30 C
Medan
Monday, June 24, 2024

Pelajar Medan Tewas Dihantam Roket Yaman

100 Santri Asal Indonesia Masih Terjebak

Sa’dah-Perseteruan antara pemerintah Yaman dengan kelompok militan penganut paham Syiah Zaidiyyah, menelan korban jiwa. Dua pelajar Warga Negara Indonesia (WNI) asal Medan dan Aceh, dilaporkan tewas terkena hantaman roket yang dilancarkan kelompok pemberontak. Sedangkan dua lainnya dikabarkan mengalami luka tembak.

Dikutip dari Reuters, perang kelompok di Yaman, kembali terjadi antara muslim Syiah yang menyerang kelompok muslim Sunni di Dammaj, bagian utara Yaman yang menyebabkan kurang lebih 25 orang tewas. Termasuk enam orang warga negara asing yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Rusia dan satu orang warga Amerika yang terkena ledakan roket.

Dua pelajar asal Indonesia tersebut sedang menuntut ilmu di Pesantren Darrul Hadist di Sa’dah, Yaman. Pesantren ini pun menjadi salah satu target militan karena banyak santri yang berasal dari berbagai negara. Sekitar 10.000-an santri yang masih terjebak di pesantren tersebut tidak bisa leluasa keluar. Termasuk 100-an santri asal Indonesia. Mereka masih menjadi target penembak jitu dari kelompok militan pimpinan Hussein Badreddin al-Houthi yang mengintai setiap saat.

Korban tewas pun saat ini dilaporkan terus bertambah dari kalangan santri, tanpa bantuan berarti dari pemerintah setempat. Pemerintah Yaman sendiri, mengaku tidak bisa berbuat banyak karena lokasi pesantren di Provinsi Sa’dah telah dikuasai sepenuhnya oleh kelompok militan al-Houthi.

Perihal tewasnya dua pelajar asal Indonesia, dibenarkan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Meski terkesan menutup-nutupi, namun akhirnya Marty menjelaskan bahwa tewasnya dua santri tersebut terjadi pada akhir pekan lalu.

“Pada 26 November lalu, KBRI kita di sana telah menerima informasi tentang wafatnya dua warga negara kita di Yaman. Ini sebagai akibat dari aksi baku tembak antara dua kelompok di perguruan tinggi tempat pelajar kita berada,” kata Marty di gedung DPR RI, Rabu (30/11).

Marty membantah bila pemerintah tidak bertanggungjawab. Menurutnya begitu mendapat kabar duka tersebut, KBRI langsung menghubungi keluarga korban. Jenazah kedua pelajar tersebut disepakati keluarga untuk dimakamkan di Yaman, tepatnya di lokasi pesantren.

Marty juga menyebutkan, pihaknya telah melakukan proses evakuasi secara bertahap sejak kondisi Yaman, mulai mengkhawatirkan. Namun proses evakuasi masih belum berjalan maksimal, karena sulitnya mencapai lokasi dalam kondisi aman dan kurangnya informasi keberadaan para WNI.

Kesulitan lainnya melakukan evakuasi, karena banyak dari WNI yang berada di Yaman, awalnya tidak mendaftarkan diri ataupun melapor ke KBRI. Namun demikian kata Marty, pihaknya akan terus berusaha semaksimal mungkin segera melakukan evakuasi bagi WNI khususnya yang terjebak di wilayah konflik.

“Bisa dikatakan kondisi di sana sangat anarkis sekali. Pemerintahnya tidak menentu, ramai gejolak demonstrasi, pertikaian dan baku tembak antar kelompok-kelompok tertentu. Kami berupaya WNI di sana untuk menghindari situasi ini,” tegas Marty. (afz/jpnn)

100 Santri Asal Indonesia Masih Terjebak

Sa’dah-Perseteruan antara pemerintah Yaman dengan kelompok militan penganut paham Syiah Zaidiyyah, menelan korban jiwa. Dua pelajar Warga Negara Indonesia (WNI) asal Medan dan Aceh, dilaporkan tewas terkena hantaman roket yang dilancarkan kelompok pemberontak. Sedangkan dua lainnya dikabarkan mengalami luka tembak.

Dikutip dari Reuters, perang kelompok di Yaman, kembali terjadi antara muslim Syiah yang menyerang kelompok muslim Sunni di Dammaj, bagian utara Yaman yang menyebabkan kurang lebih 25 orang tewas. Termasuk enam orang warga negara asing yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Rusia dan satu orang warga Amerika yang terkena ledakan roket.

Dua pelajar asal Indonesia tersebut sedang menuntut ilmu di Pesantren Darrul Hadist di Sa’dah, Yaman. Pesantren ini pun menjadi salah satu target militan karena banyak santri yang berasal dari berbagai negara. Sekitar 10.000-an santri yang masih terjebak di pesantren tersebut tidak bisa leluasa keluar. Termasuk 100-an santri asal Indonesia. Mereka masih menjadi target penembak jitu dari kelompok militan pimpinan Hussein Badreddin al-Houthi yang mengintai setiap saat.

Korban tewas pun saat ini dilaporkan terus bertambah dari kalangan santri, tanpa bantuan berarti dari pemerintah setempat. Pemerintah Yaman sendiri, mengaku tidak bisa berbuat banyak karena lokasi pesantren di Provinsi Sa’dah telah dikuasai sepenuhnya oleh kelompok militan al-Houthi.

Perihal tewasnya dua pelajar asal Indonesia, dibenarkan oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa. Meski terkesan menutup-nutupi, namun akhirnya Marty menjelaskan bahwa tewasnya dua santri tersebut terjadi pada akhir pekan lalu.

“Pada 26 November lalu, KBRI kita di sana telah menerima informasi tentang wafatnya dua warga negara kita di Yaman. Ini sebagai akibat dari aksi baku tembak antara dua kelompok di perguruan tinggi tempat pelajar kita berada,” kata Marty di gedung DPR RI, Rabu (30/11).

Marty membantah bila pemerintah tidak bertanggungjawab. Menurutnya begitu mendapat kabar duka tersebut, KBRI langsung menghubungi keluarga korban. Jenazah kedua pelajar tersebut disepakati keluarga untuk dimakamkan di Yaman, tepatnya di lokasi pesantren.

Marty juga menyebutkan, pihaknya telah melakukan proses evakuasi secara bertahap sejak kondisi Yaman, mulai mengkhawatirkan. Namun proses evakuasi masih belum berjalan maksimal, karena sulitnya mencapai lokasi dalam kondisi aman dan kurangnya informasi keberadaan para WNI.

Kesulitan lainnya melakukan evakuasi, karena banyak dari WNI yang berada di Yaman, awalnya tidak mendaftarkan diri ataupun melapor ke KBRI. Namun demikian kata Marty, pihaknya akan terus berusaha semaksimal mungkin segera melakukan evakuasi bagi WNI khususnya yang terjebak di wilayah konflik.

“Bisa dikatakan kondisi di sana sangat anarkis sekali. Pemerintahnya tidak menentu, ramai gejolak demonstrasi, pertikaian dan baku tembak antar kelompok-kelompok tertentu. Kami berupaya WNI di sana untuk menghindari situasi ini,” tegas Marty. (afz/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/