30 C
Medan
Saturday, December 7, 2024
spot_img

Assad Bantah Bantai Warganya

Diwawancarai Ekslusif ABC News

DAMASKUS– Presiden Syria Bashar al-Assad akhirnya angkat suara. Dalam wawancara dengan jaringan televisi Amerika Serikat (AS) ABC News yang dirilis kemarin (7/12), penguasa 46 tahun itu menyatakan siap mundur dari kursi kekuasaannya. Syaratnya, dia tidak lagi mendapatkan dukungan dari rakyat Syria.

’’Jika saya rasa dukungan rakyat terus menurun, saya tak akan berada di sini lagi. Seruan mundur  itu bisa katakan atau sampaikan langsung. Saya tak mungkin bertahan tanpa dukungan rakyat,’’ ujarnya saat wawancara eksklusif dengan reporter senior ABC News Barbara Walters. Dia mengatakan jabatan presiden yang diwarisi mendiang ayahnya Hafez al-Assad, tak akan dipangku selamanya.

Pernyataan Assad soal kesiapannya mundur itu tentu saja hanya sebatas retorika. Faktanya, meski pawai mendukung Assad belakangan gencar berlangsung di Damaskus, unjuk rasa menuntut agar dia mundur dari kursi kekuasaan telah meletus di beberapa kota di Syria sejak akhir Januari lalu.

Dalam kesempatan itu, Assad juga membantah seluruh tudingan yang diarahkan kepadanya terkait pembantaian dan pembunuhan rakyat Syria selama revolusi sipil. Sejak bentrok meletus antara pasukan keamanan dan gerakan anti-pemerintah pada Maret lalu, sedikitnya 4.600 nyawa telah melayang di Syria. Komisi HAM PBB dan beberapa lembaga internasional pun mendesak Assad dan rezimnya bertanggung jawab.

’’Hanya orang gila yang membunuh dan menganiaya bangsanya sendiri,’’ kilah Assad untuk menepis tudingan tersebut. Menurut dia, kematian 4.600 orang itu bukanlah tanggung jawab dirinya. Bahkan, dia mengaku tak pernah memerintahkan pembunuhan atau pembantaian terhadap warganya. Termasuk, represi yang dilakukan militer pada oposisi dan sejumlah tentara yang membelot.

Kepada Walters, Assad menegaskan bahwa kerusuhan berdarah yang masih berlangsung di Syria bukan tanggung jawab dirinya sepenuhnya. Dalam wawancara yang langka dengan media asing tersebut, Assad menyebut rezimnya tak bersalah. ’’Saya tidak pernah memerintahkan pembunuhan atau menyuruh militer bertindak brutal,’’ tegasnya.
Menurut dia, konflik di Syria justru muncul karena ulah individu-individu tertentu. Dia melimpahkan tanggung jawab ke setiap individu yang terlibat dalam konflik berdarah di Syria, baik dari kelompok pro maupun anti-pemerintah.
Dia menyebut, korban tewas dari kelompok demonstran pendukung pemerintah juga tidak kalah banyak. ’’Bahkan, jumlah korban tewas dari kelompok pro-pemerintah jauh lebih banyak,’’ katanya.

Konflik yang mewarnai krisis politik di Syria telah menelan korban sedikitnya 1.100 personel militer dan polisi. Tapi, dia membantah anak anak menjadi korban jiwa dalam konflik di Syria tersebut. “Data PBB itu tak benar,” tegasnya.  (afp/ap/hep/dwi/jpnn)

Diwawancarai Ekslusif ABC News

DAMASKUS– Presiden Syria Bashar al-Assad akhirnya angkat suara. Dalam wawancara dengan jaringan televisi Amerika Serikat (AS) ABC News yang dirilis kemarin (7/12), penguasa 46 tahun itu menyatakan siap mundur dari kursi kekuasaannya. Syaratnya, dia tidak lagi mendapatkan dukungan dari rakyat Syria.

’’Jika saya rasa dukungan rakyat terus menurun, saya tak akan berada di sini lagi. Seruan mundur  itu bisa katakan atau sampaikan langsung. Saya tak mungkin bertahan tanpa dukungan rakyat,’’ ujarnya saat wawancara eksklusif dengan reporter senior ABC News Barbara Walters. Dia mengatakan jabatan presiden yang diwarisi mendiang ayahnya Hafez al-Assad, tak akan dipangku selamanya.

Pernyataan Assad soal kesiapannya mundur itu tentu saja hanya sebatas retorika. Faktanya, meski pawai mendukung Assad belakangan gencar berlangsung di Damaskus, unjuk rasa menuntut agar dia mundur dari kursi kekuasaan telah meletus di beberapa kota di Syria sejak akhir Januari lalu.

Dalam kesempatan itu, Assad juga membantah seluruh tudingan yang diarahkan kepadanya terkait pembantaian dan pembunuhan rakyat Syria selama revolusi sipil. Sejak bentrok meletus antara pasukan keamanan dan gerakan anti-pemerintah pada Maret lalu, sedikitnya 4.600 nyawa telah melayang di Syria. Komisi HAM PBB dan beberapa lembaga internasional pun mendesak Assad dan rezimnya bertanggung jawab.

’’Hanya orang gila yang membunuh dan menganiaya bangsanya sendiri,’’ kilah Assad untuk menepis tudingan tersebut. Menurut dia, kematian 4.600 orang itu bukanlah tanggung jawab dirinya. Bahkan, dia mengaku tak pernah memerintahkan pembunuhan atau pembantaian terhadap warganya. Termasuk, represi yang dilakukan militer pada oposisi dan sejumlah tentara yang membelot.

Kepada Walters, Assad menegaskan bahwa kerusuhan berdarah yang masih berlangsung di Syria bukan tanggung jawab dirinya sepenuhnya. Dalam wawancara yang langka dengan media asing tersebut, Assad menyebut rezimnya tak bersalah. ’’Saya tidak pernah memerintahkan pembunuhan atau menyuruh militer bertindak brutal,’’ tegasnya.
Menurut dia, konflik di Syria justru muncul karena ulah individu-individu tertentu. Dia melimpahkan tanggung jawab ke setiap individu yang terlibat dalam konflik berdarah di Syria, baik dari kelompok pro maupun anti-pemerintah.
Dia menyebut, korban tewas dari kelompok demonstran pendukung pemerintah juga tidak kalah banyak. ’’Bahkan, jumlah korban tewas dari kelompok pro-pemerintah jauh lebih banyak,’’ katanya.

Konflik yang mewarnai krisis politik di Syria telah menelan korban sedikitnya 1.100 personel militer dan polisi. Tapi, dia membantah anak anak menjadi korban jiwa dalam konflik di Syria tersebut. “Data PBB itu tak benar,” tegasnya.  (afp/ap/hep/dwi/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/