27.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Pro-Kadhafi Gunakan Bom Kluster

MISRATA- Masih ingat dengan serangan Israel ke Jalur Gaza Desember 2008-Januari 2009, atau serbuan Amerika Serikat (AS) ke Afghanistan pada 2001 dan Irak di 2003. Di kedua gempuran yang menelan banyak korban sipil itu, Israel dan AS menggunakan bom kluster alias bom tandan yang diharamkan di sekitar 100 negara di dunia.

Nah, kini kekejian yang ditimbulkan bom tandan itu tersaji di Libya. Berdasarkan temuan wartawan New York Times yang bertugas di Misrata, pasukan pro-Muammar Kadhafi mulai menggunakan senjata berdampak mengerikan tersebut untuk menggempur kota yang masih dalam kontrol kubu pemberontak tersebut.  Selain bom tandan, pro-Kadhafi juga memakai Grad. Ini adalah sistem persenjataan roket lawas buatan Uni Soviet yang dalam sekali tembak bisa meluncurkan 40 roket sekaligus.

Menurut New York Times, kedua senjata yang indiscriminate alias tak pandang bulu disebut demikian karena bisa menghancurkan aset militer sekaligus warga sipil.  Itu mulai ditemukan pada serangan Kamis malam lalu (14/4) ke Misrata. Dan, kembali digunakan sehari kemudian di kota di sebelah barat Tripoli tersebut.

Sejak revolusi menuntut Kadhafi mundur membara di Libya pada pertengahan Februari  lalu, baru kali inilah pemakaian bom tandan terdeteksi. Namun, bantahan langsung dilontarkan kubu penguasa Italia itu.(ttg/jpnn)
“Saya menantang mereka (yang menuding pemakaian bom tandan dan roket Grad) untuk membuktikan,” ujar Moussa Ibrahim, juru bicara pemerintahan Kadhafi, kepada Reuters.

Tapi, temuan New York Times berupa serpihan bom, bomblet (bom dalam bentuk kecil yang terkandung dalam bom kluster), serta korban jiwa tersebut telah diverifikasi Human Rights Watch yang berbasis di New York. Kelompok pengadvokasi hak asasi manusia itu pun meminta rezim Kadhafi untuk menghentikan penggunaan kedua senjata itu.
“Sangatlah keji kalau rezim penguasa di Libya menggunakan senjata tak pandang bulu itu, terutama di wilayah padat warga sipil. Bom kluster itu akurasinya rendah dan tak bisa diandalkan,” kata Steve Goose dari divisi senjata Human Rights Watch, kepada New York Times.

Bom kluster yang dipakai di Libya adalah jenis MAT-120 yang didalamnya mengandung 21 bomblet. Begitu ditembakkan, bom buatan Spanyol pada 2007″setahun sebelum Negeri Matador itu meneken penghentian pembuatan dan pemakaian bom kluster”itu akan menyebar tak tentu arah.

Dari tiga bom yang ditemukan New York Times, satu menyasar ambulas, satunya lagi meledak tak jauh dari rumah sakit. Sedangkan Grad yang tiap roketnya mampu membunuh delapan orang, menurut saksi mata dan korban luka, disebut telah membunuh puluhan orang.

Seperti juga dilansir BBC, para korban tewas itu dikuburkan di dua lubang besar di bekas sebuah taman di Misrata. Di kuburan masal itu masih terlihat dua bekas ayunan anak.

Roket-roket Grad yang ditembakkan Kamis lalu (14/4) juga ditemukan menyasar ke berbagai wilayah yang tak ada aset militernya disitu. Ada yang menghancurkan sebuah toko roti. Beberapa merontokkan rumah, dan sebuah lainnya meledak dekat masjid.

“Ini tragedi kemanusiaan,” kata Ali Salem, seorang warga Misrata yang tinggal tak jauh dari Distrik Qasr Ahmed kepada New York Times. “Itu sebutan yang tepat karena mereka (pro-Kadhafi) menembakkan artileri, roket, dan mortir ke tengah-tengah warga yang tidur tenang di rumah masing-masing.”

Loyalis Kadhafi juga dituding mengirim tentara anak-anak berusia 15an hingga 19an tahun ke garis depan. Anak-anak itu direkrut paksa, dilatih, dipersenjatai, dan diancam akan ditembak kalau berusaha melarikan diri atau desersi.
Tudingan itu disampaikan langsung dua serdadu remaja yang terluka parah yang ditangkap pihak pemberontak. Kepada Daily Telegraph yang mewawancarai mereka, kedua tentara itu mengatakan mereka dicekoki doktrin kalau Misrata dikuasai ole geng narkotika, militan Islam, dan pasukan Mesir.

