BERINGIN, SUMUTPOS.CO – Setelah enam hari kritis di ruang ICU RS Patar Asih, kondisi Muhammad Rafique (47) warga negara Pakistan yang menyelundupkan puluhan kapsul berisi heroin di perutnya, berangsur membaik. Selain telah melewati masa kritis, Rafique juga sudah bisa duduk.
Kondisi Rafique membaik tak lama setelah tim medis berhasil mengeluarkan 9 kapsul lagi dari duburnya, Rabu (26/2) siang. Hingga berita ini dilansir, sudah 42 kapsul berisi heroin yang berhasil dikeluarkan petugas medis dari lambung dan paru-paru pria pemilik paspor CP 9561461 itu.
Amatan kru koran ini, tiga petugas Sat Narkoba Polres Deliserdang tetap berjaga di ruang ICU. Begitu juga dengan tiga perawat juga disiagakan mengontrol kondisi dan perkembangan kesehatan Rafique. Sementara itu, meski sudah sadar, tapi selang infus masih melekat di lengan kiri Rafique. Sedangkan, selang ventilator (oksigen) yang sebelumnya dipasang di hidungnya sudah diganti dengan selang makanan cair dan bubur yang sudah dihaluskan. Meski masih lemah, tapi demi keamanan, tangan kanan Rafique tetap diborgol di besi bangsal.
Henny Ginting, Kepala Keperawatan RS Patar Asih yang ditemui kru koran ini mengatakan, saat ini kondisi Rafique sudah berangsur membaik. Hanya tensinya saja yang masih tinggi. Tapi saat diajak bicara, Rafique hanya diam saja sambil melotot. Menurut Henny, 6 hari dirawat, Rafique telah menghabiskan 10 botol infus. Selain itu, Rafique juga diberikan obat anti body, obat maag sejenis Antasida, obat pencahar untuk membantu mengeluarkan puluhan kapsul yang masih bersarang di perut dan paru-parunya.
Hasil pemeriksaan diketahui ada kapsul yang pecah di rongga dada dan lambung Rafique. Lanjut Henny, sejak Minggu (23/2) sore, tak ada satu orang pun keluarga atau pun teman Rafique yang datang menjenguk. Bahkan, pihak Kedubes Pakistan juga belum ada mengirim perwakilannya.
Salah seorang dokter yang tak bersedia namanya dikorankan mengungkapkan, di dunia medis heroin biasanya digunakan sebagai obat bius. Namun heroin yang digunakan jenis sintetis atau yang telah dicampur dengan bahan tertentu dan dengan dosis tertentu.
Sang dokter menjelaskan, 2 mg heroin bisa membuat seseorang tertidur selama 8 jam. Namun jika seseorang tersebut sudah ketagihan, dibutuhkan 5 mg heroin untuk membuatnya tidur 8 jam. Namun pecandu memerlukan 10 mg heroin untuk bisa tidur 8 jam. Sedangkan untuk kasus Rafique, sang dokter mengungkapkan kemungkinan ada kapsul yang pecah dan heroin yang sudah terserap ke tubuh dan sudah diambang batas maksimal, hingga Rafique bisa tidur selama 6 hari. Â Seseorang yang ada dalam pengaruh heroin sering gelisah, bibir kering dan banyak minum air dan bila sudah dalam dosis tinggi bisa mengakibatkan kejang-kejang, merusak saraf bahkan kematian. Untuk menolong seseorang yang didalam tubuhnya terdapat heroin dosis tinggi bisa dilakukan dengan memberikan cairan infus. Lebih lanjut, sang dokter mengungkapkan, Rafique membutuhkan beberapa hari lagi untuk bisa kembali diajak komunikasi. Karena saat ini, ia masih mengalami halusinasi dan rasa takut. Sementara itu, Kasat Narkoba Polres DS AKP Achiruddin Hasibuan SH MH saat dikonfirmasi mengungkapkan, saat tim medis sudah berhasil mengeluarkan 42 kapsul dari perut Rafique. Masih ada puluhan kapsul lagi bersarang di rongga dada dan lambung Rafique.
SOETTA TAK DILENGKAPI ALAT PENDETEKSI BADAN
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan AP II Daryanto menuturkan bahwa 13 bandara yang dikelolanya saat ini tak dibekali dengan alat body scan (alat pendeteksi badan). Selama ini AP II hanya menyediakan alat pendeteksi barang, yang biasanya terpajang di dekat pintu masuk bandara atau boarding pass. “Kalau untuk alat pendeteksi tubuh atau body scan kita enggak punya. Selama ini yang ada dan terpasang itu alat pendeteksi barang,” ujar Daryanto saat dihubungi, Rabu (26/2).
Mengenai seorang warga negara Pakistan yang lolos dari alat pendeteksi di Bandara Soekarno Hatta (Soetta) menuju Medan, yang kedapatan menyimpan puluhan kapsul heroin dalam tubuhnya, Daryanto katakan bahwa dia bisa lolos lantaran di Soetta memang tak dilengkapi alat body scan. “Kalau dia bawa heroin dalam tas pasti akan terdeteksi oleh alat kita, nah yang WN Pakistan ini kan dia simpan di dalam tubuhnya dengan menelan. Jadi tidak akan terdeteksi,” tukasnya. PT Angkasa Pura II adalah BUMN kebandar-udaraan yang mengelola 13 bandara utama di Kawasan Barat Indonesia. Bandara-bandara yang dikelola perseroan yakni Soekarno-Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Kualanamu (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Ketaping), dan Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang). AP II juga mengelola Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang), Sultan Thaha (Jambi), Depati Amir (Pangkal Pinang), dan Silangit (Tapanuli Utara). (cr-1/sam/deo)