminya.” Sudah kita terima laporannya. Dan, kita akan memeriksa korban, pelaku dan saksi-saksi lainnya,”pungkasnya. Sementara itu, kerabat kedua korban bernama Nilawati Simanungkalit mengatakan, sebelum disodomi kedua bocah malang itu lebih dulu dipaksa menghirup lem kambing.
Hal itu diketahui saat kedua korban diinterogasi. Ketika itu, korban mengatakan bahwa sebelum disodomi, dia dipaksa menghirup lem, jika menolak akan diceburkan ke sungai. “Nama orangtua mereka adalah Budi Nurdin (36) dan Halimah (32) . Mereka takut akan diceburkan ke sungai makanya mereka mengelem dan disodomi. Kami sudah sangat emosi dengan keadaan ini, makanya kami mengadukannya ke polisi,”tandasnya. Hal senada dikatakan oleh Abdurahman Tarigan (60), paman korban.
“Kami sangat terkejut dengan kejadian ini. Kalau dari keterangan MN, dia sudah disodomi pelaku dari empat bulan lalu. Namun karena takut dengan ancaman pelaku, dia memilih diam. Makanya baru sekarang ketahuan,”ucapnya. Selama ini, para pelaku yang masih tetangga itu juga sering datang ke rumah nenek kedua korban yang tengah kosong.
“Jadi, selain di pinggir sungai, para pelaku juga pernah melakukannya di rumah korban. Karena jarak rumah mereka sangat dekat sehingga dapat memantau rumah korban. Ini sangat memalukan dan harus diproses secara hukum. Kami masih menunggu hasilnya dari polisi,” tandasnya. (gib/deo)