Salah seorang serdadu yang terluka itu, Umran, 17, berasal dari Tripoli. Dia mengatakan, pasukan anak dan remaja itu berkekuatan sekitar 90 tentara. “Kami diberi senjata dan awalnya dikatakan hanya menembak target dalam latihan. Tahu-tahu kami diterjunkan ke Misrata,” kata Umran. (ttg/jpnn)

MISRATA- Masih ingat dengan serangan Israel ke Jalur Gaza Desember 2008-Januari 2009, atau serbuan Amerika Serikat (AS) ke Afghanistan pada 2001 dan Irak di 2003. Di kedua gempuran yang menelan banyak korban sipil itu, Israel dan AS menggunakan bom kluster alias bom tandan yang diharamkan di sekitar 100 negara di dunia.

Nah, kini kekejian yang ditimbulkan bom tandan itu tersaji di Libya. Berdasarkan temuan wartawan New York Times yang bertugas di Misrata, pasukan pro-Muammar Kadhafi mulai menggunakan senjata berdampak mengerikan tersebut untuk menggempur kota yang masih dalam kontrol kubu pemberontak tersebut.  Selain bom tandan, pro-Kadhafi juga memakai Grad. Ini adalah sistem persenjataan roket lawas buatan Uni Soviet yang dalam sekali tembak bisa meluncurkan 40 roket sekaligus.

Menurut New York Times, kedua senjata yang indiscriminate alias tak pandang bulu disebut demikian karena bisa menghancurkan aset militer sekaligus warga sipil.  Itu mulai ditemukan pada serangan Kamis malam lalu (14/4) ke Misrata. Dan, kembali digunakan sehari kemudian di kota di sebelah barat Tripoli tersebut.

Sejak revolusi menuntut Kadhafi mundur membara di Libya pada pertengahan Februari  lalu, baru kali inilah pemakaian bom tandan terdeteksi. Namun, bantahan langsung dilontarkan kubu penguasa Italia itu.(ttg/jpnn)
“Saya menantang mereka (yang menuding pemakaian bom tandan dan roket Grad) untuk membuktikan,” ujar Moussa Ibrahim, juru bicara pemerintahan Kadhafi, kepada Reuters.

Tapi, temuan New York Times berupa serpihan bom, bomblet (bom dalam bentuk kecil yang terkandung dalam bom kluster), serta korban jiwa tersebut telah diverifikasi Human Rights Watch yang berbasis di New York. Kelompok pengadvokasi hak asasi manusia itu pun meminta rezim Kadhafi untuk menghentikan penggunaan kedua senjata itu.
“Sangatlah keji kalau rezim penguasa di Libya menggunakan senjata tak pandang bulu itu, terutama di wilayah padat warga sipil. Bom kluster itu akurasinya rendah dan tak bisa diandalkan,” kata Steve Goose dari divisi senjata Human Rights Watch, kepada New York Times.

Bom kluster yang dipakai di Libya adalah jenis MAT-120 yang didalamnya mengandung 21 bomblet. Begitu ditembakkan, bom buatan Spanyol pada 2007″setahun sebelum Negeri Matador itu meneken penghentian pembuatan dan pemakaian bom kluster”itu akan menyebar tak tentu arah.

Dari tiga bom yang ditemukan New York Times, satu menyasar ambulas, satunya lagi meledak tak jauh dari rumah sakit. Sedangkan Grad yang tiap roketnya mampu membunuh delapan orang, menurut saksi mata dan korban luka, disebut telah membunuh puluhan orang.

Seperti juga dilansir BBC, para korban tewas itu dikuburkan di dua lubang besar di bekas sebuah taman di Misrata. Di kuburan masal itu masih terlihat dua bekas ayunan anak.

Roket-roket Grad yang ditembakkan Kamis lalu (14/4) juga ditemukan menyasar ke berbagai wilayah yang tak ada aset militernya disitu. Ada yang menghancurkan sebuah toko roti. Beberapa merontokkan rumah, dan sebuah lainnya meledak dekat masjid.

“Ini tragedi kemanusiaan,” kata Ali Salem, seorang warga Misrata yang tinggal tak jauh dari Distrik Qasr Ahmed kepada New York Times. “Itu sebutan yang tepat karena mereka (pro-Kadhafi) menembakkan artileri, roket, dan mortir ke tengah-tengah warga yang tidur tenang di rumah masing-masing.”

Loyalis Kadhafi juga dituding mengirim tentara anak-anak berusia 15an hingga 19an tahun ke garis depan. Anak-anak itu direkrut paksa, dilatih, dipersenjatai, dan diancam akan ditembak kalau berusaha melarikan diri atau desersi.
Tudingan itu disampaikan langsung dua serdadu remaja yang terluka parah yang ditangkap pihak pemberontak. Kepada Daily Telegraph yang mewawancarai mereka, kedua tentara itu mengatakan mereka dicekoki doktrin kalau Misrata dikuasai ole geng narkotika, militan Islam, dan pasukan Mesir.

Salah seorang serdadu yang terluka itu, Umran, 17, berasal dari Tripoli. Dia mengatakan, pasukan anak dan remaja itu berkekuatan sekitar 90 tentara. “Kami diberi senjata dan awalnya dikatakan hanya menembak target dalam latihan. Tahu-tahu kami diterjunkan ke Misrata,” kata Umran. (ttg/jpnn)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/