25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Panama Papers Kejahatan Abad Ini

Grafis Panama Papers-Jawa Pos
Grafis Panama Papers-Jawa Pos

FAJAR belum menyingsing pada Sabtu 26 November 1983, enam perampok menyelinap masuk gudang Brink’s-Mat di Bandara Heathrow, London. Keenam bandit mengikat satpam-satpam gudang, menyirami tubuh mereka dengan bensin, lalu menyalakan korek api untuk kemudian mengancam membakar para satpam jika mereka tidak mau membukakan pintu gudang.

Di dalam gudang itu, para perampok mendapati sekitar 7.000 batang emas, berlian, dan uang tunai.

“Terima kasih banyak atas bantuan kalian. Selamat Natal,” kata salah seorang perampok kepada para satpam yang sudah dilumpuhkan itu sebelum mereka kabur entah ke mana.

Media massa Inggris menjuluki perampokan itu sebagai ‘Kejahatan Terbesar Abad Ini’.

Sebagian besar harta curian para perampok itu tidak pernah ditemukan hingga kini. Kisah mereka menjadi misteri dan menginspirasi para generasi muda dunia hitam di Inggris.

Namun kini, dokumen-dokumen milik firma hukum Panama Mossack Fonseca yang bocor dan dengan masif menyebar ke seluruh dunia untuk sekaligus mengguncang dunia, telah mengungkapkan salah satu misteri dalam dunia kriminal itu.

Dari dokumen bocor yang kemudian disebut dengan “Panama Papers” itu, terungkap bahwa pendiri firma hukum itu, Jurgen Mossack, mungkin telah membantu para perampok Brink’s-Mat dalam menyembunyikan jejak harta rampokannya dari endusan pihak berwajib dengan melindungi mereka. Caranya, membuatkan sebuah perusahaan yang ada kaitannya dengan Gordon Parry, dealer mobil di London yang mencuci uang hasil curian para perampok Brink’s-Mat.

16 bulan setelah perampokan itu, berdasarkan bocoran dokumen ‘Panama Papers’, Mossack Fonseca mendirikan sebuah perusahaan abal-abal di Panama bernama Feberion Inc.

Jurgen Mossack adalah salah satu dari tiga calon direksi perusahaan gadungan ini. Langkah ini biasa dilakukan untuk menunjukkan bahwa perusahaan itu ada yang mengendalikan, namun sebenarnya tidak memiliki kekuasaan apa-apa, hanya di atas kertas belaka.

Sebuah memo internal yang ditulis Mossack menunjukkan bahwa pada 1986 dia khawatir perusahaan abal-abal ini “terlibat dalam manajemen uang hasil perampokan Brink’s-Mat di London yang terkenal itu. Perusahaan ini sendiri tidak pernah digunakan secara ilegal, namun bisa saja uang yang diinvestasikan perusahaan ini melalui rekening-rekening bank dan properti-properti berasal dari sumber-sumber yang tidak sah.”

Catatan Mossack Fonseca dari 1987 menegaskan bahwa Parry berada di belakang Feberion. Tetapi catatan firma hukum itu juga menunjukkan, ketimbang memberi akses kepada pihak berwajib ke asset-asset milik Feberion, firma hukum Panama itu malah mencegah polisi Inggris masuk menyelidikinya. Tujuannya, agar Fonseca sendiri mengendalikan sepenuhnya perusahaan abal-abal itu.

Dokumen bocor ‘Panama Papers’ itu kemudian menyingkapkan bahwa setelah polisi mendapatkan dua sertifikat kepemilikan perusahaan abal-abal itu, Mossack Fonseca mendesak Feberion untuk melepaskan 98 saham baru sehingga secara efektif menjauhkan perusahaan abal-abal ini dari sentuhan hukum.

Tetapi itu tidak berlangsung lama karena pada 1995 atau tiga tahun setelah Parry dipenjarakan atas perannya dalam perampokan emas di Inggris, Mossack Fonseca mengakhiri hubungan bisnisnya dengan Feberion.

Mengenai cerita ini, juru bicara Mossack Fonseca membantah tudingan firma hukumnya itu telah melindungi perampokan Brink’s-Mat. Sang juru bicara berkata bahwa Jurgen Mossack tidak pernah berurusan dengan Parry dan tidak pernah dihubungi polisi perihal kasus kriminal itu.

Namun pembelaan Mossack Fonseca itu hanya menunjukkan seberapa jauh perusahaan-perusahaan offshore atau perusahaan-perusahaan yang didirikan di luar negeri (yang di antaranya untuk menghindari pajak di dalam negeri dan atau untuk menyembunyikan hasil kejahatan) dalam melindungi kepentingan konsumennya.

Sistem perusahaan offshore menggantungkan diri kepada bentangan luas tingkat global industri perbankan, pengacara, dan akuntan. Dan semua ini bekerja beriringan demi melindungi rahasia klien-klien mereka.

