26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Hanya 12 Menit, 29 Tewas

Korban pembantaian di Stasiun Kumning.
Korban pembantaian di Stasiun Kumning.

KUNMING, SUMUTPOS.CO – Tragedi berdarah terjadi di Kota Kunming, Provinsi Yunnan, Tiongkok, Sabtu malam (1/3). Sekelompok orang berbaju serbahitam tiba-tiba berlarian masuk stasiun kereta api (KA) pusat dan menusuk siapa pun yang mereka temui dengan membabi buta. Sebanyak 29 orang tewas dan 143 lainnya terluka.

Otoritas setempat menyatakan bahwa kejadian tersebut sangat rapi dan terencana. Begitu matangnya perencanaan para pelaku, sampai-sampai mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk melukai dan membunuh korban. Hanya 12 menit! “Dari gaya mereka, pelaku sangat terlatih. Mereka dengan mudah melumpuhkan penjaga dan menyerang masyarakat,” ujar seorang saksi.

Saksi yang selamat mengatakan, mereka yang tidak bisa berlari kencang langsung menjadi korban sabetan pisau pelaku. Yang Haifei, seorang korban selamat, mengatakan bahwa dirinya sedang mengantre tiket ketika penyerang masuk stasiun. “Saya lihat seseorang datang ke arah saya dengan pisau panjang. Saya pun langsung lari kencang dengan yang lainnya,” ujar Haifei yang terluka di leher dan punggung.

Polisi pun saat ini masih mengejar pelaku yang jumlahnya diperkirakan sepuluh orang. Empat di antara para pelaku dapat ditembak mati dan seorang pelaku perempuan ditangkap hidup-hidup dan masih dirawat di rumah sakit karena luka. “Upaya sangat maksimal harus dilakukan untuk menyelamatkan para korban luka. Menghukum para teroris sesuai dengan hukum yang berlaku dan mencegah terulangnya insiden serupa,” ujar Kepala Kepolisian Nasional yang juga Anggota Politbiro Partai Komunis Meng Jianzhu. Dia tiba di lokasi kejadian kemarin pagi.

Presiden Tiongkok Xi Jinping pun langsung menyatakan belasungkawa atas kejadian tersebut. Xi meminta seluruh pihak bekerja keras menginvestigasi serangan tersebut. “Hukuman berat akan diberlakukan kepada teroris dan kami akan mengejar mereka yang melakukan kejahatan tersebut,” ujar Xi.

Identitas kelompok pelaku belum dikonfirmasi. Namun, otoritas menduga pelaku adalah kelompok separatis Xinjiang. Beijing sering menuduh kelompok yang diduga ingin mendirikan negara Islam di wilayah barat Tiongkok itu sebagai biang keladi sejumlah aksi terorisme. Di sana terdapat banyak etnis Uighur (baca: Wigur) yang mayoritas muslim.

Dulu Uighur adalah kelompok mayoritas di Xinjiang. Namun, sekarang jumlahnya hanya 45 persen. Banyak etnis muslim Uighur yang tinggal di Xinjiang yang mengalami tekanan di bawah undang-undang Tiongkok. Terutama untuk urusan beribadah. Sebagian kecil di antara mereka pun menggunakan kekerasan untuk menyuarakan ketidakpuasan.

Kepolisian di Kunming kemarin (2/3) pun langsung mengisolasi sebuah komunitas kecil etnis Uighur yang berada di kota tersebut. Aparat memeriksa puluhan orang di antara mereka untuk mencari informasi terkait dengan penyerangan tersebut.

“Bagaimana kami bisa mengenali mereka?” ujar seorang pria Uighur yang hanya menyebutkan nama panggilannya Akpar. “Kami tidak bisa memastikan pelakunya adalah dari etnis Uighur karena mereka semua mengenakan pakaian hitam. Kami juga mengutuk serangan itu,” imbuhnya.

Penduduk Kunming tak bisa menyembunyikan rasa kekecewaannya karena insiden mengerikan tersebut terjadi. Mereka juga menyalahkan sebuah kondisi di Tiongkok yang memberikan peluang kejadian serupa terulang.

Seorang karyawan restoran Xuw Yulong menyebut para penyerang lebih kejam daripada binatang. Namun, dia juga menyatakan simpatinya kepada etnis Uighur. Menurut dia, wilayah Xinjiang menjadi target operasi keamanan besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir di bawah pemerintahan Presiden Xi Jingping. “Ini akibat sebuah tekanan. Beijing terlalu menekan mereka (Uighur) sejak Xi Jinping berkuasa,” paparnya. (BBC/AP/cak/c10/tia)

Korban pembantaian di Stasiun Kumning.
Korban pembantaian di Stasiun Kumning.

