29.3 C
Medan
Monday, July 1, 2024

Pembalap Saja Kepanasan, Apalagi Kita…

Sebanyak 17 cyclist Indonesia pekan ini berada di Amerika Serikat, bersepeda mengikuti rute Tour of California, ajang balap terbesar di negeri Paman Sam. Berikut catatan AZRUL ANANDA, direktur utama koranJawa Pos, dibantu YUDY HANANTA dan DIPTA WAHYU.

DARI KIRI: Siswo Wardojo, Teddy Moelijono, Bambang Poerniawan  Sun Hin Tjendra Tjeng saat jalan-jalan santai  Las Vegas, Rabu (15/5).//DIPTA WAHYU/JAWA POS/JPNN
DARI KIRI: Siswo Wardojo, Teddy Moelijono, Bambang Poerniawan dan Sun Hin Tjendra Tjeng saat jalan-jalan santai di Las Vegas, Rabu (15/5).//DIPTA WAHYU/JAWA POS/JPNN

BERSEPEDA di berbagai negara atau benua, mengikuti ajang-ajang balap terbesar di dunia. Ucapan (atau keinginan) itu tercetus di komunitas bersepeda saya di Surabaya sejak tahun lalu. Apalagi, setelah 16 orang dari kami mendapatkan pengalaman tak terlupakan pada Juli 2012. Mengikuti rute dan kehebohan Tour de France, ajang balap sepeda paling kondang di dunia.

“Kalau bisa, harus bersepeda di semua benua. Eropa, Amerika, Australia, negara-negara Asia, dan Afrika. Tapi, pastikan Afrika yang terakhir. Kita harus memastikan kemampuan kita sudah sangat teruji supaya bisa mengayuh cepat seandainya dikejar-kejar singa,” celetuk Khoiri Soetomo, salah satu founder Surabaya Road Bike Community (SRBC), komunitas yang memprakarsai program ini bersama Jawa Pos Cycling.

Tahun lalu Khoiri – dan putranya Satrio Wicaksono – ikut bersama rombongan menikmati rute Tour de France.

Waktu itu pengalaman benar-benar tak akan pernah terlupakan. Kami tinggal di kawasan Pegunungan Pyrenees, di selatan Prancis. Setiap hari melakoni tanjakan-tanjakan maut Tour de France.

Kami juga merasakan hebohnya bersepeda di Champs-Elysees, jalan paling kondang di Paris yang setiap tahun menjadi arena finis lomba terheboh itu.

Kami mengelilingi Champs-Elysees saat jalan ditutup, pagi sebelum etape penutup. Ribuan orang sudah mengelilingi pinggir jalan, menyoraki kami saat berkeliling. Rasanya seperti menjadi pembalap beneran! Sejak saat itu pula muncul niat untuk melakoni program serupa pada 2013, di tempat yang berbeda. Walau masih banyak yang ingin ke Eropa lagi, program tahun ini akhirnya menuju Amerika.

Pilihannya mengikuti Tour of California, yang kini memasuki tahun kedelapan penyelenggaraan, dan sudah mengukuhkan diri sebagai ajang balap sepeda terbesar di negeri Paman Sam.

Dalam hitungan jam, belasan teman bersepeda menyatakan ikut. Banyak peserta program tahun lalu kembali mengulang. Khoiri Soetomo kembali ikut. Begitu pula Bambang Poerniawan, ‘Tonny’ Budianto Tanadi, dan Sun Hin Tjendra dari Surabaya. Menyusul Liem Tjong San dari Makassar dan Sony Hendarto dari Madiun.

Ikut kembali pula Prajna Murdaya, pengusaha terkenal dari Jakarta, yang pernah tinggal sampai 20 tahun di Amerika. Tepatnya di kawasan San Francisco, kota yang menjadi basis bersepeda kami nanti. Semua seperti reuni Tour de France. Bagi Prajna yang lulusan Stanford University, ini reuni plus Edwin Djunaidi Rachman dan Rudi ‘Oye’ Sudarso.

Mengapa Tour of California? Secara status, ini bukan lomba kategori WorldTour di kalender UCI (badan balap sepeda dunia).

Statusnya 2.HC. Tapi, inilah lomba terbesar di Amerika. Dan, karena ini di pasarAmerikayangraksasa, lombainipun diikuti tim-tim terbesar, yang disokong sponsor-sponsor terbesar.

