32 C
Medan
Wednesday, June 26, 2024

Stewart jadi Sarjana di Usia 97 Tahun

SYDNEY – Semangat Allan Stewart dalam menuntut ilmu patut diacungi jempol. Meski usianya sudah 97 tahun, pria yang berprofesi sebagai dokter gigi itu masih sempat menuntaskan studi masternya di bidang ilmu pengetahuan klinis. Kemarin (4/5) kakek 12 cucu dan 6 cicit itu menjadi sarjana tertua di dunia.

“Saya rasa, setelah ini saya bisa menggantung topi dan jubah akademis ini,” kata lelaki kelahiran 7 Maret 1915 tersebut. Predikat sarjana tertua kemarin merupakan gelar kedua yang dia raih dari Guinness World Records. Pada 2006 Stewart tercatat sebagai sarjana tertua setelah menuntaskan studinya di bidang hukum di University of New England. Saat itu usianya masih sekitar 91 tahun.

Sekitar enam tahun lalu, setelah dikukuhkan sebagai sarjana hukum, Stewart juga bertekad menggantungkan toganya sebagai kenang-kenangan. “Tapi, saya kemudian merasa bosan dan kembali ke bangku kuliah,” papar penduduk Port Stephens, sekitar 160 kilometer di sebelah timur laut Kota Sydney, tersebut. Dia lantas melanjutkan studi pascasarjana di Southern Cross University.

Stewart butuh waktu tiga tahun untuk memutuskan kelanjutan studinya. Setelah menjadi sarjana tertua pada 2006, dia baru terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana pada 2009. Sebenarnya, sebelum aktif menuntut ilmu di usia senja, bapak enam anak itu juga sudah mengantongi dua predikat sarjana pada era 1930-an. Yakni, sarjana kedokteran gigi dan ilmu spesialis bedah mulut.

“Saya punya banyak waktu luang akhir-akhir ini dan saya ingin tetap aktif secara mental,” papar Stewart yang total sudah menyandang dua predikat sarjana dan dua predikat pascasarjana tersebut. Bagi dokter gigi (spesialis bedah mulut) yang praktik di Australia dan Inggris itu, menuntut ilmu di usia tua tidak gampang. Tapi, dia menganggap semua itu sebagai tantangan yang harus ditaklukkan.

“Mendekati usia 90 tahun, saya sadar bahwa waktulah yang menjadi penentu segalanya. Karena itu, saya harus bergegas jika tidak ingin gagal,” ungkap dia. Karena itu, Stewart tak menyia-nyiakan waktu yang dia miliki. Salah satu caranya adalah mengikuti perkuliahan tambahan dan semester pendek. Hasilnya, dia bisa menuntaskan studi ilmu hukum yang seharusnya enam tahun menjadi hanya 4,5 tahun.

Setelah berhasil meraih gelar sarjana hukum dari University of New England, Stewart justru ketagihan. (ami/jpnn)

SYDNEY – Semangat Allan Stewart dalam menuntut ilmu patut diacungi jempol. Meski usianya sudah 97 tahun, pria yang berprofesi sebagai dokter gigi itu masih sempat menuntaskan studi masternya di bidang ilmu pengetahuan klinis. Kemarin (4/5) kakek 12 cucu dan 6 cicit itu menjadi sarjana tertua di dunia.

“Saya rasa, setelah ini saya bisa menggantung topi dan jubah akademis ini,” kata lelaki kelahiran 7 Maret 1915 tersebut. Predikat sarjana tertua kemarin merupakan gelar kedua yang dia raih dari Guinness World Records. Pada 2006 Stewart tercatat sebagai sarjana tertua setelah menuntaskan studinya di bidang hukum di University of New England. Saat itu usianya masih sekitar 91 tahun.

Sekitar enam tahun lalu, setelah dikukuhkan sebagai sarjana hukum, Stewart juga bertekad menggantungkan toganya sebagai kenang-kenangan. “Tapi, saya kemudian merasa bosan dan kembali ke bangku kuliah,” papar penduduk Port Stephens, sekitar 160 kilometer di sebelah timur laut Kota Sydney, tersebut. Dia lantas melanjutkan studi pascasarjana di Southern Cross University.

Stewart butuh waktu tiga tahun untuk memutuskan kelanjutan studinya. Setelah menjadi sarjana tertua pada 2006, dia baru terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana pada 2009. Sebenarnya, sebelum aktif menuntut ilmu di usia senja, bapak enam anak itu juga sudah mengantongi dua predikat sarjana pada era 1930-an. Yakni, sarjana kedokteran gigi dan ilmu spesialis bedah mulut.

“Saya punya banyak waktu luang akhir-akhir ini dan saya ingin tetap aktif secara mental,” papar Stewart yang total sudah menyandang dua predikat sarjana dan dua predikat pascasarjana tersebut. Bagi dokter gigi (spesialis bedah mulut) yang praktik di Australia dan Inggris itu, menuntut ilmu di usia tua tidak gampang. Tapi, dia menganggap semua itu sebagai tantangan yang harus ditaklukkan.

“Mendekati usia 90 tahun, saya sadar bahwa waktulah yang menjadi penentu segalanya. Karena itu, saya harus bergegas jika tidak ingin gagal,” ungkap dia. Karena itu, Stewart tak menyia-nyiakan waktu yang dia miliki. Salah satu caranya adalah mengikuti perkuliahan tambahan dan semester pendek. Hasilnya, dia bisa menuntaskan studi ilmu hukum yang seharusnya enam tahun menjadi hanya 4,5 tahun.

Setelah berhasil meraih gelar sarjana hukum dari University of New England, Stewart justru ketagihan. (ami/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/