SUMUTPOS.CO – Israel mengumumkan rencana untuk mengambil alih 400 hektare tanah Palestina di Tepi Barat.
Keputusan untuk mengambil tanah di selatan Bethlehem ini dipercaya sebagai perebutan tanah terbesar oleh Israel selama 30 tahun.
Pemerintah daerah yang dikelola oleh militer mengatakan rencana ini dibuat sebagai respon adanya penculikan dan pembunuhan tiga remaja Yahudi pada Juni lalu.
Warga Palestina mengatakan upaya diplomatik harus dilakukan untuk melawan Israel. Sementara itu, Amerika Serikat meminta Israel membatalkan rencana ini.
‘KONTRAPRODUKTIF’
Keputusan diambil pada Minggu (31/08) oleh departemen militer Israel yang bertugas mengatur urusan sipil di Tepi Barat.
Pengambilalihan lahan dekat permukiman Yahudi Etzion ini akan membuka jalan untuk pembangunan permukiman baru bernama Gvaot, kata media Israel.
Negosiator Palestina Saeb Erekat mengatakan bahwa masyarakat dunia harus menuntut tanggung jawab Israel atas “kegiatan pembangunan permukiman Israel yang terus berlangsung di Tepi Barat dan Yerusalem Timur”, menurut kantor berita AFP.
Sementara itu, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip Reuters menggambarkan langkah Israel “kontraproduktif dengan tujuan Israel – yang menyatakan ingin menemukan solusi yang menguntungkan dua pihak”.
Palestina menginginkan semua tanah yang direbut Israel sejak 1967 kembali kepada mereka, tetapi lebih dari 500.000 orang Yahudi kini tinggal di lebih dari 200 pemukiman dan pos-pos di Tepi Barat – termasuk di Yerusalem Timur.
Permukiman ini dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional, meskipun Israel membantah hal ini. (BBC)
SUMUTPOS.CO – Israel mengumumkan rencana untuk mengambil alih 400 hektare tanah Palestina di Tepi Barat.
Keputusan untuk mengambil tanah di selatan Bethlehem ini dipercaya sebagai perebutan tanah terbesar oleh Israel selama 30 tahun.
Pemerintah daerah yang dikelola oleh militer mengatakan rencana ini dibuat sebagai respon adanya penculikan dan pembunuhan tiga remaja Yahudi pada Juni lalu.
Warga Palestina mengatakan upaya diplomatik harus dilakukan untuk melawan Israel. Sementara itu, Amerika Serikat meminta Israel membatalkan rencana ini.
‘KONTRAPRODUKTIF’
Keputusan diambil pada Minggu (31/08) oleh departemen militer Israel yang bertugas mengatur urusan sipil di Tepi Barat.
Pengambilalihan lahan dekat permukiman Yahudi Etzion ini akan membuka jalan untuk pembangunan permukiman baru bernama Gvaot, kata media Israel.
Negosiator Palestina Saeb Erekat mengatakan bahwa masyarakat dunia harus menuntut tanggung jawab Israel atas “kegiatan pembangunan permukiman Israel yang terus berlangsung di Tepi Barat dan Yerusalem Timur”, menurut kantor berita AFP.
Sementara itu, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS seperti dikutip Reuters menggambarkan langkah Israel “kontraproduktif dengan tujuan Israel – yang menyatakan ingin menemukan solusi yang menguntungkan dua pihak”.
Palestina menginginkan semua tanah yang direbut Israel sejak 1967 kembali kepada mereka, tetapi lebih dari 500.000 orang Yahudi kini tinggal di lebih dari 200 pemukiman dan pos-pos di Tepi Barat – termasuk di Yerusalem Timur.
Permukiman ini dianggap ilegal berdasarkan hukum internasional, meskipun Israel membantah hal ini. (BBC)