27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

CIA Senjatai Pemberontak Syria

Damaskus-Amerika Serikat telah menyatakan akan mundur terkait niat menyerang Syria. Meski begitu, bukan berarti Amerika Serikat tidak bergerak. Informasi terbaru, diam-diam Biro Intelijen Amerika Serikat (CIA) telah mulai mengirimkan senjata kepada pemberontak di Syria.
Pengiriman mulai dilakukan sejak dua minggu lalu, bersama dengan pengirimann
kendaraan dan peralatan lain oleh Departemen Luar negeri AS. Menurut Washington Post, pengiriman senjata, yang terbatas pada senjata ringan dan amunisi lain yang bisa dilacak, mulai tiba di Syria berbarengan dengan pernyataan Barack Obama untuk menyerang Negara tersebut. Serangan itu, sedianya ditujukan untuk ‘menghukum’ rezim Bashar al-Assad yang dituduh menggunakan senjata kimia dalam serangan mematikan di dekat Damaskus bulan lalu.
Selain senjata ringan, AS juga mengirimkan jenis peralatan lain yang tidak mematikan kepada oposisi, termasuk kendaraan, peralatan komunikasi berteknologi tinggi, serta piranti medis yang disiapkan khusus untuk menangani luka di medan perang.
Bantuan tersebut, menurut media itu, sebagian besar diarahkan pada  pemberontak yang berada di bawah komando Jenderal Salim Idriss, pemimpin Dewan Agung Militer, salah satu faksi di tubuh oposisi.
Namun beberapa pejuang pemberontak menyatakan kekecewaannya dan menyebut  bantuan hanya simbolis belaka dan hampir tidak cukup untuk mengubah arah perang saudara yang telah berlangsung selama 2,5 tahun ini. “Ini tidak akan mengubah apa pun,” kata Abu Abdullah, seorang komandan Tentara Pembebasan Syria  di Syria utara pada USA Today, Kamis. “Apa yang kita mendapatkan tidak cukup,” tambahnya.
Di sisi lain, jet tempur Syria membombardir salah satu rumah sakit utama untuk melayani pemberontak di utara negara. Demikian keterangan kelompok oposisi melalui Aleppo Media Centre dan gambar video yang mereka unggah, Kamis (12/9). Gempuran udara, Rabu (11/9) menyebabkan 11 warga sipil tewas termasuk dua dokter saat bertugas di rumah sakit yang terletak di Kota Al-Bab, berjarak 30 kilometer sebelah timur laut Kota Aleppo.
Gambar video yang diunggah di YouTube menunjukkan seorang bocah pincang digotong oleh pria keluar dari rumah sakit. Video lainnya nampak beberapa tubuh tergeleak di lantai, darah mengucur dari kepalanya dan debu menutupi tubuhnya.
Dalam video juga terlihat debu berhamburan menyesaki udara, berikut puing-puing bangunan berserakan, penyejuk udara pun bergeletakan di lantai. Aleppo Media Centre mengatakan, ruang gawat darurat dan radiologi hancur berantakan disikat serangan udara.
Menurutnya, jet-jet tempur Syria  membobardir sekolah-sekolah warga sipil, rumah sakit, dan toko roti – hal yang dianggap melanggar hukum perang. Semenjak konflik yang telah berlangsung selama dua setengah tahun dimulai dengan unjuk rasa kelompok pro-demokrasi menentang kekuasaan keluarga Assad yang berlangsung selama empat dekade. Akibat konflik tersebut lebih dari 100 ribu orang telah tewas.
Pemerintahan Syria tidak bersedia berkomentar dengan serangan tersebut tetapi kantor berita milik pemerintah SANA pada Kamis (12/9), mengatakan, Angkatan Bersenjata telah membunuh 14 ‘teroris’(sebuah terminologi untuk para pemberontak) di utara Al-Bab dalam sebuah operasi konvoi militer. (bbs/net/jpnn)

