25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Sindikat Penjual Bayi dan Organ Tubuh Manusia

Penculik bayi boru Manurung yang terekam CCTV.
Penculik bayi boru Manurung yang terekam CCTV.

SUMUTPOS.CO – Kriminolog Unika St Thomas, Prof DR Maidin Gultom SH Mhum mengatakan, aksi penculikan anak yang terjadi di RS Hasan Sadikin Bandung merupakan bentuk kekalaian yang rumah sakit terhadap pasiennya.

“Atas kejadian itulah makanya tindak kriminal penculikan

anak tersebut terjadi,” ucapnya.

Kemudian, dia memandang tindakan aksi penculikan anak ini bisa disebabkan adanya perdagangan manusia. “Bisa saja bayi yang diculik tersebut di jual ke seuatu pihak yang ingin merawatnya,” ucapnya.

Bukan itu saja, beber Gultom, aksi penjualan bayi ini juga bisa juga disebabkan adanya perdagangan organ tubuh. “Bisa juga disebabkan penjualan organ tubuh dan terakhir untuk dirawat sendiri,” ucapnya.

Untuk itu, beber Gultom banyak yang harus dilibatkan untuk mengungkap kasus seperti ini. “Mulai kepala lingkungan, kepala desa, lurah dan camat. Itu harus bekerja sama untuk mengungkap kasus ini,” katanya.

Saat disinggung, apakah penculikan tersebut marak akibat kurang tegasnya penindakan hukum, dirinya membenarkan hal tersebut. Bahkan dirinya juga menduga ada penegak hukum terkadang turut bermain di dalam perdagangan manusia tersebut.

“Soalnya di negara-negara luar banyak yang membutuhkan keturunan. Kan bisa jadi ini ada mafianya. Kalau sudah ada mafianya, bisa saja ada penegak hukum yang berperan serta dalam perdagangan tersebut,” cetusnya.

Untuk itu, dirinya meminta kepada pihak rumah sakit supaya memperketat pengawasannya. Pasalnya, rumah sakit merupakan tempat yang menjadi sasaran para pelaku penculikan bayi.

“Soalnya, saat itu pengawasan di rumah sakit kurang ketat. Makanya bisa terjadi seperti ini,” pungkasnya.

Hal senada juga diungkapkan, kriminolog Universitas Padjadjaran Bandung, Yesmil Anwar meminta polisi melakukan penyelidikan mendalam atas kasus penculikan bayi putri pasangan Toni Manurung-Lasmaria Boru Manulang yang terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Ia mengisyaratkan terlalu dini untuk menyimpulkan motif di balik kasus menggegerkan ini.

“Motifnya memang bisa saja perdagangan orang atau trafficking (perdagangan anak) yang teroganisir, tapi bisa juga malah dendam atau hal lainnya di luar motif perdagangan tadi. Yang jelas kasus ini masih perlu penelisikan mendalam oleh polisi,” ujarnya saat dihubungi.

Yesmil sepakat jika merujuk penuturan orang tua korban tentang tindakan meyakinkan pelaku yang mengaku dokter, orang awam bahkan penyelidik bisa dengan mudah mengira bahwa si penculik adalah bagian dari jaringan pelaku trafficking.

Namun, menurut Yesmil, sebaiknya juga ditelusuri pula kemungkinan motif lain pelaku beraksi di rumah sakit plat merah seperti RS Hasan Sadikin. “Jangan sampai terjebak. Sebab, motifnya bisa saja cuma dendam atau masalah utang-piutang korban. Ingat apa yang dikatakan korban juga belum tentu benar. Bisa saja, kan dia berbohong,”kata dia.

Karena itu, Yesmil melanjutkan, sementara ini polisi masih harus menghimpun keterangan para saksi, petunjuk serta barang bukti di lokasi kejadian. Bukti seperti rekaman CCTV dan kendaraan yang keluar-masuk rumah sakit saat peristiwa terjadi masih didalami.

“Kalau misalkan menguat ke trafficking, tentu harus ditelusuri penadahnya siapa, dimana. Begitu juga kalau motif dendam, utang dan lainnya. Yang jelas sulit juga dia menculik bayi ini sekadar untuk dipelihara, disayang-sayang,” kata dosen Fakultas Hukum Unpad itu. (ind/net/bbs)

 

Dugaan Motif Tersangka

  1. Penculikan untuk memeras orangtua.
  2. Salah sasaran. Awalnya, kemungkinan untuk meminta tebusan dalam jumlah besar. Tapi, salah ambil karena orangtua bayi sopir angkot sehingga tidak mungkin dimintai uang dalam jumlah besar.
  3. Sindikat trafficking.
  4. Sindikat penjual organ tubuh manusia.
  5. Ingin memiliki anak dan diasuh sendiri.
  6. Bisa jadi ada unsur dendam atau utang piutang dengan kedua orangtua dan keluarga bayi.

