25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Tak Pernah Berhenti Berjuang

Musa ‘Ijeck’ Rajekshah

Penampilan yang tenang, kalem, juga berwibawa adalah gambaran yang didapat dari Musa Rajekshah (37). Ya, sosok yang tidak melihat jabatan sebagai kekuasaan belaka, melainkan tanggung jawab yang menuntut pemahaman untuk melaksanakannya.

Lahir dari keluarga besar H Anif Shah, pria yang akrab disapa Ijeck ini tentu tidak sulit untuk mendapatkan keinginannya. Seperti jabatan di beberapa organisasi maupun perusahaan yang dipimpinnya kini. Paling tidak, hal itu yang terbersit di pikiran khalayak.

Namun, dari pembicaraan singkat di ruang kerjanya di seputaran Jalan Sei Deli Medan, jelas bila semua yang didapat Ijeck bukanlah sesuatu yang instan, tapi melalui sebuah proses. Baik di Pengurus Provinsi Ikatan Motor Indonesia Sumatera Utara (Pengprov IMI Sumut), Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Sumut, Pengurus Daerah Persatuan Menembak Indonesia (Pengda Perbakin) Sumut, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Sumut, hingga Direktur Utama PT Anugerah Langkat Makmur.

Posisi di PT Anugerah Langkat Makmur pun tidak semudah membalikan telapak tangan. Dimulai dari jabatan direktur, dirinya harus turun ke lapangan untuk menampung buah dari petani sebelum dikirim ke pabrik. Barulah jabatan Direktur Utama (Dirut) diembannya pada 2007 lalu. Untuk mencapai posisi tersebut, dirinya selalu aktif mengikuti seminar dan kursus baik nasional juga internasional untuk pengembangan usaha yang dipimpinnya. Begitu juga aktif sebagai Bendahara III di Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumut.

Ya, demikianlah Ijeck membuktikan bila berbagai kemudahan tidak akan berguna tanpa pemahaman yang cukup dari bidang yang digeluti. Hanya dengan keinginan untuk belajar, niat yang besar, dan kerja keras berbagai prestasi pun pasti didapat.

Ijeck lahir di Medan 34 tahun lalu, tepatnya 1 April 1974. Merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Sejak usia sembilan tahun, kelas IV SD (1983), dirinya sudah mahir mengemudikan mobil. Area perkebunan kelapa wasit sekitar rumah pun menjadi rute harian dengan mobil jeep menjadi tunggangannya.

Even pertama dilakoni Ijeck ketika duduk di kelas satu SMP (1986) yaitu grastrack mobil di Medan. Kala itu mobil Toyota hardtop menjadi andalannya. Menginjak remaja, lintasan reli menjadi santapan sehari-hari. Mobil Corolla DX menjadi andalan ketika kali pertama berkecimpung. Perlahan dan pasti, sirkuit reli di Medan yang diakui beberapa pereli memang memiliki karakter ekstrim karena terdapat unsur tanah, pasir, maupun lumpur telah ditaklukannya.
Beberapa prestasi dan penghargaan di dunia otomotif pun diraih. Urutan II nasional Speed of Road dan Atlet Nasional di 2005. Panggilan jiwa sebagai pereli dan insan otomotif menjadi motivasi tersendiri baginya ketika dipercaya sebagai Ketua Umum Pengprov IMI Sumut sejak 2000 lalu. Beberapa terobosan pun sudah dilakukannya demi meningkatkan prestasi otomotif di Sumut. Kompetisi mulai menunjukkan gejolaknya, tak sedikit sudah atlet nasional yang lahir dalam masa itu.

Gebrakan terbesarnya adalah pembangunan beberapa sirkuit permanen di wilayah Medan. Salah satunya sirkuit Sprint Rally Cemara Abadi tempat berlangsungnya Kejurnas Sprint Rally 2008 Serie I dan II beberapa waktu lalu. Menyusul sirkuit road race, drag race, drag bike, dan grasstrack.

Namun itu semua tidak membuat Ijeck pongah. “Masih belum mencapai titik klimaks. Memang ada peningkatan namun hasilnya belum maksimal. Itu juga bukan kerja saya seorang, melainkan dukungan dan kerja sama yang baik dari seluruh pengurus. Menjaga kekompakan, itu yang kami lakukan,” katanya.

