JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kondisi di Timur Tengah semakin chaos. Eskalasi kekerasan kian meningkat usai agresi militer Israel di Gaza. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI pun kini terus siaga memantau kondisi para WNI di daerah-daerah konflik tersebut.
Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kemenlu Judha Nugraha menuturkan, pihaknya terus melakukan monitoring kondisi di Timur Tengah sebagai langkah antisipasi apabila terjadi peningkatan eskalasi yang membahayakan WNI. Terlebih, jumlah WNI yang berada di wilayah rawan konflik cukup besar.
Judha merinci, sebanyak 222 orang WNI berada di Lebanon. Kemudian, 2 orang di Gaza dan 4.866 orang berada di Yaman. “Bermacam upaya telah kita lakukan. Komunikasi dengan para WNI hingga update rencana kontinjensi untuk antisipasi jika diperlukan evakuasi terus kita lakukan,” ujarnya, kemarin (6/2).
Untuk wilayah Lebanon Selatan, lanjut dia, KBRI Beirut telah menetapkan wilayah ini kini berstatus Siaga 1. Seperti diketahui, wilayah ini kian memanas setelah dijadikan lokasi pertempuran antara Hizbullah dan Israel. Sementara, wilayah Beirut dan sekitarnya berstatus siaga 2.
Proses evakuasi pun sempat dilakukan pada 49 WNI yang tinggal di Lebanon Selatan beberapa waktu lalu. Mereka direlokasi ke shelter yang ada di KBRI Beirut. “Tapi, ketika situasi membaik, mereka kembali ke Lebanon Selatan sesuai keinginan. Situasinya memang naik turun di sana,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk wilayah Yaman dari 4.866 WNI, Judha menyampaikan, bahwa 47 orang diantaranya tinggal di wilayah-wilayah rawan yang dikuasai oleh Houthi, yang menjadi sasaran juga serangan dari negara yang lain, utamanya yang ada di Sana’a, dan di Hudaida. Menurutnya, setelah dilakukan komunikasi dan pemantauan, mereka dipastikan dalam kondisi baik.
Selain itu, ia turut menyinggung kondisi dua WNI yang masih berada di Gaza Selatan. Hingga saat ini, dia menegaskan, bahwa Kemenlu masih terus memantau kondisi dan pergerakan kedua WNI tersebut.
Seperti diketahui, kedua relawan MER-C tersebut memilih untuk tetap tinggal Gaza ketika proses evakuasi 10 WNI dilakukan secara bertahap mulai 7 Oktober 2023 lalu. “Mereka dalam kondisi baik dan terus kami monitor,” tuturnya.
Meski begitu, diakuinya, kondisi di sana kian memprihatinkan. Logistik semakin terbatas. Di saat yang bersamaan, suhu musim dingin juga sangat-sangat rendah sekitar 5 derajat Celcius. Kedua WNI tersebut pun sempat sakit demam, namun saat ini sudah dalam masa pemulihan. “Kita terus lakukan monitoring untuk memastikan mereka tetap dalam kondisi yang baik,” pungkasnya. (mia/jpg/ila)