YOKOHAMA, SUMUTPOS.CO – Semangat hidup sehat dan kepedulian terhadap kesehatan jantung menggema di Rinko Park South Exit Plaza pagi ini, ketika Yokohama Pulse Day Fun Run 2025 resmi dilepas sebagai rangkaian pembuka Road to Pulse Day 2026.
Acara yang diadakan oleh Asia Pacific Heart Rhythm Society (APHRS) ini menandai dimulainya kampanye global untuk meningkatkan kesadaran terhadap aritmia atau gangguan irama jantung, sekaligus mengajak masyarakat menjaga jantung melalui gaya hidup aktif.
Kegiatan fun run yang menjadi bagian dari APHRS Annual Scientific Sessions (12–15 November 2025) dipilih karena mampu merangkul partisipasi masyarakat secara luas. Sebanyak 120 peserta dari berbagai negara—anggota APHRS, JHRS, serta delegasi dari EHRA, HRS, dan LAHRS—turut berlari dan mengikuti rangkaian edukasi kesehatan irama jantung.
Dr dr Dicky Armein Hanafy, SpJP(K), FIHA, FAsCC, Head of Pulse Day Task Force sekaligus Chairperson of Public Affairs Committee APHRS, menjelaskan bahwa acara ini menjadi momentum penting menuju peringatan Pulse Day 2026.
“Fun run ini sekaligus menjadi soft launching Pulse Day 2026. Kami ingin menegaskan bahwa aktivitas fisik, pemeriksaan denyut nadi, dan pencegahan penyakit jantung harus berjalan bersama. Melalui kegiatan ini, kami mengajak masyarakat untuk hidup aktif dan menyadari pentingnya deteksi dini aritmia,” ujarnya.
Peserta menikmati rute lari pagi, mengunjungi booth edukasi, dan mengenakan atribut bertema Pulse Day sebagai simbol dukungan terhadap gerakan kesehatan global tersebut. Fun run ini juga menunjukkan kolaborasi erat antara APHRS dan Japanese Heart Rhythm Society (JHRS).
Pulse Day yang diperingati setiap 1 Maret (1/3) mengingatkan bahwa satu dari tiga orang berisiko mengalami aritmia signifikan sepanjang hidupnya. Tahun ini, kampanye akan menyoroti Atrial Fibrillation (AF) — jenis aritmia paling umum dengan dampak besar terhadap kesehatan publik.
Dr Dicky memaparkan bahwa AF meningkatkan risiko stroke hingga lima kali lipat dan gagal jantung tiga kali lipat, namun banyak kasus masih belum terdeteksi, terutama di wilayah dengan keterbatasan fasilitas kesehatan.
“Memeriksa denyut nadi secara manual adalah langkah sederhana, gratis, dan sangat efektif untuk mendeteksi dini AF. Kebiasaan kecil ini dapat menyelamatkan nyawa,” tegasnya.
Meningkatnya beban penyakit aritmia di Asia-Pasifik juga diperparah oleh kesenjangan akses layanan kesehatan. Berdasarkan APHRS White Book 2023, tindakan penyelamatan seperti kateter ablasi dan implantable cardioverter-defibrillator (ICD) masih jauh tertinggal di banyak negara berkembang. APHRS menilai perlu ada strategi bersama, kebijakan berkelanjutan, dan peningkatan sumber daya manusia terlatih untuk mengurangi kesenjangan tersebut.
Kemajuan teknologi turut mendorong peluang deteksi dini aritmia. Pemakaian wearable dan aplikasi kesehatan semakin marak dan membantu masyarakat mengenali kelainan irama jantung lebih awal. Meski demikian, APHRS menegaskan bahwa pemeriksaan profesional tetap menjadi standar utama.
“Wearable bisa membantu, tetapi memeriksa denyut nadi dengan jari tetap langkah paling mudah, cepat, dan akurat untuk deteksi awal,” kata dr Dicky.
Melalui kegiatan Road to Pulse Day 2026, APHRS menggencarkan edukasi kepada masyarakat lewat video instruksional, panduan ahli, serta berbagai aktivitas komunitas. Tujuannya: menjadikan kebiasaan memeriksa denyut nadi sebagai tindakan universal yang dapat dilakukan siapa saja, kapan saja.
“Yokohama Fun Run 2025 adalah awal simbolis dari gerakan ini. Kami ingin merayakan kesehatan jantung, kebugaran, dan kebersamaan. Dengan langkah kecil yang konsisten, kita bisa menciptakan masa depan yang lebih sehat bagi semua,” pungkas dr Dicky. (ila)

