25 C
Medan
Friday, November 1, 2024
spot_img

Aksi Demo Diganti Aksi Kucing-kucingan

 

Sebuah halaman Facebook bernama We are all Sombat dibuat oleh warga Thailand. Di halaman Facebook itu, pemilik akun meminta demonstran antimiliter untuk berdemo besar-besaran pada Minggu siang (8/6) di lima lokasi di Bangkok. Agar tidak tertangkap, para demonstran diminta bergerak cepat dan tiba-tiba, mengacungkan tiga jari sebagai simbol perlawanan, mengambil foto aksi tersebut, kemudian menyebar dan menghilang dalam kerumuman sehingga tidak ditangkap militer. Foto-foto aksi itu bisa diunggah di halaman Facebook We are all Sombat.
Sebuah halaman Facebook bernama We are all Sombat dibuat oleh warga Thailand. Pemilik akun meminta demonstran antimiliter untuk berdemo besar-besaran pada Minggu siang (8/6) di lima lokasi di Bangkok. Demonstran diminta bergerak cepat, mengacungkan tiga jari sebagai simbol perlawanan, mengambil foto aksi tersebut, kemudian menghilang. Foto-foto aksi itu bisa diunggah di halaman Facebook We are all Sombat.

BANGKOK, SUMUTPOS.CO – Ribuan tentara dan polisi dikonsentrasikan di Bangkok kemarin (8/6). Tindakan itu bukan tanpa alasan. Para demonstran antikudeta militer menyatakan akan mengadakan demo besar dan mengumpulkan massa secara langsung di beberapa lokasi.

Padahal, militer secara tegas melarang massa berkumpul dalam jumlah banyak untuk urusan politik. “Kami telah menerjunkan lebih dari 6.500 tentara dan polisi di beberapa titik strategis yang dipercaya sebagai area demonstrasi,” ujar Wakil Kepala Polisi Nasional Thailand Somyot Poompanmoung. “Sejauh ini, situasinya masih tenang,” tambahnya.

Persiapan menghalau massa itu berawal dari pengumuman penangkapan tokoh antikudeta militer Sombat Boonngamanong Jumat (6/6). Penangkapan tersebut ternyata memicu aksi dari para pendukungnya. Sejak dia ditangkap, sebuah halaman Facebook bernama We are all Sombat dibuat.

Di halaman Facebook itu pemilik akun meminta demonstran antimiliter untuk berdemo besar-besaran pada Minggu siang (8/6) di lima lokasi di Bangkok. Termasuk di antaranya dekat Grand Palace dan bandara Internasional Bangkok.

Agar tidak tertangkap, para demonstran diminta tidak datang berbarengan. Caranya, dengan bergerak cepat dan tiba-tiba, mengacungkan tiga jari sebagai simbol perlawanan, mengambil foto aksi tersebut, kemudian menyebar dan menghilang dalam kerumuman sehingga tidak ditangkap militer. Foto-foto aksi itu bisa diunggah di halaman Facebook We are all Sombat.

Sejak junta militer berkuasa, mereka melarang warga Thailand berkumpul lebih dari lima orang untuk urusan politik. Sejak itu, jumlah demonstran memang susut. Mereka biasanya beraksi diam-diam dengan belasan massa secara mendadak. Biasanya, komunikasi dilakukan melalui jejaring sosial. Mayoritas aksi dilakukan di Bangkok.

Para demonstran tersebut juga makin kreatif untuk menghindari deteksi polisi agar tidak ditangkap. Salah satunya, aksi damai dengan mengacungkan tiga jari meniru film The Hunger Games. Para demonstran itu biasanya langsung menghilang ketika polisi datang.

Sejak aksi tiga jari tersebut merebak, pihak militer juga memberlakukan larangan terhadap tindakan itu. Yakni, mengacungkan tiga jari di depan umum. Larangan tersebut baru diberlakukan Jumat (6/6) dan diumumkan di berbagai televisi. “Saya memohon kepada Anda untuk tidak mengacungkan tiga jari. Kenapa kalian harus meniru mereka (orang asing)?,” tanya Jenderal Prayuth Chan-ocha saat melarang simbol tiga jari itu.

