NEW YORK, SUMUTPOS.CO – Hanya beberapa hari setelah uji coba nuklirnya yang terakhir, Korea Utara mengeluarkan ancaman lagi. Duta Besar Korut di PBB Han Tae Song mengindikasikan bahwa negaranya mungkin akan melakukan uji coba baru.
“AS akan menerima lebih banyak paket hadiah dari negara saya selama tetap mengandalkan kepada provokasi sembrono dan upaya sia-sia untuk menekan Republik Demokrasi Rakyat Korea,” tandas Song.
AS dan sekutu-sekutunya mendorong Dewan Keamanan PBB untuk memperketat sanksi terhadap Korea Utara, menyusul uji coba nuklir keenamnya.
Duta Besar Nikki Haley memperingatkan, tekanan ekonomi adalah pilihan paling efektif.
“Apakah kita pikir sanksi lebih banyak akan berhasil menekan Korea Utara? Belum tentu, tetapi apa pengaruhnya? Sanksi akan mengurangi pendapatan yang memungkinkan mereka mengembangkan rudal balistik,” kata Haley.
Tidak semua orang setuju, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menyebut bahwa pemberlakuan lebih banyak sanksi “tidak berguna”. Tiongkok juga tampak skeptis, bahkan mengingatkan kedua belah pihak agar menghindari eskalasi.
Tetapi Donald Trump tidak mundur. Dalam cuitannya ia mengizinkan Jepang dan Korea Selatan membeli peralatan militer tambahan.
Namun, mungkin tidak semudah itu, kata James Schoff dari Carnegie Endowment for International Peace seraya memperingatkan kebijakan Trump itu.
“Ini bukan semata-mata seruan Presiden apakah senjata-senjata ini bisa dijual. Ini bergantung pada apakah Jepang dan Korea Selatan mempunyai anggarannya untuk membeli sistem itu, apakah mereka menilai perlu, bagaimana mereka memprioritaskannya, Kongres juga masih harus menyetujui dalam banyak kasus dan memberikan pengecualian agar jenis teknologi tertentu bisa dijual,” ujar Schoff.
Trump juga memperingatkan bahwa dia mungkin memberlakukan pembatasan perdagangan terhadap negara-negara yang melakukan bisnis dengan Korea Utara. (voa)