28.9 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

15 Ribu Nyawa Meregang di Libya

Empat Bulan Krisis Politik tak Berakhir

WASHINGTON- Pertempuran di Libya sudah empat bulan, tapi  tak ada kata berakhir. Karena pemimpin Libya, Muammar Kadhafi yang menjadi target terus melakukan perlawanan. Padahal, pertempuran antara pasukan Muammar Kadhafi dan oposisi yang dibantu pakta pertahanan Atlantik (NATO) sudah menewaskan 10 sampai dengan 15 ribu nyawa dari kedua belah pihak maupun masyarakat sipil.

Demikian berdasarkan data yang diungkapkan pemimpin misi HAM PBB di Libya, Cherif Bassiouni,  seperti dikutip reuters, Kamis (9/6). Menurutnya, bukti kejahatan kemanusian yang dilakukan pasukan Kadhafi di antaranya serangan terhadap penduduk sipil, sukarelawan, serta unit medis.

Dia menyebutkan, pasukan pro Kadhafi menggunakan pesawat, tank, artileri, roket, dan penembak jitu dalam melancarkan aksinya. Libya telah membantah temuan ini dan menuduh kalangan oposisilah yang telah berperilaku kanibal selama konflik.

Direktur Central Inteligence Agency (CIA), Leon Panetta mengatakan, krisis Libya akan segera berakhir. Kadhafi akan mengundurkan diri bila masyarakat internasional terus melakukan tekanan terhadap rezimnya. “Kami telah melihat rezim melemah secara signifikan,” kata pria yang dinominasikan menjadi menteri pertahanan AS dalam sidang Senat . (bbs/jpnn)
Menurut Leon, oposisi telah menguasai kawasan timur dan barat Libya. Dari situ terlihat tanda-tanda bahwa pemerintahan Kadhafi akan segera berakhir. “Kadhafi akan mengundurkan diri,” katanya.

Pada pertempuran untuk menekan Kadhafi tersebut, oposisi terus dialiri sejumlah bantuan dari dunia international. Seperti Italia meminjamkan uang dan produk bahan bakar senilai 300 juta sampai 400 juta euro ke oposisi Libya untuk meningkatkan penyerangan.

“Kami akan memberi bantuan secara langsung melalui pinjaman dan bahan bakar senilai 300 hingga 400 juta euro,” kata juru bicara Departemen Luar Negri Italia, Maurizio Massari kepada wartawan setelah pertemuan ketiga Grup Hubungan Internasional mengenai Libya di Italia.
Selain itu, Prancis juga menawarkan bantuan senilai 296 juta euro, sedangkan Turki mengalokasikan dana US  dolar 100 juta untuk oposisi Libya. Prancis mengatakan, uang itu adalah dari dana pemerintah Libya yang dibekukannya.

Mantan Menlu Libya, Abdurrahman Mohamed Shalgham, berkata pemberontak membutuhkan dana US dolar  3 miliar dalam waktu empat bulan mendatang untuk membayar gaji dan menjamin pasokan makanan yang mencukupi.

“Kami perlu US dolar  3 miliar untuk empat bulan lagi. Kami memerlukannya untuk bayar gaji penduduk Benghazi,” katanya.

Sementara itu, ledakan-ledakan terus mengguncang ibu kota Libya dan pinggiran kota, pada saat pasukan NATO melancarkan gelombang baru serangan udara, demikian kata seorang wartawan AFP dalam laporannya.

Tiga ledakan kuat mengguncang pusat Tripoli pada sekitar tengah malam waktu setempat. Selang beberapa waktu kemudian disusuli ledakan-ledakan lainnya.
Dalam dua hari terakhir, Tripoli telah dijadikan target serangan udara NATO paling dahsyat sejak kampanye militer internasional yang digelar untuk menghadapi pemimpin Libya Muammar Kadhafi.

Juru bicara pemerintah, Mussa Ibrahim, mengatakan pada Selasa lalu saja, 60 bom telah dijatuhkan di Tripoli, menewaskan 31 orang dan melukai lebih banyak lagi.
Sasaran-sasaran utama serangan termasuk tempat kediaman Kadhafi di pusat Tripoli, pinggiran timur Tajura dan jalan ke bandara selatan ibu kota, kata Mussa Ibrahim menambahkan.

Sementara itu menurut kantor berita Xinhua, Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi, Rabu (8/6), menyerukan gencatan senjata segera di Libya dan upaya-upaya politik untuk mengatasi krisis di negara Afrika utara itu.

