Isma Padli Arya Pulungan SAg SH
Sebagai anggota dewan, Isma Padli Arya Pulungan SAg SH tetap melihat pentingnya arti pendidikan. Setelah menamatkan pendidikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN), pria yang selalu tampil sportif ini pun memusatkan perhatian di bidang hukum.
Menjadi anggota dewan ini hanya sebuah peran. Seperti peran lainnya kita lakoni saja
sembari menyiapkan langkah ke depan,” ucap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara (DPRDSU) dari Partai Golkar dari daerah pemilihan (dapil) V Labuhan Batu ini yang ditemui di Perpustakaan Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Jalan Gedung Arca Medan, Jumat (16/6).
Keberadaannya sore itu sehubungan dengan kuliah yang diikutinya untuk menyelesaikan studi Magister Ilmu Hukum di UMSU. Saat berita ini diturunkan Isma (panggilan akrabnya) tengah menyelesaikan semester tiga yang merupakan semester akhir. Direncanakan November ini dirinya pun menyandang gelar master di bidang hukum.
Pentingnya pendidikan bagi Isma sudah diperlihatkan sejak menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Meskipun untuk itu pria kelahiran Dolok Masihul 40 tahun silam ini harus merasakan beratnya sebuah perjuangan. Keadaan yang bertolak belakang dengan kehidupan kecilnya yang selalu dimanja. “Ayah saya itu dulu toke getah tapi usahanya tumpur waktu saya mau tamat SMA. Jadi waktu saya bilang mau kuliah, orangtua jual tanah yang harganya waktu itu juga pas-pasan lah,” kenangnya.
Kehidupan dengan biaya seadanya sempat dijalani beberapa lama. Dengan keahliannya sebagai kori Al Quran, Isma pun mendiami Masjid Al-Amin di Lingkungan II Mabar Hilir hingga menamatkan kuliah di IAIN (1995). Kemampuan bersosialisasi yang diperoleh dari aktivitas di organisasi kepemudaan dan politik pula membuat Isma diterima baik di lingkungan barunya. Bahkan, perayaan wisuda dirinya dibuat melebihi kemeriahan pesta pernikahan.
Tidak puas dengan gelar yang ada, suami dari Yeni Sriwahyuni Rangkuti SPd MA ini kembali menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Alwashliyah. Untuk menamatkan studinya itu, dirinya terjun sebagai jurnalis dan bergabung dengan Sinar Medan 1999-2003.
Sembari menunaikan kewajibannya, ayah dari Rizqy Himmawan Ardya Pulungan dan Fadlan Yuhri Ardya Pulungan ini tak mau berhenti mengejar ilmu pengetahuan. Pasca Sarjana Ilmu Hukum di UMSU pun diambil yang akan diterapkan untuk kemajuan Universitas Alwashliyah sebagai almamaternya.
Di samping ilmu pengetahuan formal, Isma juga menaruh perhatian di sektor informal khususnya organisasi kepemudaan juga politik. Hal itu bahkan sudah dilakoni sejak menjadi mahasiswa di IAIN. Beberapa jabatan pun pernah diembannya seperti Ketua Himpunan Mahasiswa Alwashliyah komisariat IAIN, Cabang Medan, hingga Wilayah Sumatera Utara. “Cara bersosialisasi yang hanya bisa didapatkan dari pengalaman. Maka dari itu, jangan pernah berhenti untuk belajar,” pesannya. (jul)
—
Kerahkan Semua Potensi
Dengan pengetahuan yang dimiliki, Isma menjawab semua tantangan dengan pembuktian. Bagaimana daerah yang sama sekali asing seolah merupakan kampung kelahirannya. “Prinsipnya kalau emas, di manapun dicampakkan akan tetap menjadi emas. Tinggal bagaimana kita berusaha menjadi bermanfaat di tengah-tengah lingkungan yang baru tadi,” bebernya.
Demikianlah Isma menjadi pemenang pada Pilkada 2009 lalu dengan daerah pemilihan V, Labuhan Batu. Perjuangannya yang total pun mengalahkan 11 pesaing untuk memperebutkan satu kursi yang disiapkan. Pendekatan persuasif melalui kegiatan keagamaan membuatnya unggul dari para pesaing yang merupakan putra daerah Labuhan Batu itu sendiri.
“Saya memang kerahkan semua potensi yang ada. Waktu itu ikon yang saya pakai ‘Simpati’ singkatan dari Sama Isma Pas di Hati. Lebih mudah dan gampang diingat masyarakat. Di samping itu saya juga aktif di kegiatan-kegiatan masjid,” kenangnya.
Isma yang tidak memungkiri datang dari kondisi susah paham betul arti sebuah kepercayaan. Hal itu yang dibuktikan dan coba terus diperjuangkan kepada konstituen pada Pilkada 2009 lalu. “Ketika itu saya berjanji kalau najil masjid, bilal masjid, dan guru ngaji harus mendapat santunan dari APBD. Sekarang baru Kabupaten Labuhan Batu Utara yang terwujud. Masih ada Labuhan Batu Selatan dan Labuhan Batu Induk,” tekad Isma. (jul)