25 C
Medan
Monday, June 17, 2024

BNN Yakin Rafique Takkan Buka Mulut

Togar Sianipar, Kepala BNN
Togar Sianipar, Kepala BNN

SUMUTPOS.CO – Banyak hal yang menarik di balik kasus penyelundup narkoba yang dilakukan Rafique.  Siapa kiranya si pelaku itu? Kelompok mafia narkoba mana?

Berikut wawancara wartawan media ini, Soetomo Samsu, dengan mantan Kalahar Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar, kemarin (26/2). “Siantar Man” yang juga pernah menjadi Kapolda Bali, Kaltim, dan Kapolda Sumsel itu, memberikan penjelasan berdasar pengalamannya saat berkiprah di BNN. Berikut petikan wawancaranya:

 

Tanya: Pelaku warga negara Pakistan, kelompok mana dia?

Jawab: Ya, Pakistan, Nepal, Nigeria, itu sudah lama. Mereka memanfaatkan, masuk melalui bandara-bandara internasional yang sekarang sudah banyak di Indonesia, tak hanya Jakarta, Bali, Surabaya, Medan. Kurir-kurir narkoba dari dulu sudah banyak dari negara-negara itu. Itu kelompok Nigerian Criminal Enterprise. Mereka sudah bergerak sejak puluhan tahun lalu.

 

Tanya: Seberapa kuat jaringan dari Pakistan di Indonesia?

Jawab: Pakistan itu masuk Golden Triangle. Iran, Afganistan, Pakistan.  Bulan sabit emas. Ada yang masuk ke Medan lewat Penang, dari Medan dibawa ke Jakarta. Ada juga dari Jakarta ke Bali. Tapi Bali hanya batu loncatan saja, untuk kemudian menyebar ke mana-mana.

 

Tanya: Apakah polanya tidak berubah?

Jawab: Sekarang tidak hanya satu pola karena sudah banyak bandara internasional. Bisa lewat Bandara Sam Ratulangi, Manado, bisa lewat bandara internasional Balikpapan.

 

Tanya: Modus menelan kapsul, apa juga sudah lama?

Jawab: Itu modus lama. Sudah beberapa kali, sering. Meski itu bahaya bagi si pelaku karena kapsulnya besar, bukan seperti kapsul obat biasa. Kalau tekanan gerakan lambung terlalu keras, bisa pecah barang itu. Biasanya, begitu pesawat mau landing, dia menelan obat pencahar sehingga begitu tiba di darat, bisa keluar kapsul-kapsul itu.

 

Tanya: Kenapa bisa lolos di bandara Soekarno-Hatta sebelum terbang ke Kualanamu?

Jawab: Ya memang jika ditelan, tidak terdekteksi oleh peralatan. Pelaku bisa lolos hanya karena faktor lucky. Jika ada yang tertangkap, itu bukan karena terdeteksi alat, tapi karena kelihaian petugas bandara melihat gerak-gerik si pelaku. Biasanya pelaku itu gelisah, tidak tenang. Nah, petugas yang curiga lantas melakukan pemeriksaan dan interogasi. Di situ baru bisa ketahuan.

 

Tanya: Apakah memang tidak ada alat yang bisa mendeteksi barang di perut?

Jawab : Ada, tapi kita belum punya. Drug scan. Itu bisa untuk melihat barang-barang terlarang di tas ataupun di perut. Jadi saya yakin, yakin, yakin, lebih banyak yang lolos dibanding yang tertangkap karena memang kita belum punya alatnya.

 

Tanya: Mengapa warga Pakistan itu mengirim sendiri barang ke Medan, tidak pakai kuris lokal dari Jakarta?

Jawab: Ada dua faktor. Yang pertama mungkin dia gak percaya dengan kurir lokal sehingga dikerjakan sendiri. Yang kedua, mungkin faktor ekonomi. Dia tak mau bagi rejeki. Kalau dikerjakan sendiri, fee-nya lebih gede, tak dibagi-bagi. Bahkan, mungkin sekali warga Pakistan itu memang kurir, yang biasa membawa narkoba dari Jakarta ke Medan. Dari Jakarta dia menerima barang dari orang lain, dari luar negeri.

 

Tanya: Setelah pelaku sadar, bisa tidak terungkap siapa bosnya, siapa penerima barang di Medan?

Jawab: Saya yakin dia tak akan mau menyebut nama bosnya. Itu sudah tradisi di kalangan mereka. Untuk menjadi kurir, mereka sudah didoktrin.  Akan sulit mengungkap siapa yang menyuruh dia. Mereka selalu bilang, tidak tahu, tidak tahu. Mereka selalu bilang menerima barang dari orang yang dia tidak kenal dan akan menyerahkan kepada orang yang juga tidak dia kenal.

 

Tanya: Saat ditekan saat diinterogasi, apakah sulit mendapat keterangan?

Jawab: Sulit karena sudah didoktrin. Doktrin mereka, gua berbuat, gua bertanggung jawab. Kalau lolos dapat uang dan bisa dipercaya lagi, kalau tertangkap ya tanggung sendiri.

 

Tanya: Cara apa yang bisa untuk mengungkap jaringan mereka?

Jawab: Saya yakin polisi sudah paham soal ini. Begitu tertangkap, handphone-nya harus langsung diamankan. Ini karena jaringannya bisa terdeteksi dari hubungan telepon. Bisa dilihat dengan siapa saja pelaku berkomunikasi. Bisa dilacak di situ. Jadi jangan berharap ada pengakuan. Bos-bos narkoba juga tidak sembarangan memilih kurir. Mereka mencari orang yang mentalnya kuat, teruji, tak gampang buka mulut. (*)

Togar Sianipar, Kepala BNN
Togar Sianipar, Kepala BNN

SUMUTPOS.CO – Banyak hal yang menarik di balik kasus penyelundup narkoba yang dilakukan Rafique.  Siapa kiranya si pelaku itu? Kelompok mafia narkoba mana?