Para ahli kerahasiaan ini menggunakan perusahaan-perusahaan tak dikenal, yayasan dan entitas hukum lainnya untuk menciptakan struktur rumit yang bisa digunakan untuk mengaburkan asal dari uang-uang panas, demikian laman ICIJ. (bbs/val)

Grafis Panama Papers-Jawa Pos
Grafis Panama Papers-Jawa Pos

FAJAR belum menyingsing pada Sabtu 26 November 1983, enam perampok menyelinap masuk gudang Brink’s-Mat di Bandara Heathrow, London. Keenam bandit mengikat satpam-satpam gudang, menyirami tubuh mereka dengan bensin, lalu menyalakan korek api untuk kemudian mengancam membakar para satpam jika mereka tidak mau membukakan pintu gudang.

Di dalam gudang itu, para perampok mendapati sekitar 7.000 batang emas, berlian, dan uang tunai.

“Terima kasih banyak atas bantuan kalian. Selamat Natal,” kata salah seorang perampok kepada para satpam yang sudah dilumpuhkan itu sebelum mereka kabur entah ke mana.

Media massa Inggris menjuluki perampokan itu sebagai ‘Kejahatan Terbesar Abad Ini’.

Sebagian besar harta curian para perampok itu tidak pernah ditemukan hingga kini. Kisah mereka menjadi misteri dan menginspirasi para generasi muda dunia hitam di Inggris.

Namun kini, dokumen-dokumen milik firma hukum Panama Mossack Fonseca yang bocor dan dengan masif menyebar ke seluruh dunia untuk sekaligus mengguncang dunia, telah mengungkapkan salah satu misteri dalam dunia kriminal itu.

Dari dokumen bocor yang kemudian disebut dengan “Panama Papers” itu, terungkap bahwa pendiri firma hukum itu, Jurgen Mossack, mungkin telah membantu para perampok Brink’s-Mat dalam menyembunyikan jejak harta rampokannya dari endusan pihak berwajib dengan melindungi mereka. Caranya, membuatkan sebuah perusahaan yang ada kaitannya dengan Gordon Parry, dealer mobil di London yang mencuci uang hasil curian para perampok Brink’s-Mat.

16 bulan setelah perampokan itu, berdasarkan bocoran dokumen ‘Panama Papers’, Mossack Fonseca mendirikan sebuah perusahaan abal-abal di Panama bernama Feberion Inc.

Jurgen Mossack adalah salah satu dari tiga calon direksi perusahaan gadungan ini. Langkah ini biasa dilakukan untuk menunjukkan bahwa perusahaan itu ada yang mengendalikan, namun sebenarnya tidak memiliki kekuasaan apa-apa, hanya di atas kertas belaka.

Sebuah memo internal yang ditulis Mossack menunjukkan bahwa pada 1986 dia khawatir perusahaan abal-abal ini “terlibat dalam manajemen uang hasil perampokan Brink’s-Mat di London yang terkenal itu. Perusahaan ini sendiri tidak pernah digunakan secara ilegal, namun bisa saja uang yang diinvestasikan perusahaan ini melalui rekening-rekening bank dan properti-properti berasal dari sumber-sumber yang tidak sah.”

Catatan Mossack Fonseca dari 1987 menegaskan bahwa Parry berada di belakang Feberion. Tetapi catatan firma hukum itu juga menunjukkan, ketimbang memberi akses kepada pihak berwajib ke asset-asset milik Feberion, firma hukum Panama itu malah mencegah polisi Inggris masuk menyelidikinya. Tujuannya, agar Fonseca sendiri mengendalikan sepenuhnya perusahaan abal-abal itu.

Dokumen bocor ‘Panama Papers’ itu kemudian menyingkapkan bahwa setelah polisi mendapatkan dua sertifikat kepemilikan perusahaan abal-abal itu, Mossack Fonseca mendesak Feberion untuk melepaskan 98 saham baru sehingga secara efektif menjauhkan perusahaan abal-abal ini dari sentuhan hukum.

Tetapi itu tidak berlangsung lama karena pada 1995 atau tiga tahun setelah Parry dipenjarakan atas perannya dalam perampokan emas di Inggris, Mossack Fonseca mengakhiri hubungan bisnisnya dengan Feberion.

Mengenai cerita ini, juru bicara Mossack Fonseca membantah tudingan firma hukumnya itu telah melindungi perampokan Brink’s-Mat. Sang juru bicara berkata bahwa Jurgen Mossack tidak pernah berurusan dengan Parry dan tidak pernah dihubungi polisi perihal kasus kriminal itu.

Namun pembelaan Mossack Fonseca itu hanya menunjukkan seberapa jauh perusahaan-perusahaan offshore atau perusahaan-perusahaan yang didirikan di luar negeri (yang di antaranya untuk menghindari pajak di dalam negeri dan atau untuk menyembunyikan hasil kejahatan) dalam melindungi kepentingan konsumennya.

Sistem perusahaan offshore menggantungkan diri kepada bentangan luas tingkat global industri perbankan, pengacara, dan akuntan. Dan semua ini bekerja beriringan demi melindungi rahasia klien-klien mereka.

Para ahli kerahasiaan ini menggunakan perusahaan-perusahaan tak dikenal, yayasan dan entitas hukum lainnya untuk menciptakan struktur rumit yang bisa digunakan untuk mengaburkan asal dari uang-uang panas, demikian laman ICIJ. (bbs/val)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/