“Ini adalah prioritas utama bagi pihak terkait untuk mencapai suatu gencatan senjata guna menghindari bencana kemanusiaan yang lebih besar, dan mengatasi krisis Libya melalui cara-cara politik termasuk dialog dan perundingan,” kata Yang pada saat bertemu dengan utusan khusus pemerintah Libya, Abdul Ati Al-Obidi.  (bbs/jpnn)

Empat Bulan Krisis Politik tak Berakhir

WASHINGTON- Pertempuran di Libya sudah empat bulan, tapi  tak ada kata berakhir. Karena pemimpin Libya, Muammar Kadhafi yang menjadi target terus melakukan perlawanan. Padahal, pertempuran antara pasukan Muammar Kadhafi dan oposisi yang dibantu pakta pertahanan Atlantik (NATO) sudah menewaskan 10 sampai dengan 15 ribu nyawa dari kedua belah pihak maupun masyarakat sipil.

Demikian berdasarkan data yang diungkapkan pemimpin misi HAM PBB di Libya, Cherif Bassiouni,  seperti dikutip reuters, Kamis (9/6). Menurutnya, bukti kejahatan kemanusian yang dilakukan pasukan Kadhafi di antaranya serangan terhadap penduduk sipil, sukarelawan, serta unit medis.

Dia menyebutkan, pasukan pro Kadhafi menggunakan pesawat, tank, artileri, roket, dan penembak jitu dalam melancarkan aksinya. Libya telah membantah temuan ini dan menuduh kalangan oposisilah yang telah berperilaku kanibal selama konflik.

Direktur Central Inteligence Agency (CIA), Leon Panetta mengatakan, krisis Libya akan segera berakhir. Kadhafi akan mengundurkan diri bila masyarakat internasional terus melakukan tekanan terhadap rezimnya. “Kami telah melihat rezim melemah secara signifikan,” kata pria yang dinominasikan menjadi menteri pertahanan AS dalam sidang Senat . (bbs/jpnn)
Menurut Leon, oposisi telah menguasai kawasan timur dan barat Libya. Dari situ terlihat tanda-tanda bahwa pemerintahan Kadhafi akan segera berakhir. “Kadhafi akan mengundurkan diri,” katanya.

Pada pertempuran untuk menekan Kadhafi tersebut, oposisi terus dialiri sejumlah bantuan dari dunia international. Seperti Italia meminjamkan uang dan produk bahan bakar senilai 300 juta sampai 400 juta euro ke oposisi Libya untuk meningkatkan penyerangan.

“Kami akan memberi bantuan secara langsung melalui pinjaman dan bahan bakar senilai 300 hingga 400 juta euro,” kata juru bicara Departemen Luar Negri Italia, Maurizio Massari kepada wartawan setelah pertemuan ketiga Grup Hubungan Internasional mengenai Libya di Italia.
Selain itu, Prancis juga menawarkan bantuan senilai 296 juta euro, sedangkan Turki mengalokasikan dana US  dolar 100 juta untuk oposisi Libya. Prancis mengatakan, uang itu adalah dari dana pemerintah Libya yang dibekukannya.

Mantan Menlu Libya, Abdurrahman Mohamed Shalgham, berkata pemberontak membutuhkan dana US dolar  3 miliar dalam waktu empat bulan mendatang untuk membayar gaji dan menjamin pasokan makanan yang mencukupi.

“Kami perlu US dolar  3 miliar untuk empat bulan lagi. Kami memerlukannya untuk bayar gaji penduduk Benghazi,” katanya.

Sementara itu, ledakan-ledakan terus mengguncang ibu kota Libya dan pinggiran kota, pada saat pasukan NATO melancarkan gelombang baru serangan udara, demikian kata seorang wartawan AFP dalam laporannya.

Tiga ledakan kuat mengguncang pusat Tripoli pada sekitar tengah malam waktu setempat. Selang beberapa waktu kemudian disusuli ledakan-ledakan lainnya.
Dalam dua hari terakhir, Tripoli telah dijadikan target serangan udara NATO paling dahsyat sejak kampanye militer internasional yang digelar untuk menghadapi pemimpin Libya Muammar Kadhafi.

Juru bicara pemerintah, Mussa Ibrahim, mengatakan pada Selasa lalu saja, 60 bom telah dijatuhkan di Tripoli, menewaskan 31 orang dan melukai lebih banyak lagi.
Sasaran-sasaran utama serangan termasuk tempat kediaman Kadhafi di pusat Tripoli, pinggiran timur Tajura dan jalan ke bandara selatan ibu kota, kata Mussa Ibrahim menambahkan.

Sementara itu menurut kantor berita Xinhua, Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi, Rabu (8/6), menyerukan gencatan senjata segera di Libya dan upaya-upaya politik untuk mengatasi krisis di negara Afrika utara itu.

“Ini adalah prioritas utama bagi pihak terkait untuk mencapai suatu gencatan senjata guna menghindari bencana kemanusiaan yang lebih besar, dan mengatasi krisis Libya melalui cara-cara politik termasuk dialog dan perundingan,” kata Yang pada saat bertemu dengan utusan khusus pemerintah Libya, Abdul Ati Al-Obidi.  (bbs/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/