26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Jual Beli Darah Ebola Marak

Ribuan kasus baru diprediksi akan bermunculan dalam tiga pekan ke depan.
Pasien Ebola. Kasus baru ebola diprediksi akan terus bermunculan.

JENEWA, SUMUTPOS.CO – Keinginan pasien ebola untuk sembuh membuat mereka gelap mata. Berdasar temuan Badan Kesehatan Dunia (WHO), banyak pasien ebola yang membeli “darah ebola” dari pasar gelap. Yakni, darah dari pasien ebola yang sudah sembuh. Darah itu diduga mengandung antibodi yang bisa menyembuhkan penyakit mematikan tersebut.

“Penelitian menunjukkan bahwa transfusi darah dari pasien ebola yang selamat mungkin bisa mencegah serta mengobati infeksi virus itu kepada orang lain. Tetapi, hasil akhir penelitian tersebut masih sulit diinterpretasikan,” tegas Dirjen WHO Margaret Chan. Separo pasien ebola yang mendapatkan serum dari darah survivor ebola itu memang bisa sembuh. Namun, efektivitasnya masih dipertanyakan.

Chan menambahkan, saat ini WHO bekerja sama dengan negara-negara yang terserang ebola untuk mencegah pembelian darah di pasar gelap. Sebab, darah tersebut bisa membawa petaka bagi pasien. Apalagi proses pengambilan darahnya tidak sesuai prosedur. Pembeli juga tidak bisa mengetahui bahwa darah itu adalah milik survivor ebola atau bukan.

Ancaman kedua adalah infeksi dari penyakit lain yang tidak kalah mematikan. Salah satunya, HIV/AIDS yang penularannya melalui transfusi. Selain itu, darah yang dibeli di pasar gelap kemungkinan besar tidak melalui screening untuk mengetahui adanya virus lain.

Di sisi lain, vaksin NIAID/GSK untuk ebola sudah diujicobakan kepada manusia. Sukarelawan pertama yang merelakan diri disuntik vaksin tersebut adalah Ruth Atkins, 48, mantan perawat di Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris. Para peneliti di Oxford University sejatinya membutuhkan 60 sukarelawan untuk mengetahui efek samping vaksin kepada orang sehat. Namun, sejauh ini baru Ruth Atkins yang mendaftarkan diri.

“Saya menjadi sukarelawan karena situasi di Afrika Barat begitu tragis. Saya pikir, ikut menjadi bagian dari proses pembuatan vaksin ini adalah hal kecil yang bisa saya lakukan. Saya harap ini bisa membawa perubahan besar,” ujarnya. (JPNN)

Ribuan kasus baru diprediksi akan bermunculan dalam tiga pekan ke depan.
Pasien Ebola. Kasus baru ebola diprediksi akan terus bermunculan.

JENEWA, SUMUTPOS.CO – Keinginan pasien ebola untuk sembuh membuat mereka gelap mata. Berdasar temuan Badan Kesehatan Dunia (WHO), banyak pasien ebola yang membeli “darah ebola” dari pasar gelap. Yakni, darah dari pasien ebola yang sudah sembuh. Darah itu diduga mengandung antibodi yang bisa menyembuhkan penyakit mematikan tersebut.

“Penelitian menunjukkan bahwa transfusi darah dari pasien ebola yang selamat mungkin bisa mencegah serta mengobati infeksi virus itu kepada orang lain. Tetapi, hasil akhir penelitian tersebut masih sulit diinterpretasikan,” tegas Dirjen WHO Margaret Chan. Separo pasien ebola yang mendapatkan serum dari darah survivor ebola itu memang bisa sembuh. Namun, efektivitasnya masih dipertanyakan.

Chan menambahkan, saat ini WHO bekerja sama dengan negara-negara yang terserang ebola untuk mencegah pembelian darah di pasar gelap. Sebab, darah tersebut bisa membawa petaka bagi pasien. Apalagi proses pengambilan darahnya tidak sesuai prosedur. Pembeli juga tidak bisa mengetahui bahwa darah itu adalah milik survivor ebola atau bukan.

Ancaman kedua adalah infeksi dari penyakit lain yang tidak kalah mematikan. Salah satunya, HIV/AIDS yang penularannya melalui transfusi. Selain itu, darah yang dibeli di pasar gelap kemungkinan besar tidak melalui screening untuk mengetahui adanya virus lain.

Di sisi lain, vaksin NIAID/GSK untuk ebola sudah diujicobakan kepada manusia. Sukarelawan pertama yang merelakan diri disuntik vaksin tersebut adalah Ruth Atkins, 48, mantan perawat di Pelayanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris. Para peneliti di Oxford University sejatinya membutuhkan 60 sukarelawan untuk mengetahui efek samping vaksin kepada orang sehat. Namun, sejauh ini baru Ruth Atkins yang mendaftarkan diri.

“Saya menjadi sukarelawan karena situasi di Afrika Barat begitu tragis. Saya pikir, ikut menjadi bagian dari proses pembuatan vaksin ini adalah hal kecil yang bisa saya lakukan. Saya harap ini bisa membawa perubahan besar,” ujarnya. (JPNN)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/