25.6 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Adik Korban: Kakak Ipar Pernah Selingkuhi Sopir Bus Abang Beradik

Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN  Istri korban, Nurhayani Siregar saat hendak memasuki ruangan Satreskrim Polres Psp, Minggu (6/9/2015).
Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN
Istri korban, Nurhayani Siregar saat hendak memasuki ruangan Satreskrim Polres Psp, Minggu (6/9/2015).

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – Irpansyah Harahap, adik Armansyah Harahap (39) yang dibunuh dan dirampok pada Sabtu (5//20159) malam, menceritakan tingkah laku kakak iparnya (Nurhayani Siregar), sebelum korban Armansyah meninggal. Kata Irpansyah didampingi tiga anggota keluarga lainnya, pernah ketika liburan sekolah, SD tempat anak korban menimba ilmu berwisata ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Saat itu, istri korban meminta ikut.

Diduga di situ awal perkenalan terjadi antara Nurhayani dengan sopir bus yang digunakan untuk liburan itu, namanya Arman.

Singkat cerita, Nurhayani dan Arman saling berhubungan hingga terakhir diketahui menjalin tali asmara terlarang. Hal itu juga sempat membuat cekcok antara keluarga keduanya. Beberapa waktu kemudian, hubungan keduanya terhenti. Arman berhenti jadi sopir bus Batang Pane bernomor 444 dan pergi ke Jakarta.

“Kalau (sopir) Batang Pane itu sendiri baru 5 bulanan yang lewat. Awalnya, waktu ada anak SD sini main ke Padang, si Arman sopirnya. Kakak itu ikut, kemungkinan di situ awal ceritanya dia pacaran,” sebut Irpan.

Arman berhenti, kemudian digantikan adiknya Mubarrok, warga Sigama, Padangbolak, Paluta. Miris, Mubarrok pun membubuhkan kisah cinta terlarang dengan Nurhayani Siregar hingga akhirnya diberhentikan sebagai sopir angkot bertulis ‘Anak Sisada-sada’ itu.

“Berhenti abangnya, adiknya si Mubarrok yang jadi sopir bus itu. Itupun kami ketahui pacar-pacaran juga. Abang (korban, red) ini tahu. Karena pas ketemu kakak itu, akur-akur aja seperti tidak ada masalah, kami pun heran itu,” ungkapnya.

Inanguda korban yang juga kepala sekolah dasar yang pernah mengadakan wisata dengan para murid ke Bukit Tinggi itu, membenarkan kalau ada kontak dan perkenalan antara istri korban dan sopir Batang Pane tumpangan mereka, Arman.

“Kalau untuk ke Bukit Tinggi itu sudah lama itu, sekitar bulan enam tahun 2014 yang lewat. Saat itu supirnya memang si Arman, abangnya si Mubarrok ini. Si Nurhayani saat itu ikut, karena merupakan orangtua murid, juga bayar ongkos sendiri. Di situlah saya ketahui mereka berkenal-kenalan,” sebut wanita yang mengenakan seragam dinas saat di Mapolres Psp itu. (mag 01)

Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN  Istri korban, Nurhayani Siregar saat hendak memasuki ruangan Satreskrim Polres Psp, Minggu (6/9/2015).
Foto: Samman Pohan/Metro Tabagsel/JPNN
Istri korban, Nurhayani Siregar saat hendak memasuki ruangan Satreskrim Polres Psp, Minggu (6/9/2015).

SIDIMPUAN, SUMUTPOS.CO – Irpansyah Harahap, adik Armansyah Harahap (39) yang dibunuh dan dirampok pada Sabtu (5//20159) malam, menceritakan tingkah laku kakak iparnya (Nurhayani Siregar), sebelum korban Armansyah meninggal. Kata Irpansyah didampingi tiga anggota keluarga lainnya, pernah ketika liburan sekolah, SD tempat anak korban menimba ilmu berwisata ke Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Saat itu, istri korban meminta ikut.

Diduga di situ awal perkenalan terjadi antara Nurhayani dengan sopir bus yang digunakan untuk liburan itu, namanya Arman.

Singkat cerita, Nurhayani dan Arman saling berhubungan hingga terakhir diketahui menjalin tali asmara terlarang. Hal itu juga sempat membuat cekcok antara keluarga keduanya. Beberapa waktu kemudian, hubungan keduanya terhenti. Arman berhenti jadi sopir bus Batang Pane bernomor 444 dan pergi ke Jakarta.

“Kalau (sopir) Batang Pane itu sendiri baru 5 bulanan yang lewat. Awalnya, waktu ada anak SD sini main ke Padang, si Arman sopirnya. Kakak itu ikut, kemungkinan di situ awal ceritanya dia pacaran,” sebut Irpan.

Arman berhenti, kemudian digantikan adiknya Mubarrok, warga Sigama, Padangbolak, Paluta. Miris, Mubarrok pun membubuhkan kisah cinta terlarang dengan Nurhayani Siregar hingga akhirnya diberhentikan sebagai sopir angkot bertulis ‘Anak Sisada-sada’ itu.

“Berhenti abangnya, adiknya si Mubarrok yang jadi sopir bus itu. Itupun kami ketahui pacar-pacaran juga. Abang (korban, red) ini tahu. Karena pas ketemu kakak itu, akur-akur aja seperti tidak ada masalah, kami pun heran itu,” ungkapnya.

Inanguda korban yang juga kepala sekolah dasar yang pernah mengadakan wisata dengan para murid ke Bukit Tinggi itu, membenarkan kalau ada kontak dan perkenalan antara istri korban dan sopir Batang Pane tumpangan mereka, Arman.

“Kalau untuk ke Bukit Tinggi itu sudah lama itu, sekitar bulan enam tahun 2014 yang lewat. Saat itu supirnya memang si Arman, abangnya si Mubarrok ini. Si Nurhayani saat itu ikut, karena merupakan orangtua murid, juga bayar ongkos sendiri. Di situlah saya ketahui mereka berkenal-kenalan,” sebut wanita yang mengenakan seragam dinas saat di Mapolres Psp itu. (mag 01)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/