31.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

NATO Niat Putuskan Hubungan Formal

BRUSSELS, SUMUTPOS.CO – Rusia harus bersiap menjadi negara yang terisolasi. Sebab, negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berniat memberikan sanksi yang lebih kepada Negeri Beruang Merah tersebut. Sanksi berupa pembekuan kerja sama secara formal diberikan kepada Rusia karena telah mencaplok Crimea dari Ukraina.

Kemarin seluruh menteri luar negeri anggota NATO tersebut bertemu di Brussels, Belgia, untuk membahas sanksi tersebut. Pertemuan itu merupakan kali pertama dari organisasi internasional keamanan yang beranggota 28 negara tersebut pascakrisis di Ukraina.

Pertemuan tersebut membahas bantuan pelatihan kepada tentara Ukraina. Bukan hanya pelatihan, tetapi juga bantuan militer jika memang dibutuhkan. Seluruh menteri luar negeri yang menjadi anggota NATO dijadwalkan berbicara langsung dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchytsia.

Pembicaraan itu dilakukan untuk membahas bantuan guna meningkatkan reformasi pertahanan negara tersebut setelah kehilangan puluhan pangkalan militernya di Crimea. Pengambilalihan Crimea oleh Rusia memang mengkhawatirkan banyak pihak. Terutama negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Lithuania, Estonia, dan Bulgaria. Sebab, banyak komunitas Rusia di negara-negara tersebut.

Belakangan beredar kemungkinan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berencana mengembalikan kejayaan Uni Soviet. Jika kemungkinan tersebut benar, bisa jadi bukan hanya Crimea yang digandeng Rusia. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan bisa merambah wilayah lain yang mayoritas penduduknya etnis Rusia.

“Bagaimana dengan Lithuania? Estonia? Kami punya komunitas Rusia. Apakah itu berarti mereka bisa menghubungi Rusia dan Rusia akan mengirim pasukan, menduduki, dan mengambil alih sebagian wilayah negara tersebut?” ujar Presiden Bulgaria Rosen Plevneliev.

Beberapa jam sebelum pertemuan tersebut, parlemen di Ukraina melakukan voting. Tujuannya, menentukan setuju atau tidaknya Ukraina menjadi tuan rumah latihan militer gabungan NATO. Hasilnya, seluruh anggota yang berjumlah 235 orang setuju. Artinya, tentara Amerika Serikat akan ditempatkan di titik terdekat dengan tentara Rusia di Crimea. Sebelum krisis, Ukraina sudah beberapa kali mengadakan latihan gabungan bersama dengan NATO.

“Ini adalah kesempatan baik untuk mengembangkan kemampuan angkatan bersenjata kami,” ujar salah satu pejabat Kementerian Pertahanan Ukraina Mykhailo Koval. Latihan dengan kode Sea Breeze tersebut akan dilaksanakan selama 25 hari. Tepatnya mungkin antara Juli atau Oktober. Lokasinya berada di luar pelabuhan Odessa, Crimea, dan Laut Hitam.

Rencana pemberian sanksi oleh NATO dan latihan perang di Ukraina tersebut membuat Rusia berang. Karena itu, perusahaan gas terbesar di Rusia Gazprom mengambil keputusan yang bakal memukul Ukraina. Mereka menghentikan diskon atau potongan harga pembelian gas yang selama ini dinikmati Ukraina.

Namun, Rusia tidak secara langsung mengungkapkan hal tersebut gara-gara pertemuan NATO. “Diskon tidak berlaku lagi karena Ukraina tidak mampu membayar utang tahun 2013 serta tidak bisa membayar penuh kiriman baru-baru ini,” ujar Chief Executive Gazprom Alexei Miller.

