23.9 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

NATO Bombardir Markas Intelijen Libya

TRIPOLI- Pesawat tempur pakta pertahanan Atlantik (NATO) terus melakukan serangan udara kepada Libya. Serangan kali ini menargetkan markas besar intelijen militer rezim Muammar Kadhafi.

Serangan udara dengan menggunakan pesawat tempur Tornado dan Typhoon milik Angkatan Udara Kerajaan Inggris meng gempur markas besar intelijen militer di Tripoli, ibukota Libya. Namun tidak disebutkan seberapa jauh kerusakan akibat serangan itu maupun ada tidaknya korban.

Tapi, menurut pejabat Kementerian Informasi Libya, pesawat-pesawat tempur NATO membombardir kantor-kantor siaran pemerintah. Namun, pihak NATO mebantah adanya serangan itu.
“Kami tidak menargetkan atau menyerang fasilitas penyiaran Libya,” kata juru bicara misi NATO, Mike Bracken seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (7/6).

Dia mengakui, serangan yang menjadi target yakni markas besar intelijen militer di pusat kota Tripoli. Serangan itulah yang sebenarnya dilakukan untuk melumpuhkan pasukan Kadhafi. Meski Libya terus digempur pesawat-pesawat NATO dan berjatuhan korban jiwa, namun Khadafi bersikeras tak akan mundur. Khadafi bertekad tak akan pernah meninggalkan Libya.

Sementara itu, lembaga Hak Azasi Manusia (HAM) internasional menyebutkan oposisi Libya menahan puluhan warga sipil pendukung Muammar Khadafi. Satu orang tewas akibat disiksa saat penahanan itu.
“Para tahanan berhak mendapatkan haknya, yang paling dikhawatirkan adalah bila mereka tidak diperlakukan dengan layak dan perlakuan tersebut akan menjadi kebiasaan yang membudaya,” ujar seorang peneliti, Sidney Kwiram.

Sejak berlangsungnya demonstrasi yang mengalami eskalasi di pertengahan Februari, oposisi Libya berhasil merebut wilayah dan membentuk pemerintahan di Benghazi. Oposisi juga merebut kota kecil yaitu Misrata.
Pada 28 Mei lalu, oposisi menahan sekira 330 orang. Pihak oposisi tidak menjelaskan berapa banyak warga sipil yang mereka tahan karena bila mereka melihat simpatisan Khadafi, mereka menganggapnya sebagai musuh. Di Benghazi, sekira 118 tahanan adalah warga sipil. (bbs/jpnn)

TRIPOLI- Pesawat tempur pakta pertahanan Atlantik (NATO) terus melakukan serangan udara kepada Libya. Serangan kali ini menargetkan markas besar intelijen militer rezim Muammar Kadhafi.

Serangan udara dengan menggunakan pesawat tempur Tornado dan Typhoon milik Angkatan Udara Kerajaan Inggris meng gempur markas besar intelijen militer di Tripoli, ibukota Libya. Namun tidak disebutkan seberapa jauh kerusakan akibat serangan itu maupun ada tidaknya korban.

Tapi, menurut pejabat Kementerian Informasi Libya, pesawat-pesawat tempur NATO membombardir kantor-kantor siaran pemerintah. Namun, pihak NATO mebantah adanya serangan itu.
“Kami tidak menargetkan atau menyerang fasilitas penyiaran Libya,” kata juru bicara misi NATO, Mike Bracken seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (7/6).

Dia mengakui, serangan yang menjadi target yakni markas besar intelijen militer di pusat kota Tripoli. Serangan itulah yang sebenarnya dilakukan untuk melumpuhkan pasukan Kadhafi. Meski Libya terus digempur pesawat-pesawat NATO dan berjatuhan korban jiwa, namun Khadafi bersikeras tak akan mundur. Khadafi bertekad tak akan pernah meninggalkan Libya.

Sementara itu, lembaga Hak Azasi Manusia (HAM) internasional menyebutkan oposisi Libya menahan puluhan warga sipil pendukung Muammar Khadafi. Satu orang tewas akibat disiksa saat penahanan itu.
“Para tahanan berhak mendapatkan haknya, yang paling dikhawatirkan adalah bila mereka tidak diperlakukan dengan layak dan perlakuan tersebut akan menjadi kebiasaan yang membudaya,” ujar seorang peneliti, Sidney Kwiram.

Sejak berlangsungnya demonstrasi yang mengalami eskalasi di pertengahan Februari, oposisi Libya berhasil merebut wilayah dan membentuk pemerintahan di Benghazi. Oposisi juga merebut kota kecil yaitu Misrata.
Pada 28 Mei lalu, oposisi menahan sekira 330 orang. Pihak oposisi tidak menjelaskan berapa banyak warga sipil yang mereka tahan karena bila mereka melihat simpatisan Khadafi, mereka menganggapnya sebagai musuh. Di Benghazi, sekira 118 tahanan adalah warga sipil. (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/