25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Robin Nababan Minum Racun Usai Habisi Istri

Foto: Tuntun/PM Robin Nababan, pelaku pembunuh istri menangis saat ditemui kakak kandungnya di Polsek.
Foto: Tuntun/PM
Robin Nababan, pelaku pembunuh istri menangis saat ditemui kakak kandungnya di Polsek.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setelah 10 hari buron, Robin Nababan (40), suami yang tega menghabisi nyawa istrinya, Nova boru Sianturi (38) hanya karena terbakar api cemburu itu, akhirnya berhasil dibekuk polisi dari rumah kerabatnya di kawasan Kandis, Provinsi Riau.

Data dihimpun, selain bermotif cemburu, pembunuhan yang terjadi di Jl. TB Simatupang, Ling. XII Gang Langgar, Kel. Sunggal, Kec. Medan Sunggal, Selasa (11/4) siang itu juga dipicu ketakutan korban ditinggal istrinya. Apalagi, saat tiba di rumah usai bertengkar di Pajak Sunggal, Nova yang uring-uringan langsung mengemas semua bajunya ke dalam tas.

Saat ditanya mau ke mana, Nova menjawab ingin pergi meninggalkannya. Selain itu, Nova juga ngaku akan ngontrak rumah bersama pria yang selama ini ia akui sebagai selingkuhannya. “Setelah tiba di rumah. Aku nanya, sebenarnya ada apa dengan dirimu hingga tega kau mengontrak rumah baru, sementara kita ngontrak juga di sini? Siapa kawanmu sebenarnya, dan bilang saja terus terang?” ujar Robin mengulang pertanyaannya pada kru koran ini.

Mendengar itu, dengan lantang Nova menjawab. “Lae-mu itulah kawanku selama ini (salah seorang pedagang di Pajak Sunggal-red), itu kata istriku. Pengakuan itu keluar dari mulutnya sendiri. Itu yang membuatku naik pitam. Aku makin yakin istriku memang selingkuh. Apalagi selama ini sudah 10 kali istriku minta cerai,” kenang pria yang kaki kanannya mengecil (cacat) pasca mengalami kecelakaan lalu lintas, beberapa tahun lalu itu.

Emosi mendengar Nova tak mau tinggal seatap lagi dengannya, Robin sempat membanting sepeda anaknya ke lantai. Melihat itu, Nova yang sudah emosi lantas berlari ke dapur untuk mengambil pisau. Melihat itu, Robin yang tak mau terluka langsung menghampiri dan berusaha merampas pisau tersebut. Setelah sempat tarik menarik, Robin yang menang tenaga berhasil merampas pisau tersebut dari tangan istrinya.

Detik berikutnya, Robin lantas menikam ulu hati Nova sebanyak satu liang. Melihat istrinya terkapar bersimbah darah, Robin yang menyesal sempat berniat bunuh diri dengan cara meneguk racun serangga. Tapi aksi itu gagal karena ia keburu muntah-muntah. Karena takut ditangkap warga, Robin pun memilih kabur dari pintu belakang.

Awalnya ia menyusuri gang-gang rumah warga menuju sungai yang lokasinya berada di ujung jalan kediaman mereka. Setiba di pinggir sungai, Robin langsung loncat dan menghanyut mengikuti arus. Karena hari sudah mulai gelap, Robin yang kedinginan memilih naik ke permukaan. Agar tak ditemukan polisi, pelaku memilih istirahat di tengah-tengah pepohonan pisang yang tumbuh subur di tepi sungai.

Setelah sehari sembunyi di sana, keesokan harinya, atau Rabu (12/3). Pagi-pagi sekali Robin bergegas dari lokasi dengan berjalan kaki ke arah Pajak Kampung Lalang. Setiba di pajak, pelaku yang ketakutan sempat salah naik angkot. Waktu itu, ia sempat menumpangi angkot yang mengarah ke Binjai. Padahal, saat itu ia bertujuan pergi ke Amplas.