Damaskus-Amerika Serikat telah menyatakan akan mundur terkait niat menyerang Syria. Meski begitu, bukan berarti Amerika Serikat tidak bergerak. Informasi terbaru, diam-diam Biro Intelijen Amerika Serikat (CIA) telah mulai mengirimkan senjata kepada pemberontak di Syria.
Pengiriman mulai dilakukan sejak dua minggu lalu, bersama dengan pengirimann
kendaraan dan peralatan lain oleh Departemen Luar negeri AS. Menurut Washington Post, pengiriman senjata, yang terbatas pada senjata ringan dan amunisi lain yang bisa dilacak, mulai tiba di Syria berbarengan dengan pernyataan Barack Obama untuk menyerang Negara tersebut. Serangan itu, sedianya ditujukan untuk ‘menghukum’ rezim Bashar al-Assad yang dituduh menggunakan senjata kimia dalam serangan mematikan di dekat Damaskus bulan lalu.
Selain senjata ringan, AS juga mengirimkan jenis peralatan lain yang tidak mematikan kepada oposisi, termasuk kendaraan, peralatan komunikasi berteknologi tinggi, serta piranti medis yang disiapkan khusus untuk menangani luka di medan perang.
Bantuan tersebut, menurut media itu, sebagian besar diarahkan pada  pemberontak yang berada di bawah komando Jenderal Salim Idriss, pemimpin Dewan Agung Militer, salah satu faksi di tubuh oposisi.
Namun beberapa pejuang pemberontak menyatakan kekecewaannya dan menyebut  bantuan hanya simbolis belaka dan hampir tidak cukup untuk mengubah arah perang saudara yang telah berlangsung selama 2,5 tahun ini. “Ini tidak akan mengubah apa pun,” kata Abu Abdullah, seorang komandan Tentara Pembebasan Syria  di Syria utara pada USA Today, Kamis. “Apa yang kita mendapatkan tidak cukup,” tambahnya.
Di sisi lain, jet tempur Syria membombardir salah satu rumah sakit utama untuk melayani pemberontak di utara negara. Demikian keterangan kelompok oposisi melalui Aleppo Media Centre dan gambar video yang mereka unggah, Kamis (12/9). Gempuran udara, Rabu (11/9) menyebabkan 11 warga sipil tewas termasuk dua dokter saat bertugas di rumah sakit yang terletak di Kota Al-Bab, berjarak 30 kilometer sebelah timur laut Kota Aleppo.
Gambar video yang diunggah di YouTube menunjukkan seorang bocah pincang digotong oleh pria keluar dari rumah sakit. Video lainnya nampak beberapa tubuh tergeleak di lantai, darah mengucur dari kepalanya dan debu menutupi tubuhnya.
Dalam video juga terlihat debu berhamburan menyesaki udara, berikut puing-puing bangunan berserakan, penyejuk udara pun bergeletakan di lantai. Aleppo Media Centre mengatakan, ruang gawat darurat dan radiologi hancur berantakan disikat serangan udara.
Menurutnya, jet-jet tempur Syria  membobardir sekolah-sekolah warga sipil, rumah sakit, dan toko roti – hal yang dianggap melanggar hukum perang. Semenjak konflik yang telah berlangsung selama dua setengah tahun dimulai dengan unjuk rasa kelompok pro-demokrasi menentang kekuasaan keluarga Assad yang berlangsung selama empat dekade. Akibat konflik tersebut lebih dari 100 ribu orang telah tewas.
Pemerintahan Syria tidak bersedia berkomentar dengan serangan tersebut tetapi kantor berita milik pemerintah SANA pada Kamis (12/9), mengatakan, Angkatan Bersenjata telah membunuh 14 ‘teroris’(sebuah terminologi untuk para pemberontak) di utara Al-Bab dalam sebuah operasi konvoi militer. (bbs/net/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/