Pentingnya arti sebuah kekompakan dalam kehidupan bersosial diamini benar oleh Ijeck. Dengan menjaga kekompakan di antara sesama pengurus, membuat IMI Sumut mendapatkan banyak penghargaan dari pemerintah, juga masyarakat. Di antaranya sebagai Pengprov IMI terbaik tahun 2006 dan Organisasi Pembina Olahraga pada Haornas 2008 lalu. “Memang kita telah melahirkan banyak atlet nasional, tapi belum lagi menunjukkan hasil yang maksimal,” ucap Ijeck merendah.

Yang dimaksud di sini adalah prestasi pembalap Sumut pada Pekan Olahraga Nasional sebagai tolak ukur prestasi olahraga tertinggi di tingkat nasional. Pada PON XVII 2008 Kaltim lalu ketiga pembalap Sumut (Firman Farera, Jefry Holly, dan Deri Irfandy) gagal tampil di podium kehormatan. Bahkan, Firman Farera harus pulang dengan kaki penuh pen akibat insiden yang dialaminya saat lomba. Artinya, pembinaan masih sangat dibutuhkan, dan untuk itu, Ijeck yang juga pembalap nasional mengaku akan terus meningkatkan prestasi yang ada. “Target kita yaitu terpenuhinya sarana dan prasarana olahraga. Sehingga pembinaan yang lebih baik lagi dapat dilakukan. Harus terus berjuang,” optimisnya.

Selain reli, ketertarikan Ijeck pada dunia otomotif lainnya adalah motor Harley Davidson. Dalam kepemimpinannya, HDCI Sumut sebagai klub pecinta Harley menampilkan citra yang merakyat. “Kita ingin agar kehadiran HDCI Sumut juga dirasakan masyarakat. Untuk itu kita selalu menggelar bakti sosial di setiap touring yang kita laksanakan,” terangnya.

Sekalipun lebih fokus di otomotif sebagai pereli, waktu yang ada coba dia manfaatkan untuk menyalurkan hobi positif lainnya yakni menembak. Di cabang ini, Ijeck dipercaya sebagai ketua harian Pengprov Perbakin Sumut.
Begitu juga melalui klub BlaBlaBla Motosport, Ijeck yang kini duduk sebagai penasehat coba menyentuh cabang olahraga taekwondo. Divisi khusus menangani taekwondowin Sumut pun dibentuk sehingga pembinaan dapat dilakukan dengan terpusat. Tak heran, dengan eksistensi yang telah ditunjukkan selama ini, Ijeck dinobatkan sebagai tokoh Pembina Olahraga di Pematang Siantar, 2007 lalu.

Bahwa hobi dan tanggung jawab yang diemban sebagai pembina beberapa cabang olahraga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pemahaman inilah yang menjadi motivasi Ijeck mencoba meraih sukses sebagai pengusaha selepas menamatkan kuliahnya di Fisipol UISU 1998 lalu. “Saya fokus pada dua perusahaan perkebunan dan pabrik. Dari situ saya coba eksis di hobi dan pembinaan,” aku Ijeck yang telah menyelesaikan S2 Hukum Ekonomi di USU.

PT Anugerah Langkat Makmur di daerah Langkat Sumatera Utara merupakan salah satu kesuksesan Ijeck. Dari perusahaan yang telah mempekerjakan sekitar 600 karyawan ini pula suami dari Sri Ayu Mihari yang dinikahi 1998 lalu menyisihkan sedikit hasil yang ada untuk menunjukkan eksistensinya dalam usaha meningkatkan prestasi olahraga Sumut ke depan. Akhirnya, Ijeck sangat mengharapkan peranan dari para generasi muda sebagai ujung tombak pembangunan.

“Janganlah terlibat narkoba karena itu hanya merusak mental dan menjadikan cara berpikir tidak normal. Cari hobi yang positif sehingga waktu luang yang ada bisa bermanfaat. Dan, yang terutama jaga kekompakan tanpa memandang suku maupun agama. Cobalah mempercayai seseorang untuk menjadi pemimpin dan semua akan baik-baik saja,” pungkasnya. (jul)

Musa ‘Ijeck’ Rajekshah

Penampilan yang tenang, kalem, juga berwibawa adalah gambaran yang didapat dari Musa Rajekshah (37). Ya, sosok yang tidak melihat jabatan sebagai kekuasaan belaka, melainkan tanggung jawab yang menuntut pemahaman untuk melaksanakannya.