Sadar salah arah, Robin pun memilih turun dan menumpangi angkot KPUM 06 yang di seberang. Setelah hampir satu jam menempuh perjalanan, Robin akhirnya tiba di kawasan Simpang Limun Medan. Di sana, ia sempat mengambil uang dari ATM BRI sebanyak  Rp2 juta sebagai modal kabur. Karena bajunya kotor dan compang camping, Robin sempat membeli sepasang baju baru di Pajak Simpang Limun.

Setelah memakai baju dua lapis. Pelaku lalu melanjutkan perjalanan menuju kawasan Terminal Amplas. Di sana, Robin sempat minum cendol seraya menunggu Bus Medan Jaya tujuan Pekanbaru lewat.

Singkat cerita, setelah menempuh satu hari perjalanan, bus yang ditumpangi pelaku pun tiba di Kandis, Provinsi Riau. Tanpa mengulur waktu, pelaku pun bergegas ke rumah saudaranya boru Marpaung untuk bersembunyi. Setelah menceritakan yang terjadi, Robin pun diijinkan saudaranya sembunyi di sana selama 10 hari, hingga akhirnya ia pun ditangkap.

Sementara itu, Kapolsek Sunggal, Kompol Eko Hartanto mengatakan, awalnya mereka sudah melakukan penelusuruan di seputaran sungai tempat pelaku sembunyi. Polisi yakin Robin masih berada di sana, karena hapenya yang dilacak menggunakan GPS masih terdeteksi. Tapi pelaku lolos karena polisi tak menyangka ia sembunyi di balik pepohonan pisang yang rimbun di pinggir sungai itu.

“Setelah mengendus keberadaan pelaku dan beberapa petunjuk yang kita dapatkan, pada Jumat (21/3) lalu, kita langsung mengutus anggota sebanyak 3 orang ke Kandis yang dipimpin langsung oleh Kanit Reskirm,” ujarnya menerangkan proses pengejaran Robin.

setelah sempat menyebar foto dan mendeteksi keberadaan pelaku di Kandis. Esoknya, atau Sabtu (22/3) sekira pukul 21.30 WIB, polisi baru berhasil menangkap pelaku yang tengah istirahat di rumah keluarganya. “Setelah kami intensifkan sehari di Kandis. Alhamdulilah esok malamnya, pelaku langsung diamankan karena rumah keluarga pelaku juga tidak terlalu jauh dari bascam atau pun tempat menginap anggota kita,” terangnya.

Dia juga menambahkan, atas kasus tersebut pelaku dijerat Pasal 338 KUHP dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara. “Pelaku dujerat Pasal 338 KUHP dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara,” tandasnya.

Sekedar mengingatkan, peristiwa menggemparkan ini pertama kali diketahui Inem (38), tetangga sebelah kanan rumah korban. Siang itu, Inem yang tengah istirahat mengaku kaget mendengar teriakan Nova yang minta tolong sembari memanggil namanya. Curiga telah terjadi sesuatu, Inem pun bergegas keluar dan mendatangi rumah korban. Ketika itu, Inem mendapati Roy Nababan (11) dan Aldo Nababan (6), anak pasutri itu menangis sembari mengetuk pintu depan yang terkunci dari dalam.

Karena tak ada sahutan, Inem spontan menjerit minta tolong, hingga mengundang perhatian puluhan warga. Dalam hitungan detik, warga yang telah menyemut itu pun mendobrak pintu.

Saat pintu terbuka, puluhan warga kaget melihat darah berceceran di lantai. Sedangkan Nova ditemukan tewas dalam posisi telungkup di ruang tamu. Selain luka tikaman di punggung, di leher korban juga ditemukan luka sayatan benda tajam.

“Tadi aku mendengar  jeritan memanggil namaku, langsunglah aku keluar rumah. Ku lihat dua anak korban berada di depan sambil mengetuk-ngetuk pintu. Karena tak ada sahutan dari dalam, aku langsung berteriak. Setelah pintu didobrak warga, rupanya korban sudah meninggal di ruang tamu,” beber Inem yang ditemui di lokasi kejadian.

Lebih lanjut, wanita yang tampak syok itu menuturkan, sebelum pintu dikunci dari dalam, ia sempat melihat kedua anak korban berada di dalam rumah bersama Nova. Sedangkan Robin duduk-duduk di teras sebelah kiri rumah kontrakan mereka yang satu dinding.

