MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kematian M Juanda alias Wanda (19), menyisakan misteri. Karyawan Nasi Uduk Pecel Lele di Juanda ini ditemukan telentang bersimbah darah dengan usus terburai di kamar kosnya. Saat kejadian, hanya istri majikannya yang di dalam rumah di Jalan Brigjen Katamso, Gang Pahlawan, Kelurahan Sei Mati, Medan Maimun itu.
Data dihimpun, pada Rabu (26/11) sekitar pukul 21.00 Wib, Wanda pamit pada majikannya, Abdul Gafur (48), karena mengeluh sakit perut. Nah, sekitar pukul 03.00 Wib, Gafur selesai jualan dan pulang ke kontrakannya. Kebetulan, pekerjanya memang tinggal di rumah yang dikontraknya sejak 3 tahun lalu.
Tiba di rumah, Gafur mengetuk pintu dan dibuka istrinya, Widiarti alias Wiwik. Setelah masuk ke rumahnya, Gafur langsung menuju lantai II untuk melihat keadaan korban yang mengaku sakit perut. Sontak Gafur kaget melihat Wanda telentang bersimbah darah dengan usus teburai.
Gafur langsung berlari turun ke lantai I dan memberitahukan kejadian itu kepada istrinya. Lalu pasutri itu mengabarkan pada warga sekitar. Tak lama polisi datang melakukan olah TKP.
Amatan di lokasi, engsel pintu depan rumah bernomor 17 itu masih terlihat bagus dan tidak ada yang rusak. Juga tidak ditemukan kerusakan benda lainnya di dalam rumah. “Hanya bercak darah. Beberapa barang bukti elektronik , baju dan pisau yang kami sita, kalau rumahnya masih rapi,” ucap sumber di kepolisian.
Atik (35) warga sekitar mengatakan, istrinya pertama memanggil Sri, tetangganya, dan mengatakan kejadiannya. Selanjutnya melaporkannya kepada kepling. Sekitar pukul 05.00 Wib, rumahnya sudah ramai didatangi warga dan polisi.
Hal senada dikatakan Ari, pemuda setempat yang begadang saat itu. “Kami pas nonton bola ramai-ramai di depan Gang Pahlawan. Tiba-tiba Pak Gafur datang mengatakan di rumahnya ada yang tewas. Selanjutnya kami datang ke rumahnya namun, tidak sempat melihat korbannya,” ucapnya di depan Gang Pahlawan.
Waktu itu mereka duduk di warung Mak Ipul, karena dia jual mie malam. “Tapi, kalau soal korbannya kami tidak tahu banyak, karena dia tidak pernah gabung dengan kami. Makanya kami juga bingung mengapa dia bisa tewas. Mereka jualan nasinya malam, jadi kami tidak pernah jumpa siang. Apalagi, mereka rata-rata dari Pulau Jawa,” tuturnya diamini teman-temannya.
Kepala Lingkungan 3, Dasmail (48) menambahkan bahwa Gafur sudah tinggal sekitar 3 tahunan di wilayahnya. Dan mereka juga sudah dikenal oleh warga sekitar. Namun, untuk identitas korban, dia belum mengetahui secara pasti.
“Pak Gafur sudah 3 tahunan di sini, dan membuka usaha nasi uduk pecel lele di Jl. Juanda Medan. Kalau anggotanya ganti-ganti makanya kita juga bingung. Apalagi yang tewas ini belum terdaftar. Ketika saya diberitahu, langsung kemari dan mendampingi polisi. Itu saja yang saya tahu,” ujarnya.
“Baru 3 tahun dia ngontrak rumah saya. Mungkin karena kerjanya malam, siangya dia istirahat, makanya sedikit tertutup. Tegur dan sapa saja kami jarang. Selain itu, aktivitas mereka kebanyakan di dalam rumah,” kata kata H Abdul Gani, pemilik rumah yang disewa Gafur.
Kanit Reskrim Polsek Medan Kota, AKP Azharudin mengaku pihaknya sudah menyelidiki dan memeriksa saksi. “Saat ini, kita sudah memeriksa saksi-saksi yaitu Gafur, Widiarti dan beberapa pegawai pecel lele,” tandasnya.
“Mereka diperiksa sebatas saksi dan kita pulangkan, bila ada yang perlu, mereka bisa dipanggil lagi. Untuk saat ini, kita belum mengetahui motifnya, karena masih lidik,” ucap Kanit Reskrim Polsek Medan Kota, AKP Azharudin.
Pihaknya hanya memeriksa sebatas saksi dan olah TKP, kemudian keterangan akan dikembangkan. “Identitas pelaku masih kita cari, keterangan-keterangan saksi akan kita rangkum. Mengenai pelakunya orang dekat, kita belum bisa memastikannya. Kita boleh curiga, tapi tidak boleh menuduh,” tandasnya.
Siapa pembunuh Wanda belum juga terkuak. Namun, ada kecurigaan mengarah pada mantan pekerja Gafur berinisial AN yang dipecat baru-baru ini. “Kami biasa saja dengan korban dan tidak pernah ribut. Tapi, beberapa hari lalu, kami ada memecat salah seorang anggota AN karena suka ceramah yang tidak masuk akal,” ungkap istri Gafur, Wiwik.
Dikatakannya, pemecatan AN, karena dia sering ceramah di lingkungan dengan membawa-bawa agama. Bahkan mengaku dapat mengobati orang sakit, namun buktinya belum ada.
“Selain itu, dia juga sering menceramahi teman-temannya, makanya semuanya komplain dengannya. Agar tidak terjadi hal-hak yang tidak diinginkan, kamipun memecatnya. Tapi, kalau soal siapa pelakunya, biar saja polisi. Tapi seingatku, korban tidak pernah bermusuhan dengan orang lain,” bebernya.
Hingga pukul 18.00 Wib kemarin, Gafur masih terus diperiksa secara intensif, sebab dia yang pertama kali yang melihat Wanda berlumuran darah. Sembari menunggu, rekan-rekannya yang berada di Polsek Medan Kota menjelaskan, beberapa hari sebelum kejadian, Gafur diancam karyawan yang dipecatnya. Karyawan yang dipecat tersebut mengancam akan membunuh Abdul Gafur dan karyawan yang bekerja di warung ayam penyet milik Abdul Gafur.
Namun karena menganggap itu tak mungkin terjadi, Abdul Gafur dan karyawannya tidak memperdulikan pengancaman itu.
Dikatakannya, pada malam sebelum Wanda ditemukan berlumuran darah, sekitar pukul 21.00 Wib, mereka sempat melihat Ansori di ponsel depan rumah Gafur. Namun karena cuma duduk-duduk, mereka tidak menghiraukannya.
Hal senada dikatakan rekan yang lain. Bahwa karyawan yang dipecat sekitar seminggu yang lalu itu merupakan warga Besilam, Tanjung Pura. Dia juga mengantongi kunci duplikat rumah Gafur. “Semua karyawan masing-masing memiliki kunci duplikat, jadi mereka setiap saat bisa masuk ke rumah. Diduga karyawan yang telah dipecat tersebut masih mengantongi kunci,” ucap pria paruh baya itu.
Sekitar pukul 23.00 Wib, sepupu Wanda yang bernama Irol masih mengantar nasi untuk korban. “Si Irol masih sempat bawa nasi sama korban, apalagi, si Irol yang memasukkan korban kerja ke tempat Gafur,” bebernya.(gib/mri/trg)