MOSKOW, SUMUTPOS.CO – Presiden Vladimir Putin resmi menyambut Republik Crimea ke pangkuan Rusia. Kemarin (19/3) pemimpin 61 tahun itu meneken rancangan undang-undang yang menjadi landasan hukum bergabungnya wilayah di semenanjung Laut Hitam itu ke Negeri Beruang Merah. Otomatis, peta wilayah Rusia pun berubah.
Pasca penandatanganan RUU, Kremlin mengumumkan perubahan batas wilayah Rusia. Kini Crimea yang lebih dari separo penduduknya memang berasal dari Rusia kembali masuk ke bagian wilayahnya. Reaksi cepat Rusia atas hasil referendum Crimea Minggu (16/3) itu jelas menuai kritik. Apalagi, Kremlin mengabaikan suara Ukraina yang tidak ingin kehilangan Crimea.
“Dalam hati dan pikiran rakyat (Rusia), Crimea memang selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Rusia,” ungkap Putin dalam pidato emosionalnya yang disiarkan seluruh stasiun televisi Rusia tersebut. Selama sekitar 40 menit, presiden yang baru berpisah dari istrinya pada 2013 tersebut sukses menghadirkan kembali kenangan kejayaan Uni Soviet pada masa lalu.
Berpidato dari hall St George, Putin menyatakan, bergabungnya Crimea ke Rusia merupakan salah satu bentuk koreksi sejarah. Menurut dia, selama ini masyarakat internasional telah mencatat sejarah yang salah. Karena itu, dengan bergabungnya Crimea ke Rusia, dia bakal meluruskan ketidakadilan sejarah tersebut. Selain itu, dia akan melawan tekanan negara-negara Barat terhadap Rusia.
Sekali lagi Putin menegaskan, hasil referendum Crimea yang menyebutkan bahwa sekitar 97 persen pemilih berpihak pada Kremlin merupakan suara murni rakyat. Meski referendum itu dihelat di tengah dominasi pasukan Rusia di Crimea, dia yakin para pemilih dewasa memberikan suara mereka tanpa tekanan. Apalagi, parlemen Crimea sejak awal memutuskan bergabung dengan Rusia. (NET)
MOSKOW, SUMUTPOS.CO – Presiden Vladimir Putin resmi menyambut Republik Crimea ke pangkuan Rusia. Kemarin (19/3) pemimpin 61 tahun itu meneken rancangan undang-undang yang menjadi landasan hukum bergabungnya wilayah di semenanjung Laut Hitam itu ke Negeri Beruang Merah. Otomatis, peta wilayah Rusia pun berubah.
Pasca penandatanganan RUU, Kremlin mengumumkan perubahan batas wilayah Rusia. Kini Crimea yang lebih dari separo penduduknya memang berasal dari Rusia kembali masuk ke bagian wilayahnya. Reaksi cepat Rusia atas hasil referendum Crimea Minggu (16/3) itu jelas menuai kritik. Apalagi, Kremlin mengabaikan suara Ukraina yang tidak ingin kehilangan Crimea.
“Dalam hati dan pikiran rakyat (Rusia), Crimea memang selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Rusia,” ungkap Putin dalam pidato emosionalnya yang disiarkan seluruh stasiun televisi Rusia tersebut. Selama sekitar 40 menit, presiden yang baru berpisah dari istrinya pada 2013 tersebut sukses menghadirkan kembali kenangan kejayaan Uni Soviet pada masa lalu.
Berpidato dari hall St George, Putin menyatakan, bergabungnya Crimea ke Rusia merupakan salah satu bentuk koreksi sejarah. Menurut dia, selama ini masyarakat internasional telah mencatat sejarah yang salah. Karena itu, dengan bergabungnya Crimea ke Rusia, dia bakal meluruskan ketidakadilan sejarah tersebut. Selain itu, dia akan melawan tekanan negara-negara Barat terhadap Rusia.
Sekali lagi Putin menegaskan, hasil referendum Crimea yang menyebutkan bahwa sekitar 97 persen pemilih berpihak pada Kremlin merupakan suara murni rakyat. Meski referendum itu dihelat di tengah dominasi pasukan Rusia di Crimea, dia yakin para pemilih dewasa memberikan suara mereka tanpa tekanan. Apalagi, parlemen Crimea sejak awal memutuskan bergabung dengan Rusia. (NET)