“Tadi ku lihat kedua anaknya di dalam rumah, sementara suaminya duduk di kursi depan. Waktu itu mereka memang bertengkar, karena ku dengar Nova ini merepet-repet (marah-marah-red),” kenangnya.

Keterangan Inem dikuatkan oleh anak ketiganya, Roy Nababan (11). Sebelum membunuh, Roy mengaku sempat berada di dalam rumah bersama ayah dan ibunya. Tiba-tiba ayahnya langsung masuk ke dalam rumah dari sebelumnya duduk-duduk di sebuah kursi kayu yang ada di depan rumahnya. Setelahnya ayahnya masuk dan mengusir mereka dari rumah tersebut agar pergi. Beberapa saat kemudian terdengar ibunya minta tolong.

“Kami tidak tahu apa-apa. Kami di dalam rumah sama adek, tapi tiba-tiba bapak masuk ke dalam rumah dan langsung menyuruh kami pergi ke luar. Setelah kami keluar, bapak pun langsung menutup pintu,” ujar bocah tersebut mengisahkan detik-detik ayahnya melakukan pembunuhan terhadap ibunya.

Tak jauh dari mayat Nova ditemukan pisau dapur yang masih berlumuran darah. Benda tajam itu yang digunakan Robin untuk menghabisi nyawa istrinya. Kuat dugaan, sebelum tewas Nova sempat melakukan perlawanan. Hal ini terlihat dari luka di bagian jari tangan kiri dan pinggir betis kaki sebelah kanan korban. Selain itu, bendo yang menempel di kepala Nova juga patah yang duduga akibat dijambak pelaku sebelum menggorok leher korban.

Usai menghabisi nyawa korban, pelaku lalu kabur melalui pintu belakang rumah yang berdinding tepas itu. Tak lama berselang, puluhan personel Polsek Sunggal yang tiba di lokasi pun langsung melakukan olah TKP. Usai memasang garis police line, untuk keperluan otopsi petugas pun mengevakuasi jenazah korban ke RSUP Adam Malik Medan. (tun/deo)

Foto: Tuntun/PM Robin Nababan, pelaku pembunuh istri menangis saat ditemui kakak kandungnya di Polsek.
Foto: Tuntun/PM
Robin Nababan, pelaku pembunuh istri menangis saat ditemui kakak kandungnya di Polsek.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Setelah 10 hari buron, Robin Nababan (40), suami yang tega menghabisi nyawa istrinya, Nova boru Sianturi (38) hanya karena terbakar api cemburu itu, akhirnya berhasil dibekuk polisi dari rumah kerabatnya di kawasan Kandis, Provinsi Riau.

Data dihimpun, selain bermotif cemburu, pembunuhan yang terjadi di Jl. TB Simatupang, Ling. XII Gang Langgar, Kel. Sunggal, Kec. Medan Sunggal, Selasa (11/4) siang itu juga dipicu ketakutan korban ditinggal istrinya. Apalagi, saat tiba di rumah usai bertengkar di Pajak Sunggal, Nova yang uring-uringan langsung mengemas semua bajunya ke dalam tas.

Saat ditanya mau ke mana, Nova menjawab ingin pergi meninggalkannya. Selain itu, Nova juga ngaku akan ngontrak rumah bersama pria yang selama ini ia akui sebagai selingkuhannya. “Setelah tiba di rumah. Aku nanya, sebenarnya ada apa dengan dirimu hingga tega kau mengontrak rumah baru, sementara kita ngontrak juga di sini? Siapa kawanmu sebenarnya, dan bilang saja terus terang?” ujar Robin mengulang pertanyaannya pada kru koran ini.

Mendengar itu, dengan lantang Nova menjawab. “Lae-mu itulah kawanku selama ini (salah seorang pedagang di Pajak Sunggal-red), itu kata istriku. Pengakuan itu keluar dari mulutnya sendiri. Itu yang membuatku naik pitam. Aku makin yakin istriku memang selingkuh. Apalagi selama ini sudah 10 kali istriku minta cerai,” kenang pria yang kaki kanannya mengecil (cacat) pasca mengalami kecelakaan lalu lintas, beberapa tahun lalu itu.

