27.8 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Parkir dan Pusingnya Punya Kendaraan di Sao Paulo

Parkir mobil di San Paolo-Ilustrasi.
Parkir mobil di San Paolo-Ilustrasi.

Di Sao Paulo, mengelola parkir termasuk bisnis yang gurih. Ongkos memarkir mobil mahal karena turut terkerek harga tanah.

 

Laporan: Dhimas Ginanjar. Farid Fandi. Ilham Butsiyanto. dari Sao Paulo

 

SUMUTPOS.CO – Banyak gedung di Rua da Consolacao, Sao Paulo, disulap menjadi tempat parkir. Papan bertulisan tarif parkir per jam sudah siap menyambut pengendara di pintu masuk. Kalau sepakat dengan harga, tinggal injak pedal gas untuk meletakkan mobil.

Di papan tarif itu setidaknya terdapat tiga informasi dasar yang disampaikan. Diawali ongkos satu jam pertama. Lantas, tarif parkir setiap jam berikutnya dan biaya dalam satu paket seperti per 6 jam atau 12 jam. Setiap tempat parkir memiliki tarif yang berbeda. Yang sama hanya satu, sama-sama mahal.

Perbedaan tarif biasanya bergantung kepada beberapa hal. Mulai lahan yang digunakan hingga kedekatan dengan tempat-tempat tertentu. Tarif di dalam gedung tentu lebih mahal daripada yang hanya beralas tanah tanpa penutup. Begitu juga halnya dengan tempat parkir di dekat mal, stasiun, atau halte.

Di dekat halte Centro Paulista, misalnya, tarif parkir per jam BRL 10 atau sekitar Rp 53 ribu (BRL1 = Rp 5.300). Setiap jam berikutnya ditambah BRL 4.

“Sebenarnya mahal, apalagi tidak ada atap untuk melindungi mobil. Tapi, dari lokasi parkir ke halte hanya menyeberang,” ujar Sevastian Correira, salah seorang pengendara yang baru memarkir kendaraannya di tempat tersebut.

Agak jauh dari tempat itu, tarif awal parkir langsung turun. Ada yang diawali dengan BRL 8 atau BRL 7, kami belum menemukan pengelola yang memberikan tarif di bawah BRL 5. Pekerja biasanya mengambil paket 12 jam di kisaran BRL 17 hingga BRL 20 yang berarti sekitar Rp 106 ribu.

“Di tempat kami terdapat paket untuk parkir 6 jam. Tapi, akan lebih murah BRL 3 dengan paket 12 jam,” terang Nelson Gomes, pengelola parkir di Jalan Consolacao.

Tarif parkir di area perkantoran lebih mahal lagi. Di Jalan Alameda Casa Branca, misalnya. Paket untuk 12 jam bisa menembus BRL 40 (Rp 212 ribu).”

Anggap pengendara memarkir mobil agak jauh dan mendapat tarif per 12 jam setara Rp 100 ribu. Itu berarti, dalam sebulan hari kerja, pengemudi harus mengeluarkan sedikitnya Rp 2 juta. Anggaran itu belum termasuk parkir pada Sabtu dan Minggu kalau sang pemilik kendaraan jalan-jalan.”

Mengapa bisa semahal itu? Fabio Sin, staf di Indonesia Trade Promotion Centre, mengatakan bahwa tarif itu merupakan efek domino dari mahalnya properti di Sao Paulo. Karena itulah, mengelola tempat parkir termasuk bisnis yang gurih di Sao Paulo dan kota-kota besar di Brasil.

Fabio yang memilih tidak membeli mobil karena mahalnya ongkos parkir dan perawatan itu menjelaskan, di kawasan perkantoran di Sao Paulo, harga properti belasan miliar rupiah bukan hal aneh. “Tanah di sini mahal, investasinya tidak sedikit. Karena itu, tarif parkir ikut mahal,” jelasnya.”

Mengutip majalah Parking Brasil yang diterbitkan oleh asosiasi penyedia tempat parkir, keamanan di tempat parkir akan ditingkatkan. Bukan karena ada tambahan sekuriti atau sistem pelayanan baru dari penyedia lahan, melainkan buntut dari program pemerintah. Rencananya, Juni ini alias bertepatan dengan penyelenggaraan Piala Dunia 2014 menjadi awal penempelan chip khusus di berbagai mobil baru.

Chip itu akan diletakkan di pelat nomor atau kaca. Chip yang tidak lebih dari buku jari tersebut bakal mengirimkan berbagai informasi. Mulai data manufaktur, model, sasis, hingga melacak kendaraan yang hilang.

“Keamanan lebih terjamin karena mengirimkan data yang lebih banyak. Kendaraan lebih susah dikloning,” kata Dario Sassi Thober, direktur Wernher von Braun Research Center yang bertanggung jawab untuk pengembangan ID chip. (*)

Parkir mobil di San Paolo-Ilustrasi.
Parkir mobil di San Paolo-Ilustrasi.