Meski sebagian besar aksi dilakukan dengan sangat terencana, ada saja demonstran yang tertangkap. Jumlahnya mencapai belasan orang. Namun, penangkapan tersebut dilakukan tanpa kekerasan. Sejak junta militer berkuasa, tidak ada lagi aksi massa yang menyebabkan nyawa melayang. (AFP/sha/c23/kim)

 

Sebuah halaman Facebook bernama We are all Sombat dibuat oleh warga Thailand. Di halaman Facebook itu, pemilik akun meminta demonstran antimiliter untuk berdemo besar-besaran pada Minggu siang (8/6) di lima lokasi di Bangkok. Agar tidak tertangkap, para demonstran diminta bergerak cepat dan tiba-tiba, mengacungkan tiga jari sebagai simbol perlawanan, mengambil foto aksi tersebut, kemudian menyebar dan menghilang dalam kerumuman sehingga tidak ditangkap militer. Foto-foto aksi itu bisa diunggah di halaman Facebook We are all Sombat.
Sebuah halaman Facebook bernama We are all Sombat dibuat oleh warga Thailand. Pemilik akun meminta demonstran antimiliter untuk berdemo besar-besaran pada Minggu siang (8/6) di lima lokasi di Bangkok. Demonstran diminta bergerak cepat, mengacungkan tiga jari sebagai simbol perlawanan, mengambil foto aksi tersebut, kemudian menghilang. Foto-foto aksi itu bisa diunggah di halaman Facebook We are all Sombat.

BANGKOK, SUMUTPOS.CO – Ribuan tentara dan polisi dikonsentrasikan di Bangkok kemarin (8/6). Tindakan itu bukan tanpa alasan. Para demonstran antikudeta militer menyatakan akan mengadakan demo besar dan mengumpulkan massa secara langsung di beberapa lokasi.

Padahal, militer secara tegas melarang massa berkumpul dalam jumlah banyak untuk urusan politik. “Kami telah menerjunkan lebih dari 6.500 tentara dan polisi di beberapa titik strategis yang dipercaya sebagai area demonstrasi,” ujar Wakil Kepala Polisi Nasional Thailand Somyot Poompanmoung. “Sejauh ini, situasinya masih tenang,” tambahnya.

Persiapan menghalau massa itu berawal dari pengumuman penangkapan tokoh antikudeta militer Sombat Boonngamanong Jumat (6/6). Penangkapan tersebut ternyata memicu aksi dari para pendukungnya. Sejak dia ditangkap, sebuah halaman Facebook bernama We are all Sombat dibuat.

Di halaman Facebook itu pemilik akun meminta demonstran antimiliter untuk berdemo besar-besaran pada Minggu siang (8/6) di lima lokasi di Bangkok. Termasuk di antaranya dekat Grand Palace dan bandara Internasional Bangkok.

Agar tidak tertangkap, para demonstran diminta tidak datang berbarengan. Caranya, dengan bergerak cepat dan tiba-tiba, mengacungkan tiga jari sebagai simbol perlawanan, mengambil foto aksi tersebut, kemudian menyebar dan menghilang dalam kerumuman sehingga tidak ditangkap militer. Foto-foto aksi itu bisa diunggah di halaman Facebook We are all Sombat.

Sejak junta militer berkuasa, mereka melarang warga Thailand berkumpul lebih dari lima orang untuk urusan politik. Sejak itu, jumlah demonstran memang susut. Mereka biasanya beraksi diam-diam dengan belasan massa secara mendadak. Biasanya, komunikasi dilakukan melalui jejaring sosial. Mayoritas aksi dilakukan di Bangkok.

Para demonstran tersebut juga makin kreatif untuk menghindari deteksi polisi agar tidak ditangkap. Salah satunya, aksi damai dengan mengacungkan tiga jari meniru film The Hunger Games. Para demonstran itu biasanya langsung menghilang ketika polisi datang.

Sejak aksi tiga jari tersebut merebak, pihak militer juga memberlakukan larangan terhadap tindakan itu. Yakni, mengacungkan tiga jari di depan umum. Larangan tersebut baru diberlakukan Jumat (6/6) dan diumumkan di berbagai televisi. “Saya memohon kepada Anda untuk tidak mengacungkan tiga jari. Kenapa kalian harus meniru mereka (orang asing)?,” tanya Jenderal Prayuth Chan-ocha saat melarang simbol tiga jari itu.

Meski sebagian besar aksi dilakukan dengan sangat terencana, ada saja demonstran yang tertangkap. Jumlahnya mencapai belasan orang. Namun, penangkapan tersebut dilakukan tanpa kekerasan. Sejak junta militer berkuasa, tidak ada lagi aksi massa yang menyebabkan nyawa melayang. (AFP/sha/c23/kim)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/