Emosi mendengar Nova tak mau tinggal seatap lagi dengannya, Robin sempat membanting sepeda anaknya ke lantai. Melihat itu, Nova yang sudah emosi lantas berlari ke dapur untuk mengambil pisau. Melihat itu, Robin yang tak mau terluka langsung menghampiri dan berusaha merampas pisau tersebut. Setelah sempat tarik menarik, Robin yang menang tenaga berhasil merampas pisau tersebut dari tangan istrinya.

Detik berikutnya, Robin lantas menikam ulu hati Nova sebanyak satu liang. Melihat istrinya terkapar bersimbah darah, Robin yang menyesal sempat berniat bunuh diri dengan cara meneguk racun serangga. Tapi aksi itu gagal karena ia keburu muntah-muntah. Karena takut ditangkap warga, Robin pun memilih kabur dari pintu belakang.

Awalnya ia menyusuri gang-gang rumah warga menuju sungai yang lokasinya berada di ujung jalan kediaman mereka. Setiba di pinggir sungai, Robin langsung loncat dan menghanyut mengikuti arus. Karena hari sudah mulai gelap, Robin yang kedinginan memilih naik ke permukaan. Agar tak ditemukan polisi, pelaku memilih istirahat di tengah-tengah pepohonan pisang yang tumbuh subur di tepi sungai.

Setelah sehari sembunyi di sana, keesokan harinya, atau Rabu (12/3). Pagi-pagi sekali Robin bergegas dari lokasi dengan berjalan kaki ke arah Pajak Kampung Lalang. Setiba di pajak, pelaku yang ketakutan sempat salah naik angkot. Waktu itu, ia sempat menumpangi angkot yang mengarah ke Binjai. Padahal, saat itu ia bertujuan pergi ke Amplas.

Sadar salah arah, Robin pun memilih turun dan menumpangi angkot KPUM 06 yang di seberang. Setelah hampir satu jam menempuh perjalanan, Robin akhirnya tiba di kawasan Simpang Limun Medan. Di sana, ia sempat mengambil uang dari ATM BRI sebanyak  Rp2 juta sebagai modal kabur. Karena bajunya kotor dan compang camping, Robin sempat membeli sepasang baju baru di Pajak Simpang Limun.

Setelah memakai baju dua lapis. Pelaku lalu melanjutkan perjalanan menuju kawasan Terminal Amplas. Di sana, Robin sempat minum cendol seraya menunggu Bus Medan Jaya tujuan Pekanbaru lewat.

Singkat cerita, setelah menempuh satu hari perjalanan, bus yang ditumpangi pelaku pun tiba di Kandis, Provinsi Riau. Tanpa mengulur waktu, pelaku pun bergegas ke rumah saudaranya boru Marpaung untuk bersembunyi. Setelah menceritakan yang terjadi, Robin pun diijinkan saudaranya sembunyi di sana selama 10 hari, hingga akhirnya ia pun ditangkap.

Sementara itu, Kapolsek Sunggal, Kompol Eko Hartanto mengatakan, awalnya mereka sudah melakukan penelusuruan di seputaran sungai tempat pelaku sembunyi. Polisi yakin Robin masih berada di sana, karena hapenya yang dilacak menggunakan GPS masih terdeteksi. Tapi pelaku lolos karena polisi tak menyangka ia sembunyi di balik pepohonan pisang yang rimbun di pinggir sungai itu.

“Setelah mengendus keberadaan pelaku dan beberapa petunjuk yang kita dapatkan, pada Jumat (21/3) lalu, kita langsung mengutus anggota sebanyak 3 orang ke Kandis yang dipimpin langsung oleh Kanit Reskirm,” ujarnya menerangkan proses pengejaran Robin.

setelah sempat menyebar foto dan mendeteksi keberadaan pelaku di Kandis. Esoknya, atau Sabtu (22/3) sekira pukul 21.30 WIB, polisi baru berhasil menangkap pelaku yang tengah istirahat di rumah keluarganya. “Setelah kami intensifkan sehari di Kandis. Alhamdulilah esok malamnya, pelaku langsung diamankan karena rumah keluarga pelaku juga tidak terlalu jauh dari bascam atau pun tempat menginap anggota kita,” terangnya.

