31 C
Medan
Sunday, June 30, 2024

TKI yang Punya Istana

Anis Novianto

Tamat dari bangku sekolah, merupakan titik awal kemandirian bagi sebagian orang, demikian pula dengan Anis Novianto. Pengusaha muda berusia 29 tahun ini, terbilang sukses menjalankan gerai batik miliknya di Jalan Proklamasi, Stabat.

Sama halnya dengan pria-pria lain, Anis juga merasa kebingungan mencari lapangan pekerjaan setelah ia tamat sekolah. Untuk terus melanjut ke perguruan tinggi, dirinya   tidak sanggup untuk menanggung biaya perkuliahan karena sulitnya perekonomian orangtua.

Seiring waktu berjalan, Anis pun berinisiatif untuk mencari segepok ringgit di Negeri Jiran, Malaysia, sebagai seorang TKI. Dengan tekad bulat meraup untung di rantau orang, dia pun berusaha keras mengumpulkan sedikit demi sedikit ringgit didapat dari hasil keringatnya.

Hingga akhirnya, dia bertemu dengan Eka Muliati, wanita cantik asal Kota Stabat, yang dikenalnya saat berada di Malaysia. Wanita inilah yang kini menjadi pendamping hidup sekaligus pengatur keuangan gerai batik miliknya di Kota Stabat.

Begitulah sekelumit kisah perjalanan rumit dialami Anis ketika tamat dari sekolah. Dalam benaknya, tidak pernah sedikit pun terbesit bakal menjadi pengusaha batik di bumi Langkat Berseri seperti sekarang ini. Tapi kini, Anis menjadi salah satu pengusaha batik ternama di Kota Stabat dan Kabupaten Langkat dengan nama Gerai Batik, Jauza Istana Batik.

“Setelah tamat sekolah, saya binggung mau bekerja di mana, mau lanjut perguruan tinggi tidak ada uang, mau masuk polisi apalagi, hingga akhirnya saya memilih bekerja sebagai TKI,” kenang pria berdarah Jawa ini, saat ditemui belum lama ini.

Setelah kurang lebih empat tahun (2003-2007) dirantau, Anis pun kembali ke kampung halamannya di Stabat bersama Eka Muliati. Mereka pun sepakat untuk hidup bersama setelah melanglang buana di Malaysia.
Begitu menikah, Anis merasa binggung untuk menghidupi istri dan anaknya. Sebab, dirinya tidak lagi bekerja sebagai TKI. Meski sudah mencari peluang kerja ke berbagai tempat, namun Anis tidak kunjung mendapatkannya. Akhirnya, Anis tergerak untuk membuka usaha butik batik di rumahnya.

“Saya binggung mau usaha apa, pekerjaan juga tidak ada, kan nggak mungkin saya berdiam diri di rumah sementara saya sudah menikah. Setelah beberapa minggu mencari solusi pekerjaan, akhirnya terlintas untuk membuka butik batik dengan modal pas-pasan, sekitar Rp2 juta-an lah,”ungkapnya.

Dari modal pas-pasan itu, dia terus berusaha mencari relasi guna mengembangkan usaha batiknya. Kini, setelah tiga tahun menjalani usaha batik tersebut, Anis telah memiliki berbagai pelanggan dan memperbesar usaha gerai batik miliknya. Bahkan, dari usaha gerai batiknya itu, dia juga membuka usaha perbengkelan dan minuman di sekitar rumahnya.

“Saya maunya, anak-anak muda yang putus sekolah atau tidak mempunyai pekerjaan, hendaknya tidak berdiam diri di rumah, banyak yang bisa mereka lakukan, jika tidak punya modal besar, beranjak dari modal kecil, seperti berjualan makanan. Yang penting ada kemauan dan pantang menyerah untuk mengembangkan bakat wirausahawan, mudah-mudahan generasi berikutnya, banyak menghasilkan usahawan-usahawan muda yang sukses,” harapnya.
Sebagai usahawan yang andal, pria yang lahir di Banjarnegara Jawa Tengah ini juga menginginkan adanya kreativitas dari para pemuda untuk mengembangkan usaha.