Lahir dari keluarga besar H Anif Shah, pria yang akrab disapa Ijeck ini tentu tidak sulit untuk mendapatkan keinginannya. Seperti jabatan di beberapa organisasi maupun perusahaan yang dipimpinnya kini. Paling tidak, hal itu yang terbersit di pikiran khalayak.

Namun, dari pembicaraan singkat di ruang kerjanya di seputaran Jalan Sei Deli Medan, jelas bila semua yang didapat Ijeck bukanlah sesuatu yang instan, tapi melalui sebuah proses. Baik di Pengurus Provinsi Ikatan Motor Indonesia Sumatera Utara (Pengprov IMI Sumut), Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) Sumut, Pengurus Daerah Persatuan Menembak Indonesia (Pengda Perbakin) Sumut, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI), Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Sumut, hingga Direktur Utama PT Anugerah Langkat Makmur.

Posisi di PT Anugerah Langkat Makmur pun tidak semudah membalikan telapak tangan. Dimulai dari jabatan direktur, dirinya harus turun ke lapangan untuk menampung buah dari petani sebelum dikirim ke pabrik. Barulah jabatan Direktur Utama (Dirut) diembannya pada 2007 lalu. Untuk mencapai posisi tersebut, dirinya selalu aktif mengikuti seminar dan kursus baik nasional juga internasional untuk pengembangan usaha yang dipimpinnya. Begitu juga aktif sebagai Bendahara III di Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Sumut.

Ya, demikianlah Ijeck membuktikan bila berbagai kemudahan tidak akan berguna tanpa pemahaman yang cukup dari bidang yang digeluti. Hanya dengan keinginan untuk belajar, niat yang besar, dan kerja keras berbagai prestasi pun pasti didapat.

Ijeck lahir di Medan 34 tahun lalu, tepatnya 1 April 1974. Merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara. Sejak usia sembilan tahun, kelas IV SD (1983), dirinya sudah mahir mengemudikan mobil. Area perkebunan kelapa wasit sekitar rumah pun menjadi rute harian dengan mobil jeep menjadi tunggangannya.

Even pertama dilakoni Ijeck ketika duduk di kelas satu SMP (1986) yaitu grastrack mobil di Medan. Kala itu mobil Toyota hardtop menjadi andalannya. Menginjak remaja, lintasan reli menjadi santapan sehari-hari. Mobil Corolla DX menjadi andalan ketika kali pertama berkecimpung. Perlahan dan pasti, sirkuit reli di Medan yang diakui beberapa pereli memang memiliki karakter ekstrim karena terdapat unsur tanah, pasir, maupun lumpur telah ditaklukannya.
Beberapa prestasi dan penghargaan di dunia otomotif pun diraih. Urutan II nasional Speed of Road dan Atlet Nasional di 2005. Panggilan jiwa sebagai pereli dan insan otomotif menjadi motivasi tersendiri baginya ketika dipercaya sebagai Ketua Umum Pengprov IMI Sumut sejak 2000 lalu. Beberapa terobosan pun sudah dilakukannya demi meningkatkan prestasi otomotif di Sumut. Kompetisi mulai menunjukkan gejolaknya, tak sedikit sudah atlet nasional yang lahir dalam masa itu.

Gebrakan terbesarnya adalah pembangunan beberapa sirkuit permanen di wilayah Medan. Salah satunya sirkuit Sprint Rally Cemara Abadi tempat berlangsungnya Kejurnas Sprint Rally 2008 Serie I dan II beberapa waktu lalu. Menyusul sirkuit road race, drag race, drag bike, dan grasstrack.

Namun itu semua tidak membuat Ijeck pongah. “Masih belum mencapai titik klimaks. Memang ada peningkatan namun hasilnya belum maksimal. Itu juga bukan kerja saya seorang, melainkan dukungan dan kerja sama yang baik dari seluruh pengurus. Menjaga kekompakan, itu yang kami lakukan,” katanya.

