TEL AVIV, SUMUTPOS.CO – Perang Hamas-Israel tidak menunjukkan tanda-tanda bakal berhenti dalam waktu dekat. Bahkan dikhawatirkan, perang kian meluas setelah Tel Aviv menerima serangan roket dari wilayah Suriah, Selasa (10/10). Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melaporkan, rentetan roket yang ditembakkan dari Suriah berupaya menargetkan wilayah Israel. “Roket-roket itu jatuh di area terbuka,” kata IDF seperti dikutip CNN.
Namun, IDF tidak menjelaskan secara detail serangan diduga dari Suriah ini. Militer Israel juga tak menjelaskan, perihal korban atau kerusakan akibat insiden ini.
Sementara itu, dikutip Al Jazeera, Israel langsung melancarkan rentetan penembakan mortir dan artileri ke wilayah Suriah. Meski begitu, belum ada rincian lebih lanjut dari militer Israel. Belum ada pula konfirmasi soal serangan roket dari Suriah atau pihak lainnya.
Belum adanya tanda-tanda perang bakal berakhir, beberapa negara mulai mengatur rencana untuk mengevakuasi warganya. Baik dari Jalur Gaza maupun dari wilayah Israel. Saat ini mayoritas maskapai telah menghentikan penerbangan keluar masuk Israel.
“Hari ini kami sedang menyiapkan sebuah pesawat Norwegia yang dapat membawa warga kami pulang. Kami telah merancang solusi ini bersama dengan maskapai penerbangan Norwegia selama beberapa hari terakhir,” ujar Menteri Luar Negeri Norwegia Anniken Huitfeldt seperti dikutip CNN, kemarin (11/10).
Pesawat tersebut dijadwalkan meninggalkan Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv tadi malam. Langkah serupa dilakukan Swedia. Mereka bekerja sama dengan negara-negara Nordik lainnya untuk mengangkut penduduknya keluar dari Israel. Prancis juga berencana mengevakuasi warganya dari Israel mulai hari ini (12/10) menggunakan Air France. Yang menjadi prioritas adalah anak di bawah umur tanpa pendamping, wanita hamil, dan penyandang disabilitas maupun memiliki kondisi medis tertentu.
Jerman memilih melakukan evakuasi via Jordania. Mereka akan dibawa dengan bus ke Amman dan baru diterbangkan ke Jerman. Ada 100 ribu warga Jerman di Israel dan 5 ribu di antaranya minta dievakuasi. Sejauh ini yang sudah dievakuasi adalah para murid Jerman di Israel dari 17 kelas.
Di pihak lain, Amerika Serikat (AS) tengah bernegosiasi dengan Israel dan Mesir untuk membuat jalur aman guna mengeluarkan warga AS dan warga sipil lainnya dari Gaza. Penduduk AS di Gaza merasa putus asa karena pengeboman bertubi-tubi yang dilakukan Israel. Rencananya, Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Inggris James Cleverly bakal bertandang ke Israel hari ini.
Menurut seorang pejabat AS, Mesir ingin menggunakan koridor kemanusiaan untuk mengirim makanan dan pasokan medis ke Gaza, tapi tidak ingin membuka perbatasan untuk menerima warga sipil yang melarikan diri. Jika kesepakatan gencatan senjata sementara tercapai, Mesir akan mengirimkan bantuan lewat perlintasan Rafah dan Semenanjung Sinai.
Situasi diperkirakan bakal lebih memburuk dalam beberapa hari ke depan. Blokade total Israel mengakibatkan tidak ada aliran listrik, gas, dan air bersih ke Gaza. Listrik produksi lokal yang menyuplai 20 persen penduduk sudah mati sejak kemarin karena kehabisan bahan bakar. Sebagian penduduk memiliki genarator, tapi bakal segera mati karena tidak adanya suplai bahan bakar.
Situasi bakal kian mengenaskan jika generator di rumah sakit yang berada di Gaza mati. Padahal, saat ini ribuan pasien terus berdatangan tanpa henti akibat bombardir Israel. Hingga kemarin 1.055 warga Palestina dipastikan tewas dan 5.184 lainnya luka-luka. PBB menyatakan, lebih dari 180 ribu warga Gaza telah kehilangan rumahnya akibat serangan Israel.
Di pihak Israel, 1.200 orang tewas dan 2.800 orang lainnya luka-luka. Israel saat ini bersiap untuk melakukan serangan darat guna memastikan kekuatan militer Hamas lumpuh sepenuhnya. Sekitar 300 ribu pasukan pertahanan Israel (IDF) sudah berada di wilayah perbatasan Gaza.
Sementara itu, pesawat pertama yang membawa bantuan militer AS telah tiba di Israel. Negara yang dipimpin Presiden Joe Biden itu mengirim amunisi dan bantuan keamanan lainnya. Salah satunya adalah misil untuk mengisi Iron Dome milik Israel.
PM Benjamin Netanyahu mengungkapkan bahwa saat ini Israel sedang membentuk pemerintahan darurat dan kabinet manajemen perang. Pemerintah tidak akan mengesahkan undang-undang atau membuat keputusan apa pun yang tidak menyangkut jalannya perang. (sha/c9/fal)