Dia juga menambahkan, atas kasus tersebut pelaku dijerat Pasal 338 KUHP dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara. “Pelaku dujerat Pasal 338 KUHP dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara,” tandasnya.

Sekedar mengingatkan, peristiwa menggemparkan ini pertama kali diketahui Inem (38), tetangga sebelah kanan rumah korban. Siang itu, Inem yang tengah istirahat mengaku kaget mendengar teriakan Nova yang minta tolong sembari memanggil namanya. Curiga telah terjadi sesuatu, Inem pun bergegas keluar dan mendatangi rumah korban. Ketika itu, Inem mendapati Roy Nababan (11) dan Aldo Nababan (6), anak pasutri itu menangis sembari mengetuk pintu depan yang terkunci dari dalam.

Karena tak ada sahutan, Inem spontan menjerit minta tolong, hingga mengundang perhatian puluhan warga. Dalam hitungan detik, warga yang telah menyemut itu pun mendobrak pintu.

Saat pintu terbuka, puluhan warga kaget melihat darah berceceran di lantai. Sedangkan Nova ditemukan tewas dalam posisi telungkup di ruang tamu. Selain luka tikaman di punggung, di leher korban juga ditemukan luka sayatan benda tajam.

“Tadi aku mendengar  jeritan memanggil namaku, langsunglah aku keluar rumah. Ku lihat dua anak korban berada di depan sambil mengetuk-ngetuk pintu. Karena tak ada sahutan dari dalam, aku langsung berteriak. Setelah pintu didobrak warga, rupanya korban sudah meninggal di ruang tamu,” beber Inem yang ditemui di lokasi kejadian.

Lebih lanjut, wanita yang tampak syok itu menuturkan, sebelum pintu dikunci dari dalam, ia sempat melihat kedua anak korban berada di dalam rumah bersama Nova. Sedangkan Robin duduk-duduk di teras sebelah kiri rumah kontrakan mereka yang satu dinding.

“Tadi ku lihat kedua anaknya di dalam rumah, sementara suaminya duduk di kursi depan. Waktu itu mereka memang bertengkar, karena ku dengar Nova ini merepet-repet (marah-marah-red),” kenangnya.

Keterangan Inem dikuatkan oleh anak ketiganya, Roy Nababan (11). Sebelum membunuh, Roy mengaku sempat berada di dalam rumah bersama ayah dan ibunya. Tiba-tiba ayahnya langsung masuk ke dalam rumah dari sebelumnya duduk-duduk di sebuah kursi kayu yang ada di depan rumahnya. Setelahnya ayahnya masuk dan mengusir mereka dari rumah tersebut agar pergi. Beberapa saat kemudian terdengar ibunya minta tolong.

“Kami tidak tahu apa-apa. Kami di dalam rumah sama adek, tapi tiba-tiba bapak masuk ke dalam rumah dan langsung menyuruh kami pergi ke luar. Setelah kami keluar, bapak pun langsung menutup pintu,” ujar bocah tersebut mengisahkan detik-detik ayahnya melakukan pembunuhan terhadap ibunya.

Tak jauh dari mayat Nova ditemukan pisau dapur yang masih berlumuran darah. Benda tajam itu yang digunakan Robin untuk menghabisi nyawa istrinya. Kuat dugaan, sebelum tewas Nova sempat melakukan perlawanan. Hal ini terlihat dari luka di bagian jari tangan kiri dan pinggir betis kaki sebelah kanan korban. Selain itu, bendo yang menempel di kepala Nova juga patah yang duduga akibat dijambak pelaku sebelum menggorok leher korban.

Usai menghabisi nyawa korban, pelaku lalu kabur melalui pintu belakang rumah yang berdinding tepas itu. Tak lama berselang, puluhan personel Polsek Sunggal yang tiba di lokasi pun langsung melakukan olah TKP. Usai memasang garis police line, untuk keperluan otopsi petugas pun mengevakuasi jenazah korban ke RSUP Adam Malik Medan. (tun/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/