Diskon itu memang diberikan Rusia melalui kerja sama dengan pemimpin Ukraina yang sebelumnya. Yaitu, Mantan Presiden Victor Yanukovych yang digulingkan beberapa waktu lalu. (AFP/BBC/sha/c15/tia)

BRUSSELS, SUMUTPOS.CO – Rusia harus bersiap menjadi negara yang terisolasi. Sebab, negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berniat memberikan sanksi yang lebih kepada Negeri Beruang Merah tersebut. Sanksi berupa pembekuan kerja sama secara formal diberikan kepada Rusia karena telah mencaplok Crimea dari Ukraina.

Kemarin seluruh menteri luar negeri anggota NATO tersebut bertemu di Brussels, Belgia, untuk membahas sanksi tersebut. Pertemuan itu merupakan kali pertama dari organisasi internasional keamanan yang beranggota 28 negara tersebut pascakrisis di Ukraina.

Pertemuan tersebut membahas bantuan pelatihan kepada tentara Ukraina. Bukan hanya pelatihan, tetapi juga bantuan militer jika memang dibutuhkan. Seluruh menteri luar negeri yang menjadi anggota NATO dijadwalkan berbicara langsung dengan Menteri Luar Negeri Ukraina Andriy Deshchytsia.

Pembicaraan itu dilakukan untuk membahas bantuan guna meningkatkan reformasi pertahanan negara tersebut setelah kehilangan puluhan pangkalan militernya di Crimea. Pengambilalihan Crimea oleh Rusia memang mengkhawatirkan banyak pihak. Terutama negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Lithuania, Estonia, dan Bulgaria. Sebab, banyak komunitas Rusia di negara-negara tersebut.

Belakangan beredar kemungkinan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berencana mengembalikan kejayaan Uni Soviet. Jika kemungkinan tersebut benar, bisa jadi bukan hanya Crimea yang digandeng Rusia. Tetapi, tidak tertutup kemungkinan bisa merambah wilayah lain yang mayoritas penduduknya etnis Rusia.

“Bagaimana dengan Lithuania? Estonia? Kami punya komunitas Rusia. Apakah itu berarti mereka bisa menghubungi Rusia dan Rusia akan mengirim pasukan, menduduki, dan mengambil alih sebagian wilayah negara tersebut?” ujar Presiden Bulgaria Rosen Plevneliev.

Beberapa jam sebelum pertemuan tersebut, parlemen di Ukraina melakukan voting. Tujuannya, menentukan setuju atau tidaknya Ukraina menjadi tuan rumah latihan militer gabungan NATO. Hasilnya, seluruh anggota yang berjumlah 235 orang setuju. Artinya, tentara Amerika Serikat akan ditempatkan di titik terdekat dengan tentara Rusia di Crimea. Sebelum krisis, Ukraina sudah beberapa kali mengadakan latihan gabungan bersama dengan NATO.

“Ini adalah kesempatan baik untuk mengembangkan kemampuan angkatan bersenjata kami,” ujar salah satu pejabat Kementerian Pertahanan Ukraina Mykhailo Koval. Latihan dengan kode Sea Breeze tersebut akan dilaksanakan selama 25 hari. Tepatnya mungkin antara Juli atau Oktober. Lokasinya berada di luar pelabuhan Odessa, Crimea, dan Laut Hitam.

Rencana pemberian sanksi oleh NATO dan latihan perang di Ukraina tersebut membuat Rusia berang. Karena itu, perusahaan gas terbesar di Rusia Gazprom mengambil keputusan yang bakal memukul Ukraina. Mereka menghentikan diskon atau potongan harga pembelian gas yang selama ini dinikmati Ukraina.

Namun, Rusia tidak secara langsung mengungkapkan hal tersebut gara-gara pertemuan NATO. “Diskon tidak berlaku lagi karena Ukraina tidak mampu membayar utang tahun 2013 serta tidak bisa membayar penuh kiriman baru-baru ini,” ujar Chief Executive Gazprom Alexei Miller.

Diskon itu memang diberikan Rusia melalui kerja sama dengan pemimpin Ukraina yang sebelumnya. Yaitu, Mantan Presiden Victor Yanukovych yang digulingkan beberapa waktu lalu. (AFP/BBC/sha/c15/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/