Kado Buruk Peringatan 9/11, 77 Tentara Amerika Terluka
KABUL- Saat semua mata tertuju ke Amerika Serikat (AS), menjelang peringatan ke-10 tragedi 11 September 2001 alias 9/11, pasukan negeri adidaya tersebut yang saat ini berada di Afghanistan kembali menjadi target serangan kelompok Taliban. Sebuah truk yang bermuatan penuh bom meledak di sebuah pangkalan militer AS di bagian tengah Afghanistan pada Sabtu sore waktu setempat (10/9).
Menurut NATO, serangan itu dilakukan seorang pengebom bunuh diri Taliban. Dia menyalakan detonator bom besar yang berada di dalam truk pengangkut kayu bakar. Ledakan itu menghancurkan bagian luar pangkalan Combat Outpost Sayed Abad di Provinsi Wardak dan meninggalkan lubang cukup besar di tembok. Selain memecahkan jendela sejumlah kantor pemerintah di dekatnya, ledakan tersebut menghancurkan beberapa toko.
Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) yang dipimpin NATO menyatakan bahwa 77 personelnya dan 25 warga Afghanistan terluka dalam ledakan dahsyat tersebut. Seluruh personel ISAF di pos atau pangkalan itu adalah tentara AS.
Dua warga Afghanistan juga tewas dalam pengeboman itu. Delapan warga sipil Afghanistan yang terluka dibawa ke klinik di Wardak. Tetapi, dua di antaranya dilarikan ke rumah sakit di Kabul akibat luka sangat parah.
“Ledakan terjadi sekitar pukul 17.15 waktu setempat (pukul 19.45 WIB). Truk itu meledak di pos terdepan divisi tempur dan menimbulkan lubang berdiameter 20 kaki atau 6 meter di tembok,” kata Mayor David Eastburn, jubir militer AS, mengutip laporan awal dari pangkalan tersebut.
Bom truk tersebut menjadi “kado” buruk bagi militer AS menjelang peringatan 9/11. Ledakan itu juga terjadi hanya beberapa jam setelah Taliban bertekad untuk terus memerangi pasukan AS di Afghanistan sampai seluruhnya meninggalkan negeri itu. Meskipun demikian, Taliban juga menggarisbawahi bahwa aksi mereka tidak terkait dengan serangan 11 September.
Kuatnya ledakan tersebut dibenarkan Roshana, pemilik klinik tempat para korban luka dirawat, yang berada tidak jauh dari lokasi ledakan.
“Seorang korban tewas adalah bocah perempuan tiga tahun. Dia luka parah dan meninggal dalam perjalanan menuju klinik,” terang mantan anggota parlemen Afghanistan tersebut.
Tak lama setelah terjadi ledakan itu, Taliban meng klaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Jubir Taliban Zabihullah Mujahed menyatakan bahwa invasi AS dan para sekutunya di Afghanistan pasca serangan 9/11 akan terus menjadi stigma pada wajah demokrasi Barat. Taliban juga mengklaim bahwa truk yang mengangkut kayu bakar serta bom seberat 9 ribu kilogram (9 ton) itu sengaja diledakkan di pintu masuk pangkalan militer tersebut.
Jubir NATO Mayor Russell Fox menyatakan bahwa serangan itu dilancarkan seorang pelaku bom bunuh diri. Dia menyembunyikan bom di bawah tumpukan kayu bakar dalam truk yang dikemudikannya.
“Untung, ledakannya berhasil diredam pagar pelindung di pos terdepan,” kata dia.
Dia menambahkan bahwa tidak ada tentara AS yang tewas dalam insiden itu. Meski mereka luka, kondisinya tidak serius. Mereka menjalani perawatan medis sebentar dan diberi obat jalan karena hanya luka ringan.
Dalam klaim tertulisnya, Taliban menyebut serangan itu sebagai aksi balas dendam mereka terhadap AS. Mereka menyatakan bahwa AS sengaja menggunakan tragedi 9/11 sebagai kedok untuk menginvasi Afghanistan. “Tiap tahun 9/11 mengingatkan warga Afghanistan akan tragedi yang mereka bahkan tak terlibat sama sekali,” tulis mereka.
Taliban juga menyalahkan masyarakat internasional atas pertumpahan darah yang sampai saat ini masih berlangsung di Afghanistan. Dengan dukungan mereka, AS semakin kerasan menjajah Afghanistan. “Kolonialisme AS menjadi penyebab utama terenggutnya puluhan ribu jiwa warga Afghanistan yang tak berdosa dan tak berdaya,” ungkap Taliban. (ap/afp/hep/dwi/jpnn)