Sumber: Kriminolog

Penculik bayi boru Manurung yang terekam CCTV.
Penculik bayi boru Manurung yang terekam CCTV.

SUMUTPOS.CO – Kriminolog Unika St Thomas, Prof DR Maidin Gultom SH Mhum mengatakan, aksi penculikan anak yang terjadi di RS Hasan Sadikin Bandung merupakan bentuk kekalaian yang rumah sakit terhadap pasiennya.

“Atas kejadian itulah makanya tindak kriminal penculikan

anak tersebut terjadi,” ucapnya.

Kemudian, dia memandang tindakan aksi penculikan anak ini bisa disebabkan adanya perdagangan manusia. “Bisa saja bayi yang diculik tersebut di jual ke seuatu pihak yang ingin merawatnya,” ucapnya.

Bukan itu saja, beber Gultom, aksi penjualan bayi ini juga bisa juga disebabkan adanya perdagangan organ tubuh. “Bisa juga disebabkan penjualan organ tubuh dan terakhir untuk dirawat sendiri,” ucapnya.

Untuk itu, beber Gultom banyak yang harus dilibatkan untuk mengungkap kasus seperti ini. “Mulai kepala lingkungan, kepala desa, lurah dan camat. Itu harus bekerja sama untuk mengungkap kasus ini,” katanya.

Saat disinggung, apakah penculikan tersebut marak akibat kurang tegasnya penindakan hukum, dirinya membenarkan hal tersebut. Bahkan dirinya juga menduga ada penegak hukum terkadang turut bermain di dalam perdagangan manusia tersebut.

“Soalnya di negara-negara luar banyak yang membutuhkan keturunan. Kan bisa jadi ini ada mafianya. Kalau sudah ada mafianya, bisa saja ada penegak hukum yang berperan serta dalam perdagangan tersebut,” cetusnya.

Untuk itu, dirinya meminta kepada pihak rumah sakit supaya memperketat pengawasannya. Pasalnya, rumah sakit merupakan tempat yang menjadi sasaran para pelaku penculikan bayi.

“Soalnya, saat itu pengawasan di rumah sakit kurang ketat. Makanya bisa terjadi seperti ini,” pungkasnya.

Hal senada juga diungkapkan, kriminolog Universitas Padjadjaran Bandung, Yesmil Anwar meminta polisi melakukan penyelidikan mendalam atas kasus penculikan bayi putri pasangan Toni Manurung-Lasmaria Boru Manulang yang terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Ia mengisyaratkan terlalu dini untuk menyimpulkan motif di balik kasus menggegerkan ini.

“Motifnya memang bisa saja perdagangan orang atau trafficking (perdagangan anak) yang teroganisir, tapi bisa juga malah dendam atau hal lainnya di luar motif perdagangan tadi. Yang jelas kasus ini masih perlu penelisikan mendalam oleh polisi,” ujarnya saat dihubungi.

Yesmil sepakat jika merujuk penuturan orang tua korban tentang tindakan meyakinkan pelaku yang mengaku dokter, orang awam bahkan penyelidik bisa dengan mudah mengira bahwa si penculik adalah bagian dari jaringan pelaku trafficking.

Namun, menurut Yesmil, sebaiknya juga ditelusuri pula kemungkinan motif lain pelaku beraksi di rumah sakit plat merah seperti RS Hasan Sadikin. “Jangan sampai terjebak. Sebab, motifnya bisa saja cuma dendam atau masalah utang-piutang korban. Ingat apa yang dikatakan korban juga belum tentu benar. Bisa saja, kan dia berbohong,”kata dia.

Karena itu, Yesmil melanjutkan, sementara ini polisi masih harus menghimpun keterangan para saksi, petunjuk serta barang bukti di lokasi kejadian. Bukti seperti rekaman CCTV dan kendaraan yang keluar-masuk rumah sakit saat peristiwa terjadi masih didalami.

“Kalau misalkan menguat ke trafficking, tentu harus ditelusuri penadahnya siapa, dimana. Begitu juga kalau motif dendam, utang dan lainnya. Yang jelas sulit juga dia menculik bayi ini sekadar untuk dipelihara, disayang-sayang,” kata dosen Fakultas Hukum Unpad itu. (ind/net/bbs)

 

Dugaan Motif Tersangka

  1. Penculikan untuk memeras orangtua.
  2. Salah sasaran. Awalnya, kemungkinan untuk meminta tebusan dalam jumlah besar. Tapi, salah ambil karena orangtua bayi sopir angkot sehingga tidak mungkin dimintai uang dalam jumlah besar.
  3. Sindikat trafficking.
  4. Sindikat penjual organ tubuh manusia.
  5. Ingin memiliki anak dan diasuh sendiri.
  6. Bisa jadi ada unsur dendam atau utang piutang dengan kedua orangtua dan keluarga bayi.

Sumber: Kriminolog

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/