Berikut wawancara wartawan media ini, Soetomo Samsu, dengan mantan Kalahar Badan Narkotika Nasional (BNN) Pusat, Komjen (Purn) Togar Sianipar, kemarin (26/2). “Siantar Man” yang juga pernah menjadi Kapolda Bali, Kaltim, dan Kapolda Sumsel itu, memberikan penjelasan berdasar pengalamannya saat berkiprah di BNN. Berikut petikan wawancaranya:

 

Tanya: Pelaku warga negara Pakistan, kelompok mana dia?

Jawab: Ya, Pakistan, Nepal, Nigeria, itu sudah lama. Mereka memanfaatkan, masuk melalui bandara-bandara internasional yang sekarang sudah banyak di Indonesia, tak hanya Jakarta, Bali, Surabaya, Medan. Kurir-kurir narkoba dari dulu sudah banyak dari negara-negara itu. Itu kelompok Nigerian Criminal Enterprise. Mereka sudah bergerak sejak puluhan tahun lalu.

 

Tanya: Seberapa kuat jaringan dari Pakistan di Indonesia?

Jawab: Pakistan itu masuk Golden Triangle. Iran, Afganistan, Pakistan.  Bulan sabit emas. Ada yang masuk ke Medan lewat Penang, dari Medan dibawa ke Jakarta. Ada juga dari Jakarta ke Bali. Tapi Bali hanya batu loncatan saja, untuk kemudian menyebar ke mana-mana.

 

Tanya: Apakah polanya tidak berubah?

Jawab: Sekarang tidak hanya satu pola karena sudah banyak bandara internasional. Bisa lewat Bandara Sam Ratulangi, Manado, bisa lewat bandara internasional Balikpapan.

 

Tanya: Modus menelan kapsul, apa juga sudah lama?

Jawab: Itu modus lama. Sudah beberapa kali, sering. Meski itu bahaya bagi si pelaku karena kapsulnya besar, bukan seperti kapsul obat biasa. Kalau tekanan gerakan lambung terlalu keras, bisa pecah barang itu. Biasanya, begitu pesawat mau landing, dia menelan obat pencahar sehingga begitu tiba di darat, bisa keluar kapsul-kapsul itu.

 

Tanya: Kenapa bisa lolos di bandara Soekarno-Hatta sebelum terbang ke Kualanamu?

Jawab: Ya memang jika ditelan, tidak terdekteksi oleh peralatan. Pelaku bisa lolos hanya karena faktor lucky. Jika ada yang tertangkap, itu bukan karena terdeteksi alat, tapi karena kelihaian petugas bandara melihat gerak-gerik si pelaku. Biasanya pelaku itu gelisah, tidak tenang. Nah, petugas yang curiga lantas melakukan pemeriksaan dan interogasi. Di situ baru bisa ketahuan.

 

Tanya: Apakah memang tidak ada alat yang bisa mendeteksi barang di perut?

Jawab : Ada, tapi kita belum punya. Drug scan. Itu bisa untuk melihat barang-barang terlarang di tas ataupun di perut. Jadi saya yakin, yakin, yakin, lebih banyak yang lolos dibanding yang tertangkap karena memang kita belum punya alatnya.

 

Tanya: Mengapa warga Pakistan itu mengirim sendiri barang ke Medan, tidak pakai kuris lokal dari Jakarta?

Jawab: Ada dua faktor. Yang pertama mungkin dia gak percaya dengan kurir lokal sehingga dikerjakan sendiri. Yang kedua, mungkin faktor ekonomi. Dia tak mau bagi rejeki. Kalau dikerjakan sendiri, fee-nya lebih gede, tak dibagi-bagi. Bahkan, mungkin sekali warga Pakistan itu memang kurir, yang biasa membawa narkoba dari Jakarta ke Medan. Dari Jakarta dia menerima barang dari orang lain, dari luar negeri.

 

Tanya: Setelah pelaku sadar, bisa tidak terungkap siapa bosnya, siapa penerima barang di Medan?

Jawab: Saya yakin dia tak akan mau menyebut nama bosnya. Itu sudah tradisi di kalangan mereka. Untuk menjadi kurir, mereka sudah didoktrin.  Akan sulit mengungkap siapa yang menyuruh dia. Mereka selalu bilang, tidak tahu, tidak tahu. Mereka selalu bilang menerima barang dari orang yang dia tidak kenal dan akan menyerahkan kepada orang yang juga tidak dia kenal.

 

Tanya: Saat ditekan saat diinterogasi, apakah sulit mendapat keterangan?

Jawab: Sulit karena sudah didoktrin. Doktrin mereka, gua berbuat, gua bertanggung jawab. Kalau lolos dapat uang dan bisa dipercaya lagi, kalau tertangkap ya tanggung sendiri.

 

Tanya: Cara apa yang bisa untuk mengungkap jaringan mereka?

Jawab: Saya yakin polisi sudah paham soal ini. Begitu tertangkap, handphone-nya harus langsung diamankan. Ini karena jaringannya bisa terdeteksi dari hubungan telepon. Bisa dilihat dengan siapa saja pelaku berkomunikasi. Bisa dilacak di situ. Jadi jangan berharap ada pengakuan. Bos-bos narkoba juga tidak sembarangan memilih kurir. Mereka mencari orang yang mentalnya kuat, teruji, tak gampang buka mulut. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/