Di Sao Paulo, mengelola parkir termasuk bisnis yang gurih. Ongkos memarkir mobil mahal karena turut terkerek harga tanah.

 

Laporan: Dhimas Ginanjar. Farid Fandi. Ilham Butsiyanto. dari Sao Paulo

 

SUMUTPOS.CO – Banyak gedung di Rua da Consolacao, Sao Paulo, disulap menjadi tempat parkir. Papan bertulisan tarif parkir per jam sudah siap menyambut pengendara di pintu masuk. Kalau sepakat dengan harga, tinggal injak pedal gas untuk meletakkan mobil.

Di papan tarif itu setidaknya terdapat tiga informasi dasar yang disampaikan. Diawali ongkos satu jam pertama. Lantas, tarif parkir setiap jam berikutnya dan biaya dalam satu paket seperti per 6 jam atau 12 jam. Setiap tempat parkir memiliki tarif yang berbeda. Yang sama hanya satu, sama-sama mahal.

Perbedaan tarif biasanya bergantung kepada beberapa hal. Mulai lahan yang digunakan hingga kedekatan dengan tempat-tempat tertentu. Tarif di dalam gedung tentu lebih mahal daripada yang hanya beralas tanah tanpa penutup. Begitu juga halnya dengan tempat parkir di dekat mal, stasiun, atau halte.

Di dekat halte Centro Paulista, misalnya, tarif parkir per jam BRL 10 atau sekitar Rp 53 ribu (BRL1 = Rp 5.300). Setiap jam berikutnya ditambah BRL 4.

“Sebenarnya mahal, apalagi tidak ada atap untuk melindungi mobil. Tapi, dari lokasi parkir ke halte hanya menyeberang,” ujar Sevastian Correira, salah seorang pengendara yang baru memarkir kendaraannya di tempat tersebut.

Agak jauh dari tempat itu, tarif awal parkir langsung turun. Ada yang diawali dengan BRL 8 atau BRL 7, kami belum menemukan pengelola yang memberikan tarif di bawah BRL 5. Pekerja biasanya mengambil paket 12 jam di kisaran BRL 17 hingga BRL 20 yang berarti sekitar Rp 106 ribu.

“Di tempat kami terdapat paket untuk parkir 6 jam. Tapi, akan lebih murah BRL 3 dengan paket 12 jam,” terang Nelson Gomes, pengelola parkir di Jalan Consolacao.

Tarif parkir di area perkantoran lebih mahal lagi. Di Jalan Alameda Casa Branca, misalnya. Paket untuk 12 jam bisa menembus BRL 40 (Rp 212 ribu).”

Anggap pengendara memarkir mobil agak jauh dan mendapat tarif per 12 jam setara Rp 100 ribu. Itu berarti, dalam sebulan hari kerja, pengemudi harus mengeluarkan sedikitnya Rp 2 juta. Anggaran itu belum termasuk parkir pada Sabtu dan Minggu kalau sang pemilik kendaraan jalan-jalan.”

Mengapa bisa semahal itu? Fabio Sin, staf di Indonesia Trade Promotion Centre, mengatakan bahwa tarif itu merupakan efek domino dari mahalnya properti di Sao Paulo. Karena itulah, mengelola tempat parkir termasuk bisnis yang gurih di Sao Paulo dan kota-kota besar di Brasil.

Fabio yang memilih tidak membeli mobil karena mahalnya ongkos parkir dan perawatan itu menjelaskan, di kawasan perkantoran di Sao Paulo, harga properti belasan miliar rupiah bukan hal aneh. “Tanah di sini mahal, investasinya tidak sedikit. Karena itu, tarif parkir ikut mahal,” jelasnya.”

Mengutip majalah Parking Brasil yang diterbitkan oleh asosiasi penyedia tempat parkir, keamanan di tempat parkir akan ditingkatkan. Bukan karena ada tambahan sekuriti atau sistem pelayanan baru dari penyedia lahan, melainkan buntut dari program pemerintah. Rencananya, Juni ini alias bertepatan dengan penyelenggaraan Piala Dunia 2014 menjadi awal penempelan chip khusus di berbagai mobil baru.

Chip itu akan diletakkan di pelat nomor atau kaca. Chip yang tidak lebih dari buku jari tersebut bakal mengirimkan berbagai informasi. Mulai data manufaktur, model, sasis, hingga melacak kendaraan yang hilang.

“Keamanan lebih terjamin karena mengirimkan data yang lebih banyak. Kendaraan lebih susah dikloning,” kata Dario Sassi Thober, direktur Wernher von Braun Research Center yang bertanggung jawab untuk pengembangan ID chip. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/