KUNMING, SUMUTPOS.CO – Tragedi berdarah terjadi di Kota Kunming, Provinsi Yunnan, Tiongkok, Sabtu malam (1/3). Sekelompok orang berbaju serbahitam tiba-tiba berlarian masuk stasiun kereta api (KA) pusat dan menusuk siapa pun yang mereka temui dengan membabi buta. Sebanyak 29 orang tewas dan 143 lainnya terluka.

Otoritas setempat menyatakan bahwa kejadian tersebut sangat rapi dan terencana. Begitu matangnya perencanaan para pelaku, sampai-sampai mereka tidak membutuhkan waktu lama untuk melukai dan membunuh korban. Hanya 12 menit! “Dari gaya mereka, pelaku sangat terlatih. Mereka dengan mudah melumpuhkan penjaga dan menyerang masyarakat,” ujar seorang saksi.

Saksi yang selamat mengatakan, mereka yang tidak bisa berlari kencang langsung menjadi korban sabetan pisau pelaku. Yang Haifei, seorang korban selamat, mengatakan bahwa dirinya sedang mengantre tiket ketika penyerang masuk stasiun. “Saya lihat seseorang datang ke arah saya dengan pisau panjang. Saya pun langsung lari kencang dengan yang lainnya,” ujar Haifei yang terluka di leher dan punggung.

Polisi pun saat ini masih mengejar pelaku yang jumlahnya diperkirakan sepuluh orang. Empat di antara para pelaku dapat ditembak mati dan seorang pelaku perempuan ditangkap hidup-hidup dan masih dirawat di rumah sakit karena luka. “Upaya sangat maksimal harus dilakukan untuk menyelamatkan para korban luka. Menghukum para teroris sesuai dengan hukum yang berlaku dan mencegah terulangnya insiden serupa,” ujar Kepala Kepolisian Nasional yang juga Anggota Politbiro Partai Komunis Meng Jianzhu. Dia tiba di lokasi kejadian kemarin pagi.

Presiden Tiongkok Xi Jinping pun langsung menyatakan belasungkawa atas kejadian tersebut. Xi meminta seluruh pihak bekerja keras menginvestigasi serangan tersebut. “Hukuman berat akan diberlakukan kepada teroris dan kami akan mengejar mereka yang melakukan kejahatan tersebut,” ujar Xi.

Identitas kelompok pelaku belum dikonfirmasi. Namun, otoritas menduga pelaku adalah kelompok separatis Xinjiang. Beijing sering menuduh kelompok yang diduga ingin mendirikan negara Islam di wilayah barat Tiongkok itu sebagai biang keladi sejumlah aksi terorisme. Di sana terdapat banyak etnis Uighur (baca: Wigur) yang mayoritas muslim.

Dulu Uighur adalah kelompok mayoritas di Xinjiang. Namun, sekarang jumlahnya hanya 45 persen. Banyak etnis muslim Uighur yang tinggal di Xinjiang yang mengalami tekanan di bawah undang-undang Tiongkok. Terutama untuk urusan beribadah. Sebagian kecil di antara mereka pun menggunakan kekerasan untuk menyuarakan ketidakpuasan.

Kepolisian di Kunming kemarin (2/3) pun langsung mengisolasi sebuah komunitas kecil etnis Uighur yang berada di kota tersebut. Aparat memeriksa puluhan orang di antara mereka untuk mencari informasi terkait dengan penyerangan tersebut.

“Bagaimana kami bisa mengenali mereka?” ujar seorang pria Uighur yang hanya menyebutkan nama panggilannya Akpar. “Kami tidak bisa memastikan pelakunya adalah dari etnis Uighur karena mereka semua mengenakan pakaian hitam. Kami juga mengutuk serangan itu,” imbuhnya.

Penduduk Kunming tak bisa menyembunyikan rasa kekecewaannya karena insiden mengerikan tersebut terjadi. Mereka juga menyalahkan sebuah kondisi di Tiongkok yang memberikan peluang kejadian serupa terulang.

Seorang karyawan restoran Xuw Yulong menyebut para penyerang lebih kejam daripada binatang. Namun, dia juga menyatakan simpatinya kepada etnis Uighur. Menurut dia, wilayah Xinjiang menjadi target operasi keamanan besar-besaran dalam beberapa bulan terakhir di bawah pemerintahan Presiden Xi Jingping. “Ini akibat sebuah tekanan. Beijing terlalu menekan mereka (Uighur) sejak Xi Jinping berkuasa,” paparnya. (BBC/AP/cak/c10/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/