BENGHAZI – Tewasnya sang putra bungsu, Saif Al Arab Kadhafi, dan tiga cucu gara-gara serangan udara NATO kemarin dini hari WIB mungkin menjadi pukulan berat bagi Muammar Kadhafi. Tapi, NATO juga tidak bisa menyebut “pembunuhan” itu sebagai keberhasilan.
Hal itu tersejadi, sesaat setelah Pakta Pertahanan Atlantik Utara melakukan serangan maut ke rumah Saif di Tripoli. Munculnya serangan tersebut, menimbulkan banyak kecaman, pertama datang dari pemerintah Libya. Mereka dengan tegas menyebut NATO sengaja mengincar nyawa Kadhafi. Bila itu benar, berarti jelas melanggar Resolusi PBB No 1973 yang menegaskan bahwa keterlibatan pasukan koalisi internasional di Libya semata bertujuan melindungi warga sipil.
“Bagaimana (serangan) itu disebut sebagai perlindungan kepada warga sipil, Tuan Saif Al Arab adalah warga sipil, seorang mahasiswa. Dia sedang bermain-main dengan keponakannya dan ayah-ibunya serta tamu lain,” kata Moussa Ibrahim, juru bicara pemerintah Libya, seperti dikutip BBC.
Sementara itu, Juru Bicara Operasi NATO Letnan Jenderal Charles Bouchard menepis tudingan bahwa yang sengaja disasar adalah Kadhafi. NATO yakin bahwa yang diklaim sebagai kediaman Saif itu adalah pusat komando dan kontrol. (c11/ttg/jpnn)