“Tidak perlu malu. Jika ingin maju dan sukses harus yakin, percaya diri, sabar, rajin, mau bekerja keras, kreatif, dan inovatif. Jangan cuma berpangku tangan mengharapkan belas kasihan, itu lebih memalukan,” pungkasnya. (ndi)

Anis Novianto

Tamat dari bangku sekolah, merupakan titik awal kemandirian bagi sebagian orang, demikian pula dengan Anis Novianto. Pengusaha muda berusia 29 tahun ini, terbilang sukses menjalankan gerai batik miliknya di Jalan Proklamasi, Stabat.

Sama halnya dengan pria-pria lain, Anis juga merasa kebingungan mencari lapangan pekerjaan setelah ia tamat sekolah. Untuk terus melanjut ke perguruan tinggi, dirinya   tidak sanggup untuk menanggung biaya perkuliahan karena sulitnya perekonomian orangtua.

Seiring waktu berjalan, Anis pun berinisiatif untuk mencari segepok ringgit di Negeri Jiran, Malaysia, sebagai seorang TKI. Dengan tekad bulat meraup untung di rantau orang, dia pun berusaha keras mengumpulkan sedikit demi sedikit ringgit didapat dari hasil keringatnya.

Hingga akhirnya, dia bertemu dengan Eka Muliati, wanita cantik asal Kota Stabat, yang dikenalnya saat berada di Malaysia. Wanita inilah yang kini menjadi pendamping hidup sekaligus pengatur keuangan gerai batik miliknya di Kota Stabat.

Begitulah sekelumit kisah perjalanan rumit dialami Anis ketika tamat dari sekolah. Dalam benaknya, tidak pernah sedikit pun terbesit bakal menjadi pengusaha batik di bumi Langkat Berseri seperti sekarang ini. Tapi kini, Anis menjadi salah satu pengusaha batik ternama di Kota Stabat dan Kabupaten Langkat dengan nama Gerai Batik, Jauza Istana Batik.

“Setelah tamat sekolah, saya binggung mau bekerja di mana, mau lanjut perguruan tinggi tidak ada uang, mau masuk polisi apalagi, hingga akhirnya saya memilih bekerja sebagai TKI,” kenang pria berdarah Jawa ini, saat ditemui belum lama ini.

Setelah kurang lebih empat tahun (2003-2007) dirantau, Anis pun kembali ke kampung halamannya di Stabat bersama Eka Muliati. Mereka pun sepakat untuk hidup bersama setelah melanglang buana di Malaysia.
Begitu menikah, Anis merasa binggung untuk menghidupi istri dan anaknya. Sebab, dirinya tidak lagi bekerja sebagai TKI. Meski sudah mencari peluang kerja ke berbagai tempat, namun Anis tidak kunjung mendapatkannya. Akhirnya, Anis tergerak untuk membuka usaha butik batik di rumahnya.

“Saya binggung mau usaha apa, pekerjaan juga tidak ada, kan nggak mungkin saya berdiam diri di rumah sementara saya sudah menikah. Setelah beberapa minggu mencari solusi pekerjaan, akhirnya terlintas untuk membuka butik batik dengan modal pas-pasan, sekitar Rp2 juta-an lah,”ungkapnya.

Dari modal pas-pasan itu, dia terus berusaha mencari relasi guna mengembangkan usaha batiknya. Kini, setelah tiga tahun menjalani usaha batik tersebut, Anis telah memiliki berbagai pelanggan dan memperbesar usaha gerai batik miliknya. Bahkan, dari usaha gerai batiknya itu, dia juga membuka usaha perbengkelan dan minuman di sekitar rumahnya.

“Saya maunya, anak-anak muda yang putus sekolah atau tidak mempunyai pekerjaan, hendaknya tidak berdiam diri di rumah, banyak yang bisa mereka lakukan, jika tidak punya modal besar, beranjak dari modal kecil, seperti berjualan makanan. Yang penting ada kemauan dan pantang menyerah untuk mengembangkan bakat wirausahawan, mudah-mudahan generasi berikutnya, banyak menghasilkan usahawan-usahawan muda yang sukses,” harapnya.
Sebagai usahawan yang andal, pria yang lahir di Banjarnegara Jawa Tengah ini juga menginginkan adanya kreativitas dari para pemuda untuk mengembangkan usaha.

“Tidak perlu malu. Jika ingin maju dan sukses harus yakin, percaya diri, sabar, rajin, mau bekerja keras, kreatif, dan inovatif. Jangan cuma berpangku tangan mengharapkan belas kasihan, itu lebih memalukan,” pungkasnya. (ndi)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/