Jadi, walau bukan WorldTour, namanama terbesar balap terjun di sini. Sebut saja Peter Sagan (Cannondale), Philippe Gilbert (BMC), Andy Schleck (RadioShack-Leopard), dan Tyler Farrar (Garmin-Sharp). Jadi, ‘rasa’ masih sangat WorldTour.

Alasan lain: Ini California! Buat jalanjalan dan liburan ini adalah tempat yang superseru. Khususnya bagi yang belum pulang kampung.

Setelah itu, beberapa yang lain bergabung.

Para founder SRBC yang bergabung adalah Teddy Moelijono (ketua), Siswo Wardojo, Arie Sutandio, dan Aris Utama. Menyusul Tatang Martadinata dan Yudy Hananta, bos tabloid Ototrend (Jawa Pos Group). Sony mengajak temannya di Madiun, Slamet Santoso.

Aris semula bingung antara ikut atau tidak. Tapi, rekannya di Amerika mendorongnya untuk ikut. “Teman saya bilang, ikut program seperti ini bisa jadi hanya sekali seumur hidup. Jadi saya harus ikut,” ucapnya.

Semula, 15 orang sudah dianggap cukup. Total 16 bersama fotografer (Dipta Wahyu dari Jawa Pos). Pada last minute, bergabunglah dua maniak bersepeda dari komunitas Free Surabaya: pernah ke Amerika. Dengan ke California, banyak peserta program bisa mengajak serta keluarga. Merangkap program ini sebagai liburan keluarga. Termasuk saya.

Kami pun berangkat lebih dulu beberapa hari, libur dulu bersama. Mengunjungi tempat-tempat wisata kondang, seperti Disneyland, Universal Studios, serta Hollywood Boulevard. Sebelum menuju San Francisco untuk memulai program sepeda, rombongan sempat mampir ke Las Vegas.

Baru ketika program bersepeda dimulai, yang cycling menikmati siksaan rute, yang keluarga menikmati tempattempat wisata lain di kawasan California Utara. Sambil jalan-jalan “pra-penyiksaan”, belanja tentu dilakukan. (bersambung)

 

Sebanyak 17 cyclist Indonesia pekan ini berada di Amerika Serikat, bersepeda mengikuti rute Tour of California, ajang balap terbesar di negeri Paman Sam. Berikut catatan AZRUL ANANDA, direktur utama koranJawa Pos, dibantu YUDY HANANTA dan DIPTA WAHYU.

DARI KIRI: Siswo Wardojo, Teddy Moelijono, Bambang Poerniawan  Sun Hin Tjendra Tjeng saat jalan-jalan santai  Las Vegas, Rabu (15/5).//DIPTA WAHYU/JAWA POS/JPNN
DARI KIRI: Siswo Wardojo, Teddy Moelijono, Bambang Poerniawan dan Sun Hin Tjendra Tjeng saat jalan-jalan santai di Las Vegas, Rabu (15/5).//DIPTA WAHYU/JAWA POS/JPNN

BERSEPEDA di berbagai negara atau benua, mengikuti ajang-ajang balap terbesar di dunia. Ucapan (atau keinginan) itu tercetus di komunitas bersepeda saya di Surabaya sejak tahun lalu. Apalagi, setelah 16 orang dari kami mendapatkan pengalaman tak terlupakan pada Juli 2012. Mengikuti rute dan kehebohan Tour de France, ajang balap sepeda paling kondang di dunia.

“Kalau bisa, harus bersepeda di semua benua. Eropa, Amerika, Australia, negara-negara Asia, dan Afrika. Tapi, pastikan Afrika yang terakhir. Kita harus memastikan kemampuan kita sudah sangat teruji supaya bisa mengayuh cepat seandainya dikejar-kejar singa,” celetuk Khoiri Soetomo, salah satu founder Surabaya Road Bike Community (SRBC), komunitas yang memprakarsai program ini bersama Jawa Pos Cycling.

Tahun lalu Khoiri – dan putranya Satrio Wicaksono – ikut bersama rombongan menikmati rute Tour de France.

Waktu itu pengalaman benar-benar tak akan pernah terlupakan. Kami tinggal di kawasan Pegunungan Pyrenees, di selatan Prancis. Setiap hari melakoni tanjakan-tanjakan maut Tour de France.

