29 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Serangan Sistematis dengan Klorin

DEN HAAG, SUMUTPOS.CO – Serangan dengan menggunakan senjata kimia di Syria tidak dilancarkan serampangan. Berdasar pengamatan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia PBB (OPCW), penggunaan senjata kimia dalam perang di Syria dilakukan dengan cara sistematis. Salah satu yang paling sering dipakai adalah klorin.

“Senjata kimia beracun yang melukai paru-paru seperti klorin telah digunakan dengan cara sistematis dalam beberapa serangan,” tulis laporan OPCW.

Namun, OPCW tidak menyebut siapa saja yang benar-benar bertanggung jawab atas serangan dengan senjata kimia tersebut. Sebab, rezim Presiden Bashar Al Assad maupun para pemberontak sama-sama tidak mengaku. Keduanya bahkan saling tuduh sebagai dalang di balik serangan klorin di berbagai tempat itu.

Salah satu tempat yang pernah diserang dengan senjata kimia klorin adalah Desa Kafr Zeyta. OPCW sempat berencana mengunjungi wilayah tersebut untuk mengumpulkan bukti-bukti pada 27 Mei lalu. Sayangnya, dalam perjalanan, mereka diserang dan dilarang memasuki desa itu. Tim akhirnya memilih jalan lain. Mereka mewawancarai dokter yang bertugas di desa tersebut, melihat video saat serangan, dan berbagai hal lain.

Syria telah menyerahkan 92 persen senjata kimia mereka kepada OPCW. Mereka juga menegaskan telah melucuti senjata kimia dari para pemberontak yang menguasai lokasi produksi klorin. Tepatnya di 40 kilometer dari Aleppo. Meski begitu, 8 persen stok senjata kimia mereka belum bisa dibawa ke Pelabuhan Latakia untuk diamankan. Sebab, situasi keamanan di Syria kerap tidak memungkinkan untuk membawa senjata kimia dengan perjalanan darat ke pelabuhan.

Biasanya kapal-kapal milik Denmark dan Norwegia yang mengambil senjata kimia tersebut datang dari Pelabuhan Latakia. Senjata kimia itu kemudian dipindahkan ke kapal milik Amerika Serikat (AS) untuk dihancurkan. Deadline penyerahan senjata kimia tersebut berakhir pada 30 Juni nanti. Kesepakatan penyerahan senjata kimia itu terjadi seusai serangan di perbatasan Damaskus yang menewaskan 1.400 orang.

Pemerintah Syria setuju menyerahkan stok senjata kimia mereka setelah AS mengancam menyerang melalui udara. (AP/AFP/sha/c14/tia)

DEN HAAG, SUMUTPOS.CO – Serangan dengan menggunakan senjata kimia di Syria tidak dilancarkan serampangan. Berdasar pengamatan Organisasi Pelarangan Senjata Kimia PBB (OPCW), penggunaan senjata kimia dalam perang di Syria dilakukan dengan cara sistematis. Salah satu yang paling sering dipakai adalah klorin.

“Senjata kimia beracun yang melukai paru-paru seperti klorin telah digunakan dengan cara sistematis dalam beberapa serangan,” tulis laporan OPCW.

Namun, OPCW tidak menyebut siapa saja yang benar-benar bertanggung jawab atas serangan dengan senjata kimia tersebut. Sebab, rezim Presiden Bashar Al Assad maupun para pemberontak sama-sama tidak mengaku. Keduanya bahkan saling tuduh sebagai dalang di balik serangan klorin di berbagai tempat itu.

Salah satu tempat yang pernah diserang dengan senjata kimia klorin adalah Desa Kafr Zeyta. OPCW sempat berencana mengunjungi wilayah tersebut untuk mengumpulkan bukti-bukti pada 27 Mei lalu. Sayangnya, dalam perjalanan, mereka diserang dan dilarang memasuki desa itu. Tim akhirnya memilih jalan lain. Mereka mewawancarai dokter yang bertugas di desa tersebut, melihat video saat serangan, dan berbagai hal lain.

Syria telah menyerahkan 92 persen senjata kimia mereka kepada OPCW. Mereka juga menegaskan telah melucuti senjata kimia dari para pemberontak yang menguasai lokasi produksi klorin. Tepatnya di 40 kilometer dari Aleppo. Meski begitu, 8 persen stok senjata kimia mereka belum bisa dibawa ke Pelabuhan Latakia untuk diamankan. Sebab, situasi keamanan di Syria kerap tidak memungkinkan untuk membawa senjata kimia dengan perjalanan darat ke pelabuhan.

Biasanya kapal-kapal milik Denmark dan Norwegia yang mengambil senjata kimia tersebut datang dari Pelabuhan Latakia. Senjata kimia itu kemudian dipindahkan ke kapal milik Amerika Serikat (AS) untuk dihancurkan. Deadline penyerahan senjata kimia tersebut berakhir pada 30 Juni nanti. Kesepakatan penyerahan senjata kimia itu terjadi seusai serangan di perbatasan Damaskus yang menewaskan 1.400 orang.

Pemerintah Syria setuju menyerahkan stok senjata kimia mereka setelah AS mengancam menyerang melalui udara. (AP/AFP/sha/c14/tia)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/