SEOUL- Korea Utara (Korut) melancarkan “aksi militer pembalasan” terhadap Korea Selatan (Korsel), Jumat (3/6). Ini dipicu karena Korsel mengaku militernya telah menggunakan foto-foto Kim Jong Il sekeluarga sebagai target latihan tembak.
Mulai sekarang, Utara akan melancarkan aksi militer yang lebih praktis dan menyeluruh untuk menghapus kelompok pengkhianat itu dalam satu sapuan.
Pernyataan keras Korut itu ditujukan pada pemerintah konservatif Korsel di bawah kepemimpinan Presiden Lee Myung-bak. Sikap Lee dikenal lebih keras ketimbang pemerintah pendahulunya.
Pyongyang memandang “tidak ada gunanya duduk berhadapan dengan kelompok pengkhianat Lee” dan meyakini bahwa satu-satunya cara untuk menyelesaikan perbedaan dengan Seoul adalah “dengan kekuatan senjata”. Pernyataan itu dilontarkan juru bicara angkatan bersenjata Korut. “Mulai sekarang, Utara akan melancarkan aksi militer yang lebih praktis dan menyeluruh untuk menghapus kelompok pengkhianat itu dalam satu sapuan,” demikian pernyataan itu.
Sejak berkuasa, Lee sering menjadi sasaran kecaman Korut. Lee juga menghentikan bantuan tanpa syarat pada Korut dan mengaitkan bantuan Korsel dengan upaya pelucutan proyek nuklir Korut. Pyongyang menyebut Lee sebagai pengkhianat reunifikasi Korea.
Ancaman paling gres Utara itu tampaknya terkait penggunaan foto Kim Jong Il, ayahnya Kim Il Sung, dan putra mahkotanya Kim Jong Un sebagai target latihan menembak unit-unit militer Korsel. Penggunaan target seperti itu dimulai setelah serangan artileri Korut ke pulau perbatasan November 2010. Pekan lalu, Departemen Pertahanan Korsel memerintahkan militer kembali menggunakan papan target standar.
Keluarga Kim dikultuskan di Korut. Foto-foto mereka harus dihormati dan dilindungi. Dalam kondisi darurat, foto Kim Jong Il dan Kim Il Sung harus diselamatkan lebih dulu. Meskipun sudah meninggal, Kim Il Sung telah menjadi “presiden abadi” negara komunis itu.
Korsel tidak berkomentar soal pernyataan Korut. Justru Amerika Serikat (AS) yang bereaksi. “Kami mengharapkan Korea Utara meletakkan hubungannya dengan Korea Selatan pada jalur yang lebih positif. Namun hal itu sepertinya tidak terjadi,” kata Mark Toner, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, di Washington.(net/jpnn)