29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Warga Gaza Kukuh Menetap Mengikuti Hamas

Pasukan Hamas di Gaza. Mereka mengimbau warga gaza tidak mengungsi, meski sudah diperingatkan Israel.
Pasukan Hamas di Gaza. Mereka mengimbau warga Gaza tidak mengungsi, meski sudah diperingatkan Israel.

GAZA, SUMUTPOS.CO – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meningkatkan intensitas serangan udara di Jalur Gaza. Itu terjadi karena Hamas menolak wacana gencatan senjata yang digagas Mesir dan disepakati Israel. Kemarin (16/7) IDF mengimbau sekitar 100 ribu penduduk Kota Gaza meninggalkan rumah. Sebab, IDF bakal kembali melancarkan serangan.

Terkait dengan peringatan Israel, Hamas justru memberikan informasi sebaliknya kepada warga Gaza. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” terang organisasi radikal itu dalam selebaran yang mereka sebar luaskan kemarin. Menurut Hamas, Israel berusaha menekan warga Gaza secara psikologi melalui peringatan evakuasi tersebut. Mereka berjanji melindungi warga sehingga tidak perlu mengungsi.

Agresi IDF atas Gaza memasuki hari ke-9 kemarin. Sejauh ini, tidak kurang dari 208 nyawa warga Palestina melayang karena serangan udara Israel. Sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Kendati demikian, warga sipil Gaza lebih mendengarkan imbauan Hamas daripada IDF. “Saya tidak akan pergi dari sini, apa pun yang terjadi,” ujar Faisal Hassan, penduduk Gaza.

Pesawat-pesawat militer Israel menjatuhkan sedikitnya 100 ribu selebaran di sisi timur laut Gaza. Tepatnya di Distrik Zeitun dan Distrik Shejaiya di timur Kota Gaza serta Kota Beit Lahiya. Dalam selebaran-selebaran itu, IDF mengimbau warga mengungsi ke lokasi lain yang lebih aman. Sebab, IDF bakal menggempur sarang-sarang militan di tiga titik tersebut.

Selain selebaran, warga Gaza menerima peringatan IDF melalui SMS dan telepon. Dalam peringatan audio yang direkam sebelumnya, IDF meminta warga Gaza meninggalkan rumah mereka dan tidak kembali sebelum ada petunjuk lebih lanjut. “Kami menerbitkan peringatan kepada masyarakat (Gaza) agar mereka mengungsi dan tidak menjadi korban,” ujar Presiden Israel, Shimon Peres.

Menurut Peres, Hamaslah yang membuat warga sipil Gaza menderita. Sebab, mereka tetap berpegang pada prinsip kekerasan dan tidak mau berdamai dengan Israel. Selasa (15/7), setelah menolak gencatan senjata, Hamas dan militan-militan Gaza melanjutkan serangan roket ke Israel. Akibatnya, IDF pun menyarangkan roket dan rudal ke sekitar 40 titik di Gaza.

Dalam serangan Selasa malam tersebut, IDF menegaskan bahwa target aksi udara mereka adalah rumah para militan dan pejabat senior Hamas. Itu mereka lakukan setelah militan Gaza menembakkan sekitar 1.200 roket ke Israel. Beberapa di antaranya konon menghantam sejumlah lokasi di dekat Kota Tel Aviv. Untuk kali pertama, roket Hamas menewaskan seorang warga Israel.

“Israel tidak mempunyai pilihan kecuali melanjutkan aksi militer bahkan meningkatkan intensitasnya,” ungkap Giora Eiland, mantan penasihat keamanan nasional Israel. Tetapi, menurut dia, rencana untuk melancarkan serangan darat harus dipertimbangkan lagi. Sebab, satu-satunya cara untuk menghancurkan terowongan bawah tanah Hamas itu juga akan merenggut banyak nyawa warga sipil. (AFP/AP/BBC/hep/c23/tia)

Pasukan Hamas di Gaza. Mereka mengimbau warga gaza tidak mengungsi, meski sudah diperingatkan Israel.
Pasukan Hamas di Gaza. Mereka mengimbau warga Gaza tidak mengungsi, meski sudah diperingatkan Israel.

GAZA, SUMUTPOS.CO – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) meningkatkan intensitas serangan udara di Jalur Gaza. Itu terjadi karena Hamas menolak wacana gencatan senjata yang digagas Mesir dan disepakati Israel. Kemarin (16/7) IDF mengimbau sekitar 100 ribu penduduk Kota Gaza meninggalkan rumah. Sebab, IDF bakal kembali melancarkan serangan.

Terkait dengan peringatan Israel, Hamas justru memberikan informasi sebaliknya kepada warga Gaza. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” terang organisasi radikal itu dalam selebaran yang mereka sebar luaskan kemarin. Menurut Hamas, Israel berusaha menekan warga Gaza secara psikologi melalui peringatan evakuasi tersebut. Mereka berjanji melindungi warga sehingga tidak perlu mengungsi.

Agresi IDF atas Gaza memasuki hari ke-9 kemarin. Sejauh ini, tidak kurang dari 208 nyawa warga Palestina melayang karena serangan udara Israel. Sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Kendati demikian, warga sipil Gaza lebih mendengarkan imbauan Hamas daripada IDF. “Saya tidak akan pergi dari sini, apa pun yang terjadi,” ujar Faisal Hassan, penduduk Gaza.

Pesawat-pesawat militer Israel menjatuhkan sedikitnya 100 ribu selebaran di sisi timur laut Gaza. Tepatnya di Distrik Zeitun dan Distrik Shejaiya di timur Kota Gaza serta Kota Beit Lahiya. Dalam selebaran-selebaran itu, IDF mengimbau warga mengungsi ke lokasi lain yang lebih aman. Sebab, IDF bakal menggempur sarang-sarang militan di tiga titik tersebut.

Selain selebaran, warga Gaza menerima peringatan IDF melalui SMS dan telepon. Dalam peringatan audio yang direkam sebelumnya, IDF meminta warga Gaza meninggalkan rumah mereka dan tidak kembali sebelum ada petunjuk lebih lanjut. “Kami menerbitkan peringatan kepada masyarakat (Gaza) agar mereka mengungsi dan tidak menjadi korban,” ujar Presiden Israel, Shimon Peres.

Menurut Peres, Hamaslah yang membuat warga sipil Gaza menderita. Sebab, mereka tetap berpegang pada prinsip kekerasan dan tidak mau berdamai dengan Israel. Selasa (15/7), setelah menolak gencatan senjata, Hamas dan militan-militan Gaza melanjutkan serangan roket ke Israel. Akibatnya, IDF pun menyarangkan roket dan rudal ke sekitar 40 titik di Gaza.

Dalam serangan Selasa malam tersebut, IDF menegaskan bahwa target aksi udara mereka adalah rumah para militan dan pejabat senior Hamas. Itu mereka lakukan setelah militan Gaza menembakkan sekitar 1.200 roket ke Israel. Beberapa di antaranya konon menghantam sejumlah lokasi di dekat Kota Tel Aviv. Untuk kali pertama, roket Hamas menewaskan seorang warga Israel.

“Israel tidak mempunyai pilihan kecuali melanjutkan aksi militer bahkan meningkatkan intensitasnya,” ungkap Giora Eiland, mantan penasihat keamanan nasional Israel. Tetapi, menurut dia, rencana untuk melancarkan serangan darat harus dipertimbangkan lagi. Sebab, satu-satunya cara untuk menghancurkan terowongan bawah tanah Hamas itu juga akan merenggut banyak nyawa warga sipil. (AFP/AP/BBC/hep/c23/tia)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/