SEOUL, KOREA SELATAN — Risiko konflik militer antara Amerika dan Korea Utara semakin intensif setelah Korea Utara hari Rabu (9/8) mengatakan pihaknya “sedang mengkaji secara seksama” rencana serangan rudal terhadap Guam, yang merupakan bagian wilayah Amerika.
Pernyataan itu disampaikan beberapa jam setelah Presiden Donald Trump mengatakan kepada Korea Utara bahwa ancaman terhadap Amerika akan dibalas dengan kekuatan yang luar biasa.
Wartawan VOA di Seoul Brian Padden melaporkan, bahkan serangan terbatas Amerika terhadap Korea Utara kemungkinan akan memicu serangan-serangan balik yang mematikan dan dengan cepat dapat meningkat menjadi perang nuklir yang meluas.
Dalam skenario terbaik, serangan pencegahan Amerika terhadap lokasi peluncuran rudal atau fasilitas nuklir Korea Utara tidak akan menurunkan kemampuan negara itu secara serius, namun dapat meyakinkan Kim Jong-Un untuk memulai dialog daripada menghadapi risiko perang yang ia tahu persis tidak bakal bisa dimenangkannya.
Analis keamanan di Korea Defense Network, Shin In-Kyun mengatakan, “Jika ia (Kim Jong Un) tetap sabar dan berusaha menemukan jalan keluar lewat perundingan dengan Amerika, dengan bantuan China atau Rusia, ia mungkin akan dapat bertahan hidup.”
Namun, justifikasi tindakan militer untuk melenyapkan ancaman nuklir Korea Utara itu sendiri sebenarnya adalah bahwa kepemimpinan di Pyongyang yang agresif tidak dapat diharapkan bertindak dengan mengekang diri.
Analis Asia Timur Laut di The Heritage Foundation Bruce Klingner mengatakan, “Tampaknya ada yang tidak nyambung jika kita mengatakan Kim Jong Un tidak waras dan mungkin akan melancarkan serangan, tetapi ia cukup rasional untuk tidak membalas serangan Amerika.”
Korea Utara mengingatkan bahwa ia akan memberi “pelajaran pahit” kepada Amerika, yaitu menanggapi tindakan militer apapun dengan senjata nuklir.
Tetapi beberapa pakar strategi militer mengatakan serangan terbatas tampaknya lebih besar kemungkinan membuat Korea Utara melancarkan serangan artileri, atau mungkin senjata kimia terhadap Korea Selatan, yang dapat meningkat menjadi konflik besar-besaran di sepanjang perbatasan kedua Korea yang penuh persenjataan berat dan membuat lebih dari 28 ribu personil tentara Amerika yang ditempatkan di Korea Selatan terlibat.
Korea Utara memiliki kapabilitas untuk melepaskan 300 ribu tembakan artileri dalam satu jam pertama serangan, yang bisa mencapai separuh penduduk Korea Selatan, termasuk 10 juta orang yang tinggal di Seoul.
Serangan yang lebih luas untuk menarget seluruh fasilitas rudal dan nuklir Korea Utara tampaknya harus memperhitungkan kemungkinan melancarkan penuh terhadap negara itu.
“Untuk menjamin bahwa kita telah memusnahkan seluruh kapabilitas rudal dan nuklir Korea Utara, rezim Korea Utara yang sekarang harus tidak ada lagi,” tambah Klingner.
Akhirnya beberapa pakar strategi militer mengatakan pasukan Amerika akan menang dalam perang melawan Korea Utara, tetapi akan menghancurkan kawasan dan menewaskan jutaan orang.
Ada pula kemungkinan China melibatkan diri untuk mendukung sekutunya, yang akan semakin meningkatkan konflik yang menelan sejumlah besar korban jiwa itu. (voa)