Pentingnya arti sebuah kekompakan dalam kehidupan bersosial diamini benar oleh Ijeck. Dengan menjaga kekompakan di antara sesama pengurus, membuat IMI Sumut mendapatkan banyak penghargaan dari pemerintah, juga masyarakat. Di antaranya sebagai Pengprov IMI terbaik tahun 2006 dan Organisasi Pembina Olahraga pada Haornas 2008 lalu. “Memang kita telah melahirkan banyak atlet nasional, tapi belum lagi menunjukkan hasil yang maksimal,” ucap Ijeck merendah.

Yang dimaksud di sini adalah prestasi pembalap Sumut pada Pekan Olahraga Nasional sebagai tolak ukur prestasi olahraga tertinggi di tingkat nasional. Pada PON XVII 2008 Kaltim lalu ketiga pembalap Sumut (Firman Farera, Jefry Holly, dan Deri Irfandy) gagal tampil di podium kehormatan. Bahkan, Firman Farera harus pulang dengan kaki penuh pen akibat insiden yang dialaminya saat lomba. Artinya, pembinaan masih sangat dibutuhkan, dan untuk itu, Ijeck yang juga pembalap nasional mengaku akan terus meningkatkan prestasi yang ada. “Target kita yaitu terpenuhinya sarana dan prasarana olahraga. Sehingga pembinaan yang lebih baik lagi dapat dilakukan. Harus terus berjuang,” optimisnya.

Selain reli, ketertarikan Ijeck pada dunia otomotif lainnya adalah motor Harley Davidson. Dalam kepemimpinannya, HDCI Sumut sebagai klub pecinta Harley menampilkan citra yang merakyat. “Kita ingin agar kehadiran HDCI Sumut juga dirasakan masyarakat. Untuk itu kita selalu menggelar bakti sosial di setiap touring yang kita laksanakan,” terangnya.

Sekalipun lebih fokus di otomotif sebagai pereli, waktu yang ada coba dia manfaatkan untuk menyalurkan hobi positif lainnya yakni menembak. Di cabang ini, Ijeck dipercaya sebagai ketua harian Pengprov Perbakin Sumut.
Begitu juga melalui klub BlaBlaBla Motosport, Ijeck yang kini duduk sebagai penasehat coba menyentuh cabang olahraga taekwondo. Divisi khusus menangani taekwondowin Sumut pun dibentuk sehingga pembinaan dapat dilakukan dengan terpusat. Tak heran, dengan eksistensi yang telah ditunjukkan selama ini, Ijeck dinobatkan sebagai tokoh Pembina Olahraga di Pematang Siantar, 2007 lalu.

Bahwa hobi dan tanggung jawab yang diemban sebagai pembina beberapa cabang olahraga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pemahaman inilah yang menjadi motivasi Ijeck mencoba meraih sukses sebagai pengusaha selepas menamatkan kuliahnya di Fisipol UISU 1998 lalu. “Saya fokus pada dua perusahaan perkebunan dan pabrik. Dari situ saya coba eksis di hobi dan pembinaan,” aku Ijeck yang telah menyelesaikan S2 Hukum Ekonomi di USU.

PT Anugerah Langkat Makmur di daerah Langkat Sumatera Utara merupakan salah satu kesuksesan Ijeck. Dari perusahaan yang telah mempekerjakan sekitar 600 karyawan ini pula suami dari Sri Ayu Mihari yang dinikahi 1998 lalu menyisihkan sedikit hasil yang ada untuk menunjukkan eksistensinya dalam usaha meningkatkan prestasi olahraga Sumut ke depan. Akhirnya, Ijeck sangat mengharapkan peranan dari para generasi muda sebagai ujung tombak pembangunan.

“Janganlah terlibat narkoba karena itu hanya merusak mental dan menjadikan cara berpikir tidak normal. Cari hobi yang positif sehingga waktu luang yang ada bisa bermanfaat. Dan, yang terutama jaga kekompakan tanpa memandang suku maupun agama. Cobalah mempercayai seseorang untuk menjadi pemimpin dan semua akan baik-baik saja,” pungkasnya. (jul)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/