Kami juga merasakan hebohnya bersepeda di Champs-Elysees, jalan paling kondang di Paris yang setiap tahun menjadi arena finis lomba terheboh itu.

Kami mengelilingi Champs-Elysees saat jalan ditutup, pagi sebelum etape penutup. Ribuan orang sudah mengelilingi pinggir jalan, menyoraki kami saat berkeliling. Rasanya seperti menjadi pembalap beneran! Sejak saat itu pula muncul niat untuk melakoni program serupa pada 2013, di tempat yang berbeda. Walau masih banyak yang ingin ke Eropa lagi, program tahun ini akhirnya menuju Amerika.

Pilihannya mengikuti Tour of California, yang kini memasuki tahun kedelapan penyelenggaraan, dan sudah mengukuhkan diri sebagai ajang balap sepeda terbesar di negeri Paman Sam.

Dalam hitungan jam, belasan teman bersepeda menyatakan ikut. Banyak peserta program tahun lalu kembali mengulang. Khoiri Soetomo kembali ikut. Begitu pula Bambang Poerniawan, ‘Tonny’ Budianto Tanadi, dan Sun Hin Tjendra dari Surabaya. Menyusul Liem Tjong San dari Makassar dan Sony Hendarto dari Madiun.

Ikut kembali pula Prajna Murdaya, pengusaha terkenal dari Jakarta, yang pernah tinggal sampai 20 tahun di Amerika. Tepatnya di kawasan San Francisco, kota yang menjadi basis bersepeda kami nanti. Semua seperti reuni Tour de France. Bagi Prajna yang lulusan Stanford University, ini reuni plus Edwin Djunaidi Rachman dan Rudi ‘Oye’ Sudarso.

Mengapa Tour of California? Secara status, ini bukan lomba kategori WorldTour di kalender UCI (badan balap sepeda dunia).

Statusnya 2.HC. Tapi, inilah lomba terbesar di Amerika. Dan, karena ini di pasarAmerikayangraksasa, lombainipun diikuti tim-tim terbesar, yang disokong sponsor-sponsor terbesar.

Jadi, walau bukan WorldTour, namanama terbesar balap terjun di sini. Sebut saja Peter Sagan (Cannondale), Philippe Gilbert (BMC), Andy Schleck (RadioShack-Leopard), dan Tyler Farrar (Garmin-Sharp). Jadi, ‘rasa’ masih sangat WorldTour.

Alasan lain: Ini California! Buat jalanjalan dan liburan ini adalah tempat yang superseru. Khususnya bagi yang belum pulang kampung.

Setelah itu, beberapa yang lain bergabung.

Para founder SRBC yang bergabung adalah Teddy Moelijono (ketua), Siswo Wardojo, Arie Sutandio, dan Aris Utama. Menyusul Tatang Martadinata dan Yudy Hananta, bos tabloid Ototrend (Jawa Pos Group). Sony mengajak temannya di Madiun, Slamet Santoso.

Aris semula bingung antara ikut atau tidak. Tapi, rekannya di Amerika mendorongnya untuk ikut. “Teman saya bilang, ikut program seperti ini bisa jadi hanya sekali seumur hidup. Jadi saya harus ikut,” ucapnya.

Semula, 15 orang sudah dianggap cukup. Total 16 bersama fotografer (Dipta Wahyu dari Jawa Pos). Pada last minute, bergabunglah dua maniak bersepeda dari komunitas Free Surabaya: pernah ke Amerika. Dengan ke California, banyak peserta program bisa mengajak serta keluarga. Merangkap program ini sebagai liburan keluarga. Termasuk saya.

Kami pun berangkat lebih dulu beberapa hari, libur dulu bersama. Mengunjungi tempat-tempat wisata kondang, seperti Disneyland, Universal Studios, serta Hollywood Boulevard. Sebelum menuju San Francisco untuk memulai program sepeda, rombongan sempat mampir ke Las Vegas.

Baru ketika program bersepeda dimulai, yang cycling menikmati siksaan rute, yang keluarga menikmati tempattempat wisata lain di kawasan California Utara. Sambil jalan-jalan “pra-penyiksaan”, belanja tentu dilakukan. (bersambung)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/